Wednesday, June 20, 2012

Pelestarian Aek Dai


Pelestarian Aek Dai
Oleh : Melani Butarbutar | 28-Jan-2009, 16:17:06 WIB
KabarIndonesia - Jika mau berkunjung ke Kabupaten Samosir di kawasan Danau Toba yang dikenal sebagai daerah tujuan wisata, banyak objek wisata yang layak untuk dinikmati baik panorama alam, situs budaya dan legenda.

Dari jalan lintas Sidikalang-Doloksanggul, dengan mobil atau roda dua kita masuk belok kiri di kawasan Tele menyelusuri jalan menurun dan tikungan dan setelah kurang lebih dua kilometer, nun jauh dihadapan kita menjulang tinggi sebuah gunung Pusuk Buhit (2.985 m dpl) dan di arah kanan bawah terlihat Danau Toba yang diatasnya terbentang Pulau Samosir.

Untuk dapat memandang dengan jelas kita lanjutkan perjalanan hingga sampai di Menara Pandang Tele untuk istirahat sejenak sambil minum the atau kopi untuk menghangatkan badan karena udara dingin di seputar kawasan Tele (Sumatera). Menaiki anak tangga ke puncak Menara Pandang Tele yang terletak di pinggir jalan, bagi sementara orang merasa takut, karena bangunan ini memang khusus didirikan Pemerintah Daerah sebagai salah satu sarana/prasarana bagi penikmat pariwisata.

Dari puncak menara pandang terlihat jelas Pulau Samosir dan Danau Toba, kawasan Pusuk Buhit dan serta jalan lintasan yang menempel bertingkat diatas bukit menuju  lembah Limbong yang memiliki objek wisata dan situs Batak, sementara di bagian sebelah kanan akan terlihat desa atau kampung di Kecamatan Harian serta air terjun Efrata yang jatuh memutih di kawasan Desa Sosordolok juga telah menjadi objek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan.

Melanjutkan perjalanan menyusuri jalan berliku dan menurun, kita tidak perlu kuatir namun harus tetap hati-hati karena jalan tersebut telah diperlebar degan aspal hotmix pada tahun 2008 yang lalu oleh Pemerintah Daerah Kab.Samosir. Jarak dari simpang Tele hingga ke Pangururan ibukota Kab.Samosir di pulau Samosir sejauh 22 km, kini dapat ditempuh 30 menit. Kurang lebih 7 kilometer dari menara pandang, kita akan belok kiri dan masuk ke desa Limbong, disanalah tempatnya Aek Sipitu Dai (air tujuh rasa) mengalir dari Pusuk Buhit.

Menurut para tetua orang Batak dan petugas Dinas Pariwisata di komplek ini, bahwa Aek Sipitu Dai ini memiliki sejarah yang berhubungan dengan dengan nenekmoyang si Raja Batak yang tinggal di Sianjurmula-mula Kabupaten Samosir. Kawasan ini banyak didiami oleh turunan Si Raja Batak dari anaknya yang pertama Guru Tatea Bulan dengan marga-marga Limbong, Sagala dan sebagainya, sehingga Aek Sipitudai ini dianggap sebagai milik keturunan Guru Tatea Bulan.

Disebut Aek Sipitu Dai, karena memang air yang keluar dari dalam tanah dari 7 sumber air dengan rasa yang berbeda-beda dan masing-masing air memiliki nama/sebutan tersendiri yakni Aek ni Posoposo (Air Bayi ), Aek ni na hol (Air  Mandul),Aek Boru na gabe (Air Wanita Subur),Aek Sibaso (Dukun Beranak), Aek Pangulu (Air untuk Raja), Aek Si Doli (Air untuk Anak Muda), Aek Hela/Boru (Air Menantu).

Keluarnya air ini atas doa dan permintaan Langgat Limbong (turunan Limbong Mulana anak ketiga Guru Tatea Bulan) kepada Mulajadi Nabolon, karena dia merasa haus dalam perjalanan menuju Timur, dia menancapkan tongkatnya lalu air keluar dengan tujuh rasa. Menurut cerita, Mulajadi Nabolon berpesan kepada Langgat Limbong bahwa air tujuh rasa ini dapat memuaskan dahaga, menjadi obat dan membawa rezeki-jodoh.

Kini,Aek Sipitudai ramai dikunjungi oleh para putra Batak dari perantauan dan wisatawan, mereka terkadang mandi, cuci muka dan minum air seraya berdoa meminta rezeki dengan menyediakan sekapur sirih (Batak: demban), bahkan ada yang membawa pulang air tersebut untuk dijadikan obat.

Masyarakat wisatawan memohon kepada masyarakat setempat dan Pemerintah Daerah, kiranya dapat melestarikan Aek Sipitudai sebagai salah satu peninggalan sejarah dan dijadikan objek wisata. Untuk itu janganlah kiranya masyarakat/penduduk setempat menggunakannya sebagai tempat MCK, sebaiknya dibangun di tempat lain MCK untuk kebutuhan mandi, cuci, sementara Aek Sipitudai menjadi kawasan khusus, yang kebersihan, kenyamanan dan keindahannya tetap terpelihara.

Habis mandi atau minum aek Sipitu Dai, masih ada objek wisata lain yang cukup unik dikawasan ini misalnya Batu Hobon (batu tempat penyimpanan harta pusaka orang Batak), patung Guru Tatea Bulan, Batu Sawan (di pinggang Pusuk Buhit) tempat mandi nenek moyang orang Batak, dan perkampungan Si Raja Batak di Sagala, dan jika ingin mandi air panas kita lanjutkan perjalanan menuju kota Pangururan, di kaki Pusuk Buhit di tepian Danau Toba tersedia pemandian air panas di kawasan Aek Rangat.

Kalau Pemkab cq Dinas Pariwisata Seni dan Budaya telah mempromosikan objek wisata, bagaimana dengan stakeholders dan masyarakat bahkan Wakil Rakyat di DPRD, tentu ditantang untuk turut berpartisipasi.


Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera: www.kabarindonesia.com
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&dn=20090128145313

No comments:

Post a Comment