SIANTAR-Suku Simalungun bukan muncul begitu saja, tetapi muncul dari pencampuran banyak suku, orang yang menghormati dan melaksanakan “ahap” Simalungun itulah yang dikatakan suku Simalungun.
Hal itu dikatakan Guru Besar UGM Prof Jopendi Purba Sidadolok didampingi Sekretaris Komunitas Jejak Simalungun (KJS) Sultan Sumbayak, Fabo Sumbayak dan Frans Garingging (sie Musik dan Vokal) di Kantor Harian Simantab, Sabtu (21/1). Kedatangan tamu tersebut disambut Pemimpin Redaksi dan Redaktur Pelaksana Mahadi Sitanggang dan Gulson Purba.
Dikatakan, bahwa melihat dari sejarah Simalungun dari kerajaan Sriwijaya, Gajah Mada, Pamalayu I dan Pagaruyung Minangkabau, bahwa ada keterkaitan dari berbagai budaya, situs dan pendukung lainnya, bahwa suku Simalungun berasal dari situ. Percaya atau tidak, bahwa kita masih ada hubungan dari berbagai kerajaan Hindu dan Budha tersebut.
Diakui, bahwa situs Simalungun tidak ada, karena sempat hilang pada zaman merebaknya penyakit sampar. Ketika itu para nenek moyang pergi dan banyak yang meninggal dunia. Kemungkinan pada saat itulah terputus soal situs Simalungun.
Kejadian pada tahun 1024 sebenarnya sudah ada “partuanon” di Simalungun. Dibuktikan dengan datangnya kerajaan tahun 1200 dan 1350 kerajaan Siriwiyaja dan Gajah Mada. Ketika itu terjadi percampuran berbagai suku pada saat itu. Seiring berjalannya waktu, maka kalau kita tarik garis dari berbagai sejarah tersebut dan berdirinya raja-raja di Simalungun dari daerah lain, maka asumsi sementara suku Simalungun tidak muncul begitu saja tetapi muncul dari pencampuran banyak suku, ujar Jopendi.
Mengenai semakin banyaknya generasi Simalungun yang tidak tahu soal asal usul Simalungun memang sangat dikuatirkan, sebab kalau pada suatu saat nanti generasi kita tidak tahu asal usulnya, berarti tidak tertutup kemungkinan suku Simalungun akan punah.
Oleh sebab itu, kehadiran Komunitas Jejak Simalungun (KJS) yang mau menggali, melestarikan berbagai situs yang ada di Simalungun merupakan suatu wadah yang harus kita dukung. Sebab, potensi orang Simalungun sangat tinggi dan berbudaya. Bisa dilihat dari beberapa orang Simalungun sudah banyak yang pintar dan cerdas berada di belahan dunia ini.
Karenanya, KJS jangan pernah letih dan berhenti menggali budaya, potensi suku Simalungun untuk diwariskan kepada generasi muda Simalungun yang akan mengembangkan dan melestarikan budaya tersebut di kemudian hari, tegasnya.
Sementara Sultan Sumbayak mengatakan, bahwa program sosial dari KJS ini akan mencari jejak situs yang ada di Simalungun minimal 1 kali dalam satu bulan dengan kenderaan roda dua. Tujuannya, untuk menggali berbagai budaya berdasarkan situs yang banyak di daerah ini yang hampir punah.
Untuk itu, KJS perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak demi melaksanakan tugas yang mulia ini. Tugas kami adalah jelas menggali dan melestarikan budaya Simalungun untuk diwariskan kepada generasi muda, ujarnya. (gul)
Sumber:
No comments:
Post a Comment