PERJALANAN SEJARAH PURBA
Purba adalah salah satu marga asli di tanah simalungun. Purba secara etimologi dapat diartikan Purva(sanskerta), Purwa dalam bahasa jawa yang artinya Timur.
Dalam bahasa simalungun, Purba dapat diartikan sebagai cendikiawan atau sarjana.
Perjalanan sejarah Purba tidak terlepas dari kerajaan yang bernama Nagur (dinasty damanik) bercorak Hindu dan Budha, yang berdiri sekitar abad 5 masehi di Sumatra timur.
Purba adalah panglima perang, ksatria perang (Goraha) Raja Nagur Damanik.
Raja Nagur menikahkan putri – putrinya dengan semua ksatria perangnya yaitu Sinaga, Saragih, dan Purba. Raja Nagur juga memberi wilayah yang disebut partuanon untuk ksatria – ksatria perangnya.
Sinaga di tanah jawa, Saragih di raya, uniknya untuk Purba, Raja Nagur selalu memberi wilayah perbatasan kerajaan Nagur untuk Purba, dan mungkin karena Purba memiliki keahlian tersendiri untuk mengawasi wilayah perbatasan kerajaan Nagur. Partuanon pertama untuk Purba adalah di pagarhuyung berbatasan langsung dengan Sumatra barat yang dihuni suku minangkabau, tetapi sekarang pagarhuyung masuk dalam wilayah minangkabau. Purba ditugaskan untuk menjaga wilayah perbatasan dengan Sumatra barat.
Setelah wilayah perbatasan dengan Sumatra barat dinilai tidak memiliki masalah (aman), Raja Nagur menarik ksatria perang Purba ke perbatasan di bagian utara, karena kerajaan Nagur sedang mengalami konflik dengan kerajaan aceh. Wilayah partuanon untuk purba di utara adalah dolog silou. Berbatasan langsung dengan suku karo. Purba ditempatkan di dolog silou untuk menjaga wilayah nagur utara, untuk menghadang kalau sewaktu – waktu raja aceh menyerang kerajaan nagur, ksatria Purba lah yang akan melawan serangan aceh agar ibukota Nagur tidak dapat langsung di serang musuh. Catatan marcopollo, seorang pelaut eropa dari venesia yang pernah singgah di Sumatra timur membenarkan peristiwa perang antara Raja Nagur dan Raja Aceh. Marcopollo mencatat pernah terjadi peperangan antara Raja Batta Nagoreh (Nagur) dengan Raja Aceh, dimana dalam peperangan itu Raja Aceh gugur akibat terkena panah beracun dari pasukan panah beracun Raja Nagur, saat itulah kerajaan Nagur dapat menguasai aceh dan selat malaka.
Permaisuri Raja Aceh menuntut balas, dia membuat sayembara besar, siapa yang dapat membunuh Raja Nagur, akan menjadi Raja Aceh. Dan akibat sayembara itu, Raja Nagur dapat di bunuh.
Sebab – sebab runtuhnya kerajaan Nagur, pertama karena mendapat serangan dari luar yaitu ekspansi kerajaan majapahit untuk menguasai seluruh nusantara. Tetapi serangan dari luar ini masih bisa dihadang oleh Raja Nagur dan para ksatrianya. Yang tidak disangka – sangka adalah serangan dari dalam negeri sendiri, timbul pemberontakan di raya yang dipimpin ksatria saragih, pemberontakan inilah yang membuat kerajaan Nagur Runtuh karena ibukota dapat dikuasai oleh para pemberontak, akibat mereka terlalu terfokus untuk menghadang serangan dari luar, ternyata ada serangan dari dalam negeri sendiri.
Akibat pemberontakan ini putra mahkota kerajaan Nagur yang bernama Mara Silu lari ke malaka, ada sumber yang menyatakan Mara Silu lari ke malaka dan disana dia mengganti namanya dan kemudian masuk agama islam dan mendirikan kerajaan yang sangat terkenal di nusantara yaitu Samudra Pasai, dan dialah raja samudra pasai yang pertama. Tetapi sumber ini harus kita kritisi lagi, apakah benar kejadian atau peristiwanya seperti itu? Kita juga harus mengetahui silsilah Raja – raja Pasai. Dan kalau peristiwa itu benar, aku sangat bangga menjadi suku simalungun, karena memiliki hubungan dengan Raja samudra pasai.
Situasi di kerajaan Nagur setelah pemberontakan dari Raya yang dipimpin ksatria saragih menjadi kacau, karena putra mahkota kerajaan Nagur, Raja mara silu telah meninggalkan Nagur, akibatnya tidak ada yang meneruskan kerajaan Nagur dinasty Damanik (vacuum of power). Akibat yang lebih fatal semua ksatria perang Raja Nagur terlibat konflik karena ingin menguasai Nagur. Ksatria perang tadi saling berperang untuk menguasai kerajaan nagur, akibat perang yang terus menerus terjadi, timbul penyakit sampar (hattu ni sappar) di wilayah kerajaan nagur karena mayat – mayat pasukan perang dibiarkan begitu saja menjadi bangkai tidak kubur atau di bakar, peristiwa ini menimbulkan kengerian di wilayah kerajaan, bukan hanya manusia yang terjangkit penyakit sampar ini, hewan ternak semua terkena.
Akibatnya semua ksatria perang (goraha) tadi bermusyawarah untuk menghentikan peperangan, dan mereka bersepakat untuk meninggalkan wilayah kerajaan nagur yang diserang penyakit sampar, tujuan mereka adalah menguasai pulau yang ada di tengah – tengah laut tawar (danau toba) yang mereka katakan samosir yang sebenarnya dari kata sahali misir.
Semua rakyat setuju untuk pergi, karena situasi di nagur akibat penyakit sampar itu tidak dapat di tanggulangi kembali,tetapi mereka berjanji suatu saat akan kembali lagi ke Nagur. mereka bergerak, menyebrangi laut tawar dan memukul kalah penguasa – penguasa pulau itu. Setelah waktunya tiba untuk kembali lagi ke nagur, mereka pun kembali pulang dan meninggalkan pulau itu, setelah sampai di Nagur, sedih lah hati mereka melihat wilayah itu kosong, sepi,sunyi tak berpenghuni, dan berkata“sima-sima ni lungun” yang artinya wilayah yang sepi,sunyi.
Hal inilah yang membuat nagur berganti nama menjadi simalungun. Dan di simalungun
Ada 4 raja besar beserta kerajaannya (harajaon naoppat, si raja maroppat) setelah kerajaan nagur runtuh.
Kerajaan dolog silou Raja purba Tambak.
Kerajaan raya Raja Saragih.
Kerajaan tanah jawa Raja Sinaga.
Kerajaan Siantar Raja Damanik (keturunan Raja Nagur Damanik).
Walaupun mereka sudah kembali ke nagur dan mengganti nama wilayah itu menjadi simalungun untuk mengenang peristiwa hattu ni sappar, masih sering terjadi konflik sesama raja, tetapi tidak berakibat fatal dan bisa ditanggulangi oleh semua raja. Peristiwa yang terkenal masa 4 raja adalah harungguan bolon (permusyawaraan besar), dimana 4 raja bersatu untuk melawan musuh yang ingin menguasai tanah simalungun, dahulu terjadi ekspansi kerajaan deli serdang ke simalungun, kerajaan deli ingin menguasai simalungun dan mengislamkan suku simalungun, tetapi serangan deli dapat dikalahkan akibat 4 raja memutuskan untuk bersatu mengalahkan serangan deli. Setelah masa 4 raja, kerajaan di simalungun bertambah menjadi 7 kerajaan (harajaon na pitu)
Kerajaan dolog silou Raja purba Tambak.
Kerajaan raya Raja Saragih.
Kerajaan tanah jawa Raja Sinaga.
Kerajaan Siantar Raja Damanik
Kerajaan panei Raja Purba Sidasuha
Kerajaan silimakuta Raja Purba girsang
Kerajaan pamatang Purba Raja Purba Pak pak.
Pada masa kolonial belanda, terjadi revolusi social disimalungun yang akhirnya semua kerajaan di simalungun runtuh dan rakyat memilih bergabung dengan nasionalisme Indonesia yang dipelopori ir.Soekarno di jawa.
Kembali ke perjalan sejarah Purba, kerajaan dolog silou adalah kerajaan marga Purba pertama. Raja nya adalah Purba Tambak, yang dahulunya Purba adalah ksatria perang kini telah menjadi Raja di simalungun, begitu pula status dolog silou berubah dari partuanon menjadi harajaon.
Raja Purba Tambak memiliki banyak keturunan,dan masing – masing keturunannya berebut tahtanya, bagi mereka yang tidak mendapatkan tempat lagi di kerajaan karena kalah suara atau dukungan, memilih untuk pergi dari kerajaan, seperti keturunan purba yang merantau ke tanah karo, mereka mengganti nama nya menjadi Tarigan dan telah menjadi bagian dari suku karo.
Begitu pula yang terjadi dengan Raja Panei Purba Sidasuha juga adalah keturunan Raja dolog silou. Purba Sidasuha dahulunya adalah Purba Tambak, tetapi bukan pewaris tahta kerajaan silou. Karena Purba Sidasuha adalah anak bungsu Raja Dolog Silou, yang mewarisi tahta kerajaan adalah anak pertama (sulung) putra mahkota.
Waktu Purba Sidasuha masih tinggal di kerajaan dolog silou, pekerjaannya adalah mengambil sari buah dari pohon aren (bagot) untuk diminum. Suatu hari, pergilah ia untuk mengambil sari buah dari buah pohon aren itu, setelah diambilnya di bawa nya ke kerajaan.
Tanpa sepengetahuannya, kakak nya putra mahkota menghabiskan semua sari buah itu, dan setelah dia mengetahuinya, kakaknya menghina nya, berkata : “on ma horjamu I harajaon on, parsuha – suha do ho” mendengar itu Purba Sidasuha menjadi marah kepada kakaknya, dan terjadi perkelahian diantara mereka. Setelah perkelahian itu Purba Sidasuha lari ke rumah amborunya karena kakaknya ingin membunuhnya, dan mengejarnya sampai ke rumah amboru mereka, tetapi Purba Sidasuha telah disembunyikan amborunya dan menunjukkan arah yang salah kepada kakaknya.
Mendengar peristiwa perkelahian ini, Raja dolog silou langsung mendamaikan keduanya.
Dari peristiwa ini, dia mengganti namanya menjadi Purba Sidasuha, dan ayahnya Raja dolog silou memberinya wilayah di dolog silou.
Purba Sidasuha adalah Raja Purba yang wilayahnya terluas dalam sejarah kerajaan Purba, dari ibukota Panei sampai ke perdagangan berbatasan dengan deli serdang, batas kerajaan panei dan deli serdang yang kini disebut sungai ular. Tetapi pada masa kolonial, perdagangan, sampai ke tebing tinggi jatuh ke tangan deli serdang karena mereka bekerja sama dengan belanda.
Purba Sidasuha juga memiliki Pustaha atau naskah, kalau pada malam hari dan di tempatkan di tempat yang gelap, pustaha itu bersinar seperti seekor naga. Mendengar itu, Raja Sinaga tidak Percaya, dan ingin menguji kebenaran nya. Oleh sebab itu dilakukan duel satu lawan satu antara Purba Sidasuha dengan Raja Sinaga di depan Raja Damanik.
Bagi yang kalah harus memberikan wilayahnya. Dalam duel itu Purba Sidasuha menang. Dan Raja Sinaga memberikan wilayahnya, yang tinggal menjadi miliknya hanya kerajaan di tanah jawa dan mengakui kesaktian pustaha itu.
Setelah memiliki wilayah yang luas, Purba Sidasuha memilih Panei sebagai pusat kerajaannya.
Raja panei Purba Sidasuha juga memiliki banyak keturunan. Disamping ada Putra mahkota kerajaan panei, ada keturunan yang lain, oleh sebab itu Raja panei langsung membagi wilayahnya dengan anak-anaknya supaya tidak terjadi konflik. Anak yang paling besar mewarisi tahta kerajaan panei, bagi anak anak paling bungsu di bagi wilayahnya, Purba Sidadolog di dolog, dan yang paling terkecil dari keturunannya Purba Sidagambir di Raya huluan.
Purba Sidadolog dan Sidagambir dahulu adalah Purba Sidasuha, kemudian berganti namanya sesuai wilayah pemberian ayah mereka Raja Panei, Sida pada marga Sidadolog dan Sidagambir, itu menunjukkan mereka keturunan Sidasuha dan mereka berdua bergelar Tuan dikerajaan Purba.
Kemudian ada dua lagi kerajaan Purba yang sebenarnya merupakan perantau yang datang ke simalungun.
Yaitu Kerajaan silimakuta, Raja Purba Girsang sebenarnya berasal dari pak pak dairi kemudian menjadi raja di simalungun, Purba Girsang membantu Raja Sinaga untuk mengalahkan serangan Pasukan Raja siantar, dan Purba Girsang berhasil mengalahkan pasukan Raja Siantar.
Karena wilayah yang paling luas di simalungun adalah kerajaan Purba, dolog silou ditambah panei, Girsang mendapat wilayah kerajaannya di silimakuta yang adalah wilayah Purba, Jadi Girsang masuk menjadi Purba karena itu ketentuan wilayah di simalungun.
Begitu juga Raja Purba Pak pak di kerajaan Pamatang Purba, karena menikah dengan putri Raja Damanik, dan karena wilayah Purba yang terluas, mereka juga masuk menjadi Purba, karena wilayah Pamatang Purba adalah wilayah kerajaan Purba.
Inilah perjalanan sejarah marga purba, kalau ada yang salah dari pemaparan diatas, aku sebagai penulis meminta maaf. Karena tulisan ini adalah interpretasi pribadi.
Silahkan bagi yang memiliki wawasan sejarah dan yang memiliki pengalaman sejarah Simalungun untuk menambahi kekurangan ku, agar kita temukan Fakta yang benar – benar adalah peristiwa sebenarnya.
DIATEI TUPA
RADO WANRY PURBA SIDAGAMBIR
JATINANGOR (JAWABARAT)
28 DESEMBER 2010
No comments:
Post a Comment