Monday, November 10, 2014

Djamin Ginting

Djamin Ginting

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Djamin Gintings
Informasi pribadi
Lahir12 Januari 1921
Bendera Belanda Desa SukaTiga Panah,Kabupaten KaroSumatera Utara
Meninggal23 Oktober 1974 (umur 53)
Bendera Kanada OttawaKanada
Partai politikGolkar Partai Golongan Karya
Suami/istriLikas Tarigan
AnakRiemenda J. Gintings
Riahna J. Gintings
Sertamin J. Gintings
Serianna J. Gintings
Enderia Pengarapen J. Gintings (meninggal tahun 2008)
AgamaKristen Protestan
Dinas militer
Pengabdian Indonesia
Dinas/cabangLambang TNI AD.png TNI Angkatan Darat
Masa dinas1945–1968
PangkatPdu letjendtni komando.png Letnan Jenderal TNI
PerangRevolusi Nasional Indonesia
PenghargaanPahlawan Nasional Indonesia
Letjen TNI (PurnDjamin Ginting (lahir di Desa SukaTiga PanahKabupaten KaroSumatera Utara12 Januari 1921 – meninggal di OttawaKanada23 Oktober 1974 pada umur 53 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Hindia Belanda di Taneh Karo yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 7 November 2014.

Kehidupan awal[sunting | sunting sumber]

Djamin Ginting dilahirkan di desa Suka, kecamatan Tiga PanahKabupaten Karo. Setelah menamatkan pendidikan sekolah menengah dia bergabung dengan satuan militer yang diorganisir oleh opsir-opsir Jepang. Pemerintah Jepang membangun kesatuan tentara yang terdiri dari anak-anak muda di Taneh Karo guna menambah pasukan Jepang untuk mempertahankan kekuasaan mereka di benua Asia. Djamin Ginting muncul sebagai seorang komandan pada pasukan bentukan Jepang itu.

Karier kemiliteran[sunting | sunting sumber]

Memimpin pasukan setelah kekalahan Jepang[sunting | sunting sumber]

Rencana Jepang untuk memanfaatkan putra-putra Karo memperkuat pasukan Jepang kandas setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada Perang Dunia II. Jepang menelantarkan daerah kekuasaan mereka di Asia dan kembali pulang ke Jepang. Sebagai seorang komandan, Djamin Ginting bergerak cepat untuk mengkonsolidasi pasukannya. Dia bercita cita untuk membangun satuan tentara di Sumatera Utara. Dia menyakinkan anggotanya untuk tidak kembali pulang ke desa masing masing. Ia memohon kesediaan mereka untuk membela dan melindungi rakyat Karo dari setiap kekuatan yang hendak menguasai daerah Sumatera Utara. Situasi politik ketika itu tidak menentu. Pasukan Belanda dan Inggris masih berkeinginan untuk menguasai daerah Sumatera.

Pionir pejuang[sunting | sunting sumber]

Dikemudian hari anggota pasukan Djamin Gintings ini akan mucul sebagai pionir-pionir pejuang Sumatera bagian Utara dan Karo. Kapten Bangsi Sembiring, Kapten Selamat Ginting, Kapten Mumah Purba, Mayor Rim Rim Ginting, Kapten Selamet Ketaren, dan lain lain adalah cikal bakal Kodam II/Bukit Barisan yang kita kenal sekarang ini. Ketika Letkol. Djamin Gintings menjadi wakil komandan Kodam II/Bukit Barisan, dia berselisih paham dengan Kolonel M. Simbolon yang ketika itu menjabat sebagai KomandanKodam II/Bukit Barisan. Djamin Ginting tidak sepaham dengan tidakan Kolonel M.Simbolon untuk menuntut keadilan dari pemerintah pusat melalui kekuatan bersenjata. Perselisihan mereka ketika itu sangat dipengaruhi oleh situasi politik dan ekonomi yang melandaIndonesia. Disatu pihak, Simbolon merasa Sumatera dianak-tirikan oleh pemerintah pusat dalam bidang ekonomi. Dilain pihak, Ginting sebagai seorang tentara profesianal memegang teguh azas seorang prajurit untuk membela negara Indonesia.

Operasi Bukit Barisan[sunting | sunting sumber]

Dalam rangka menghadapi gerakan pemberontakan Nainggolan di Medan (Sumatera Utara) maka Panglima TT I, Letkol Inf Djamin Ginting melancarkan Operasi Bukit Barisan. Operasi ini dilancarkan pada tanggal 7 April 1958. Dengan dilancarkannya operasi Bukit Barisan II ini, maka pasukan Nainggolan dan Sinta Pohan terdesak dan mundur ke daerah Tapanuli.[1]

Mengakhiri karier[sunting | sunting sumber]

Dipenghujung masa baktinya, Djamin Ginting mewakili Indonesia sebagai seorang Duta Besar untuk Kanada. Di Kanada ini pulalah Djamin Ginting, mengakhiri hayatnya.

Jabatan yang pernah diduduki[sunting | sunting sumber]

Keluarga[sunting | sunting sumber]

Djamin Ginting meninggalkan 5 orang anak. Salah satunya seorang putri bernama Rimenda br Ginting, SH, yang sekarang menjabat sebagai ketua umum Himpunan Masyarakat Karo Indonesia.[6]

Karya Tulis[sunting | sunting sumber]

Semasa hidupnya, Djamin Gintings menulis beberapa buku. Satu diantaranya "Bukit Kadir" mengisahkan perjuangannya di daerah Karo sampai ke perbatasan Aceh melawanHindia Belanda. Seorang anggotanya, Kadir, gugur disebuah perbukitan di Tanah Karo dalam suatu pertempuran yang sengit dengan pasukan Belanda. Bukit itu sekarang dikenal dengan nama Bukit Kadir.

Referensi[sunting | sunting sumber]




Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Djamin_Ginting

No comments:

Post a Comment