Liberty Manik: Intelektual
Pencipta Lagu Nasional
CARIKABAR.COM - Satu nusa Satu bangsa Satu bahasa kita/Tanah air pasti jaya untuk selama-lamanya. Lagu Satu Nusa Satu Bangsa ini adalah salah satu lagu yang diciptakan komponis Liberty Manik. Laki-laki kelahiran Sidikalang 1924 ini awalnya bernama Raja Tiang Manik dari ayah Raja Patihan Manik dan ibu Salat br. Situmorang. Lagu Satu Nusa Satu Bangsa ini diciptakan pada tahun 1947 di sebuah rumah yang tergolong bagian dari benteng Kraton Yogyakarta Hadiningrat
Selama masa revolusi Liberty Manik memang bermukim di Yogyakarta. Dia bersama Cornel Simanjuntak menempuh pendidikandi sekolah guru Muntilan. Selama di Yogyakarta ia menyaksikan kehebatan semangat perjuangan rakyat mempertahankan kemerdekaan. Keadaan ini mengilhami Liberty untuk menciptakan lagu Satu Nusa Satu Bangsa yang memotivasi persatuan dan kesatuan. Pada masa itu ia bekerja di RRI Yogyakarta pada 1945. Lagu ini dibuat guna mengisi kekurangan lagu perjuangan
Sebelum masuk sekolah guru, Liberty menempuh pendidikannya, antara lain di Hollands Inlandsche Kweekschool di Mertoyudan, Jawa Tengah. Di sini ia berkenalan dengan Cornel Simanjuntak yang juga telah kita kenal sebagai salah satu pencipta lagu wajib yang banyak dinyanyikan di Indonesia. Dengan masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, HIK Muntilan terpaksa ditutup dan Liberty muda terpaksa bekerja sebagai pemain biola dan penyanyi di Semarang Hoyokyooku.
Dia tetap melanjutkan pendidikannya dengan jalan berliku, Liberty mencapai bangku kuliah Institut Seni Indonesia di Yogyakarta Sekitar 1949, Liberty pindah kembali ke Jakarta dan bekerja di MajalahArena yang berada di bawah pimpinan H. Usmar Ismail, dan akhirnya pada tahun 1951 Manik kembali ke kampung halamannya, Sumatera Utara dan masih tetap aktif bergiat dalam kelompok paduan suara di RRI Medan.
Pada 1950-an Liberty melanjutkan studi ke Jerman. Manik berhasil memperoleh gelar doktor filsafat dengan magna cum laude di Universitas Frein. Disertasinya berjudul Das Arabische Tonsysten Im Mittelalter adalah pengkajian kitab-kitab musik para filsuf muslim seperti Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ihwan al-Safa.
Sepanjang hidupnya, Ia tak hanya menjadi pencipta lagu, ia juga pengajar musik di Institut Seni Indonesia (Yogyakarta) yang dikenal sebagai filolog (ahli bahasa) Batak kuno. Ia melakukan kajian yang mendalam mengenai Gondang, musik khas Batak. Selain satu Nusa Satu Bangsa lagu populer lainnya yang diciptakan L. Manik adalah Desaku. Dia juga menerjemahkan dan mementaskan oratorium Mattheus Passion dan Weichnachtsoratorim karangan JS Bach di Jogyakarta tahun 1980-an. Serta Batak Handschriften. W Voigt (editor)Vol XXVIII Verzeichnis der orientalischen Handschriften in Deutschland, Wiesbaden (1973). (int) .
Liberty juga sempat menulis di media masa. Di antaranya Sekitar Musik Indonesia yang dimuat dalam Majalah Mimbar Indonesia pada 27 Oktober 1951. Liberty menulis mengkritisi apa yang disebut sebagai corak musik Indonesia. Bagi Liberty lebih penting memperoleh hasil seni yang bernilai tinggi dulu. Dapatkah kita membanggakan gubahan seorang komponis Indonesia jang 100% bertjorak nasional , tapi hanja berharga untuk didendangkan di tepi jalan? Ungkapnya dalam tulisan itu.
Pada 1976, Liberty kembali ke Indonesia dan bekerja di Dewan Gereja Indonesia (DGI) hingga akhir hayatnya yaitu pada tanggal 16 September 1993 di Yogyakarta, kota yang dicintainya dan dimakamkan di pemakaman seniman di Imogiri, Bantul, Yogyakarta. (berbagai sumber) ***
Sumber:
http://www.carikabar.com/inspirasi/157-tokoh/1001-liberty-manik-intelektual-pencipta-lagu-nasional
No comments:
Post a Comment