Thursday, March 8, 2012

SUKU PAKPAK

SUKU PAKPAK

Suku Pakpak banyak terdapat di Sumatera Utara, yakni di Dairi, Perbatasan dengan Aceh, Parlilitan dan Pakpak Bharat Tak banyak orang Indonesia yang mengenalnya. Bukan karena suku ini tidak terkenal, tapi karena suku ini adalah suku yang terabaikan bahkan oleh pemiliknya sendiri. Beberapa sumber mengindikasikan bahwa suku Pakpak adalah suku tertua dari clan Batak. Meski sebenarnya kebanyakan orang Pakpak tidak mau disebut sebagai Batak. Bukan karena egoisme, melainkan lebih kepada ingin menunjukkan bahwa suku Pakpak itu ada dan terlepas dari bayang - bayang suku Batak yang selama ini lebih dikenal oleh dunia.

Secara kasat mata, memang sulit membedakan antara suku Batak dan Pakpak hingga ilmuwan ( yang kita tidak tahu motifnya) menggolongkan suku Pakpak ke dalam sub suku Batak. Namun sebenarnya banyak perbedaan mendasar dari kedua suku ini, mulai dari pakaian adat, rumah adat, acara adat, marga, bahasa dan kepercayaan.

Namun suku ini kini terancam punah. Situs - situs bersejarah tentang suku ini sudah sangat langka. Rumah tradisional yang mencerminkan budaya asli orang Pakpak kini juga hampir tiada. Banyak penyebab mengapa hal ini terjadi yaitu karena terabaikan oleh pemerintah, karena banyak peninggalan yang rusak, hancur dan bahkan tak sedikit yang dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Entah mengapa suku Pakpak memang telah lama terabaikan. Nama  - nama gunung, sungai dan nama Tempat yang dulunya banyak yang dinamai dengan bahasa Pakpak kini telah berganti dengan nama yang lain. Dan juga sangat sulit mencari literatur lengkap tentang sejarah suku bangsa yang satu ini. Ditambah lagi dengan masa lalu kelam suku ini yang dikenal sebagai masyarakat yang tidak mengenal sekolah. Dan hampir tidak ada anak daerah ini yang memegang satu jabatan pentingpun di pemerintahan pusat.

KEPERCAYAAN
Saat ini mayoriyas dari suku pakpak banyak yang memeluk agama Islam dan Kristen.

PAKAIAN ADAT
Pakaian sehari-hari masyarakat pakpak pada umumnya, telah disesuaikan dengan perkembangan zaman. Namun pada acara adat tertentu, masyarakat pakpak menggunakan pakaian adatnya. Yakni :
Laki-laki
-oles
-bulang-bulang
-golok ucang
-borgot
-tali abak
-dan kujur sinane.
Perempuan
-baju merapi-api
-oles
-saomg
-cimata leppa-leppa
-rabimunduk
-dan ucang.



MAKANAN KHAS
Adapun makanan khas adat Pakpak adalah sebagai berikut:

Pelleng (Nasi Kuning)
Ini makanan khas, yang oleh orang Pakpak dipercaya memiliki kekuatan supranatural. Santapan ini lazimnya dihidangkan dalam acara menyongsong kegiatan yang dianggap berisiko besar. Perang misalnya. Juga dalam perhelatan untuk menggapai cita-cita atau mewujudkan harapan. Misalnya upacara menanda tahun, merkottas, meneppuh babah, atau mbengket bages.

Pelleng
Bahan untuk membuat pelleng adalah: beras, kunyit, cabe, asam, garam, kelapa, dan daging ayam. Cara membuat: beras ditanak menjadi nasi dan dibiarkan hingga lembek; masukkan kunyit, cabe, dan bumbu lain yang sudah digiling halus, asam, garam dan santan secukupnya; kemudian diaduk sampai rata, maka jadilah pelleng. Daging ayam digulai terpisah. Cara menyajikannya: pelleng ditata berbentuk tempurung terbalik di atas piring porselen, kemudian di atasnya ditaburi gulai ayam, dan diperindah dengan cabe merah mentah. Selanjutnya, siap sudah untuk disantap. Menyantapnya pada pagi hari saat matahari sedang naik menuju zenith.

Nakan Merasa atau Nakan Pagit
Bahannya berupa beras yang dicampur dengan bungke (buah dari tumbuhan yang rasanya pahit, inggir-inggir [Toba]), singgaren (tumbuhan yang wangi), rimbang, dan terong. Campuran ini lantas dimasak bersama nasi. Suguhan ini khususnya untuk perempuan hamil dalam acara yang dikenal sebagai memerre nakan merasa atau nakan pagit (menyuguhkan makanan berasa pahit).

Suguhan nakan merasa atau nakan pagit dimaksudkan agar perempuan hamil mendapat kekuatan sehingga terhindar dari segala macam penyakit. Jalan pikirannya: darah si ibu dan bayinya nanti akan terasa pahit sehingga tak disukai virus dan bakteri. Makanan ini disantap saat kandungan berusia 5 sampai 7 bulan. Menyantapnya pada pagi hari saat matahari sedang naik menuju zenith.

Nditak (Tepung Beras)
Beras ditumbuk halus dan diayak, lalu dicampur dengan gula merah serta kelapa. Lalu dikepal-kepal dengan tangan. Selesai. Itu yang disebut nditak. Penganan ini dihidangkan saat upacara mengikir atau mengelentik (kikir gigi) anak perempuan menjelang remaja (ampe-ampe bunga). Juga dalam acara muat nakan peradupen yaitu penyerahan mas kawin sebelum upacara perkawinan berlangsung. Dalam hajat ini nditak disediakan keluarga calon pengantin perempuan. Dalam meneppuh babah (menuntaspuaskan pinta mulut), acara yang dilaksanakan seusai acara adat lainnya (perkawinan, panen, upacara tahunan), nditak juga menjadi sajian.

Selain yang sudah disebut masih ada sejumlah makanan atau minuman khas Pakpak yang disuguhkan dalam acara adat. Misalnya nakan gersing yaitu nasi yang dimasak dengan kunyit, dan disajikan dengan meletakkan telor ayam rebus di atasnya; ginaru ncor yaitu beras yang dimasak menjadi bubur dan dicampur dengan cuka makan; pola tangkasen yaitu air enau yang diasamkan (tuak), pola tenggi yaitu air enau yang masih baru atau nira; tenggoli yaitu gula dari enau, tebu, dan madu lebah.

RUMAH ADAT SUKU PAKPAK
Rumah adat Pakpak memiliki bentuk yang khas yang dibuat dari bahan kayu dengan atap dari bahan ijuk. Bentuk desain rumah adat Pakpak selain sebagai wujud seni budaya Pakpak, setiap bentuk desain dari bagian-bagian Rumah Adat Pakpak tersebut memiliki arti tersendiri. Jika diteliti dengan cermat dan diketahui maknanya, maka cukup dengan melihat rumah adat Pakpak akan bisa mendeskripsikan bagaimana Suku Pakpak berbudaya.

Bentuk dan Arti Rumah Adat Pakpak
  1. Bubungan atap : Bentuk melengkung, dalam bahasa Daerah Pakpak-Dairi disebut: "Petarik-tarik Mparas ingenken ndengel", artinya: "Berani memikul resiko yang berat dalam mempertahankan adat istiadat".
  2. Tampuk bubungan yang bersimbolkan "Caban", artinya : "Simbol kepercayaan Puak Pakpak"
  3. Tanduk kerbau yang melekat dibubungan atap, artinya: "Semangat kepahlawanan Puak Pakpak".
  4. Bentuk segitiga pada rumah adat pakpak, artinya menggambarkan susunan adat istiadat Puak Pakpak dalam kekeluargaan yang terbagi atas tiga bahagian atau unsur besar sebagai berikut: (a). SENINA, adalah saudara kandung laki laki, (b). BERRU, adalah saudara kandung perempuan, (c). PUANG", adalah kemanakan. 
  5. Dua buah tiang besar disebelah muka rumah "Binangun", artinya "Kerukunan rumah tangga antara suami istri". 
  6. Satu buah balok besar yang dinamai "Melmellon" yang melekat disamping muka rumah, menggambarkan "Kesatuan dan Persatuan dalam segala bidang pekerjaan melalui musyawarah, atau lebih tepat disebut "Gotong royong".
  7. Ukiran-ukiran yang terdapat pada segitiga muka rumah yang bentuknya bermacam macam corak, dalam bahasa daerah Pakpak  disebut: (a). Perbunga Kupkup, (b). Perbunga kembang, (c). Perbunga Pancur, dan sebagainya yang menggambarkan bahwa puak Pakpak pun berdarah dan berjiwa seni. 
  8. Tangga rumah yang biasanya terdiri dari bilangan ganjil, 3 (tiga), 5 (lima) dan 7 (tujuh), menggambarkan bahwa penghuni rumah itu adalah keturunan raja (marga tanah), sebaliknya yang memakai tangga rumah genap, menandakan bahwa penghuni rumah tersebut bukan keturunan marga tanah (genengen). 
  9. Pintu masuk dari bawah kolong rumah menunjukkan kerendahan hati dan kesiapsiagaan.

Fungsi Rumah Adat Pakpak :
1.  Penggunaaan rumah adat : Rumah adat adalah tempat permusyawaratan mengenai masalah yang menyangkut kepentingan umum dan tempat mengadakan upacara upacara adat istiadat.
2.       Isi rumah adat adalah :
(a). Genderang,
(b). Garantung,
(c). Serunai,
(d). Sordan, labat, taratoa, seruling, semuanya alat alat kesenian daerah.
(e). Patung panglima atau pahlawan pahlawan, dan
(f). Mejan, ditempatkan dihalaman rumah.
3.       Pilo-pilo yang digantung dalam segitiga dipermukaan rumah adat menggambarkan adanya hubungan yang harmonis antara masyarakat dan pemimpinnya dan sebagai lambang kebijaksanaan pimpinan dalam mengayomi masyarakatnya.
4.    Gambar lidah payung menggambarkan kepercayaan masyarakat kepada pemimpinnya yang senantiasa memberikan bantuan dalammemelihara kesentosaan dan kesejahteraan masyarakat.

KESENIAN
Posisi musik tradisional sangatlah jelas dan terpandang dalam budaya Pakpak. Pada upacara-upacara tradisi, musik, terutama genderang, mempunyai peranan penting:  menjadi bagian dari sebuah prosesi adat, semisal pernikahan dan kematian. Dalam setiap menjalankan upacara adat, suku Pakpak menempatkan musik sebagai alat memperlancar komunikasi.

Orang Pakpak memiliki ensambel musik, baik tetabuhan (drum chime), yakni genderang si sibah (gendang sembilan), yang terdiri dari sembilan gendang satu sisi yang ditempatkan dalam satu rak. Gendang yang dipukul dengan stik (pemukul) ini selalu dipakai untuk mengiringi upacara adat. Di suku Pakpak upacara adat selalu terbagi dua: untuk keriaan, dan sebaliknya, untuk kedukaan. Musik (genderang) memegang peranan penting dalam keduanya.
Selain drum chime,  orang Pakpak juga memiliki alat musik sejenis xylophone, yang mereka sebut kalondang. Ciri khas kalondang ini adalah dimainkan dengan mengikuti melodi yang sama dengan vokal, tapi si pemain selalu punya ruang untuk berimprovisasi.

Kemudian ada juga kecapi, serta gong (aerofon, recorder). Lalu lobat dan sordam (end-blown flute) sebagai  instrumen solo. Terkadang digunakan juga  memang dalam ensambel musik.
Lobat biasanya dimainkan perkemenjen (penyadap getah kemenyan). Selain memainkan alat musik ini lazimnya mereka juga menyanyikan odong-odong. Senandung ini liriknya diciptakan sendiri, biasanya bermuatan keluh kesah hidup, atau kerinduan  kepada anak-istri di kampung.Odong-odong selalu dinyanyikan di atas pohon, sambil menyadap kemenyan dengan perkakas khusus;  perkakas sadap itu yang dipakai sebagai  musik iringan dengan memukul-mukulkannya ke pohon kemenyan.

TARIAN PAKPAK
Tari dalam Bahasa Pakpak disebut “Tatak” yang dalam Bahasa Toba disebut “Tortor” dan “Bahasa Karo” disebut “ La ‘ndek”. Tarian tradisional Pakpak sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, misalnya Tatak Memupu/ Menapu Kopi, Tatak Mendedah, Tatak Renggisa, Tatak Balang Cikua, Tatak Garo-Garo, Tatak Tirismo Lae Bangkuang, Tatak Mersulangat, Tatak Menerser Page, Tatak Muat Page, Tatak Adat, Tatak Mendedohi Takal-Takal, dan lain-lain. Selain itu, dikenal juga seni bela diri misalnya moccak dan tabbus.




Sastra
Kesusastraan juga dikenal dalam adat Pakpak, terutama peribahasa dan pantun. Biasanya peribahasa berisi anjuran dan nasihat sedangkan pantun juga berisi anjuran dan nasihat meskipun ada pantun jenaka.
Misalnya peribahsa yaitu ipalkoh sangkalen mengena penggel artinya dipukul talenan telinga terasa, maknanya yaitu untuk kita selalu menuruti, was-was dan tanggap terhadap nasihat yang berguna yang diberikan oleh orang yang lebih berpengalaman.
Contoh pantun yaitu sada lubang ni sigesada ma ngo mahan gerrit-gerriten, tah soh mi ladang dike pe, ulang ma ngo mbernit-mberniten artinya kemanapun kita merantau semoga tetap sehat selalu.
Prosa juga lumayan berkembang ditandai dengan banyaknya cerita-cerita legenda yang diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi seterusnya.
Contoh cerita rakyat Pakpak yaitu Cerita Simbuyak-buyak yang dikenal luas dalam masyarakat Kelasen, Cerita Nan Tampuk Mas yang dikenal masyarakat Keppas.

KERAJINAN TANGAN

Kerajinan tangan suku Pakpak sudah dikenal sejak jaman dahulu yaitu dengan adanya Mejan Batu (sejenis patung yang terbuat dari batu) yang terdapat hampir disetiap kuta. Selain itu ada juga “membayu” yaitu menganyam tikar, bakul, kirang (keranjang) dan lain sebagainya yang terbuat dari sejenis rumput yang tumbuh di sawah. Selain itu kerajina rotan dan bambu juga banyak dikembangkan misalnya kursi, sangkar burung, bubu, tampi, juga keranjang. Kerajinan lainnya yaitu terutama di daerah Kelasen yaitu “meneppa” yaitu pandai besi terutama meneppa golok (pisau dan parang), pedang, kujur (tombak), cangkul, cuncun dan lain-lain.


Fadel Muhammad, Mengenakan Pakaian Lengkap Adat Pakpak


Sumber:

No comments:

Post a Comment