Wednesday, June 6, 2012

Puak-Puak Suku Mandailing dan Puak Angkola


Puak-Puak Suku Mandailing dan Puak Angkola



Griyawisata.com, Puak Angkola dan puak Mandailing mempunyai marga yang sama seperti Siregar, Nasution, Lubis atau 
Harahap. Penduduk sebagai orang Angkola memiliki keteguhan pada aturan-aturan adat. Aturan-aturan adat dijalankan dengan begitu keras, misalnya dalam adat perkawinan. Perkawinan satu marga di Angkola dianggap tabu, berbeda dari wilayah tetangganya Mandailing. Di Mandailing, aturan-aturan seperti ini sudah banyak dilanggar. Di daerah ini, perkawinan lebih didasarkan menurut aturan agama, bukan menurut aturan adat, sehingga perkawinan satu marga, bukanlah sesuatu yang terlarang.

Jika dibandingkan dengan puak Batak yang lain, puak Mandailing jauh lebih dahulu maju. Karena puak ini lebih awal merubah tata kehidupannya sebagai akibat masuknya Islam yang dibawa oleh kaum Paderi dari Minangkabau. Dan setelah itu, mereka pula yang mengundang pemerintah Belanda memasuki wilayah mereka untuk mengusir para pidari yang sudah melenceng jauh dari tujuan kedatangan mereka sebelumnya. Sehingga kedua kaumtersebut membawa perubahan yang sangat besar dalam tata kehidupan masyarakat Mandailing.

Sementara orang-orang Batak lain masih sibuk dengan alemu-alemu yang diwarisi dari para leluhur mereka, orang Mandailing sudah mempelajari ilmu dengan tekun. Bahkan, orang Batak pertama yang belajar ke Eropa misalnya, adalah orang Mandailing bernama Sati Sokondar bermarga Nasution, yang kemudian terkenal dengan nama Willem Iskandar.
Di dalam diri anak kecil ini memiliki sesuatu yang menarik sehingga diamenjadi Nyonya Godon (isteri seorang Controleur di Kotanopan), dibawa ke Negeri Belanda dan kemudian disekolahkan di sana. Di Belanda dia berganti nama menjadi Wilhelm Iskandar. Penggantian nama Sati Sokondar menjadi Wilhelm Iskandar adalah atas anugerah Prins Wilhelm yang menjadi raja Belanda pada waktu itu. Waktu beliau meninjau sekolah yang menjadi tempat Sati belajar, dia terheran-heran melihat kepandaian anak ini. Karena kepintarannya Prins Wilhelm berkenan memberi nama baru sesuai dengan namanya kepada Sati. Setamat dari negeri Belanda, dia dipercaya untuk memimpin Sekolah Guru (Kweekschool) yang pertama di Tano Bato.[wlmn]


Sumber:

No comments:

Post a Comment