Friday, June 22, 2012

POTENSI GEOTHERMAL


potensi geothermal

Geothermal Sumut Berpotensi Sumbangkan 200 MW
Indonesia berpotensi menjadi negara super power penggunaan energi panas bumi (geothermal) sebagai sumber tenaga listrik.
Hal ini di ungkapkan oleh Al Gore mantan wakil Presiden Amerika Serikat dalam pidato pembukaan “The Climate Project Asia Pacific Summit” di Balai Sidang Senayan Jakarta, Minggu lalu.
Sementara Filipina sebagai negara terbesar kedua di dunia produsen listrik panas bumi.
Al Gore mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan profil emisi karbon yang unik karena sebagian besar berasal dari sektor kehutanan dan hutan gambut.
Sementara itu pemerintah telah menargetkan peningkatan pengembangan energi baru dari 4,07% menjadi 25% pada tahun 2025.
Menurut Henry Hutapea, Kepala Bidang Energy Sumber Daya Mineral (ESDM) Propinsi Sumatera Utara di Sumut potensi sumber energi geothermal di atas 100 MW. Menurutnya, jika masyarakat ingin membuat pembangkit listrik dapat menggunakan dua alat alternatif yakni picohydro dan microhydro. Dengan skala picohydro mampu menghasilkan listrik hingga 200 watt sedangkan microhydro hingga 10.000 watt.
Menurut Henry investor dari Filipina Dr Guillermo R Balce, yang juga mantan menteri energi di Filipina, sudah menytakan akan berkunjung ke Sumatera Utara untuk melakukan tinjauan lapangan sekaligus bertemu dengan Gubernur Sumatera Utara, H Syamsul Arifin SE terkait investasi ekploitasi geothermal di Sumut.
“Beberapa lokasi telah dikunjungi , seperti Pusuk Buhit Samosir, Sorik Marapi Mandailing Natal, dan Sipoholon Tapanuli Utara, potensi semua lokasi tersebut cukup bagus. Guillermo juga meyakinkan bahwa mereka juga berpengalaman dalam menangani proyek-poryek besar minimal 100MW,” ucapnya.
Saat ini kata Henry potensi energi  geothermal di Sumut tersebar di berbagai wilayah, antara lain Karo, Langkat, Samosir, Taput, Madina, Tapsel dan Simalungun, dua diantanya yakni di kawasan Sipaholon Taput dan Sorik Merapi Madina sudah dilakukan survey pendahuluan.
“Madina akan Dapat Royalti 2,5% dari Pendapatan Hasil Panas Bumi mereka di tahun 2015 nanti,” ungkapnya.
Pendapatan itu dari eksploitasi yang akan di lakukan oleh PT Sorik Merapi Geotermal Power (PT SMGP) yang bergerak  di proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi dari kaki gunung sorik merapi, Mandailing Natal.
“Jika perusahaan yang bergerak dibidang tenaga listrik dari panas bumi di daerah kita ini berproduksi sesuai dengan kesepakatan yang telah terjadi antara pihak investor dengan pemerintah daerah, maka kita akan menerima  kompensasi (royalti) sebagai pendapatan asli daerah (PAD)  sebesar 2,5%,” sebut nya.
Izin areal seluas 62.000 Hektar (ha) menurut hendry sudah di berikan oleh bupati Madina.
Sebab PT SMGP adalah investor yang tergabung dalam  tiga negara yakni Australia, India dan Indonesia tersebut.
Adapun kelebihan energi geotermal dibandingkan dengan sumber energi lainnya kata dia, dapat memberikan keuntungan ekonomi secara local. Selain itu dapat dikontrol secara jarak jauh, dan mengurangi polusi dari penggunaan bahan bakar fosil. Energi geotermal terbersih jika dibandingkan minyak bumi, batubara, dan nuklir. Hal ini dikarenakan emisi pembangkit geotermal sangatlah rendah, dan bahkan secara teoritis emisinya sama dengan nol.
Walaupun begitu, menurutnya energi geotermal tetap mempunyai kekurangan yaitu biaya instalasi awalnya yang sangat mahal.selain itu Kerugian juga mengancam dengan energi geotermal ini. Pembangunan pembangkit tenaga geothermal mempengaruhi kestabilan tanah di beberapa daerah.Hal ini terjadi ketika air diinjeksikan ke lapisan batuan kering ketika di sana tidak ada air sebelumnya. Uap kering dan uap dalam skala kecil juga membebaskan dalam level rendah gas karbon dioksida,nitrit oksida, sulfur meskipun hanya sekitae 5% dari level jika menggunakan bahan bakar fosil.
Meskipun demikian, pemanfaatan energi panas bumi secara berlebihan tetap berdampak kurang menyenangkan. Beberapa dampak yang mungkin terjadi adalah ancaman terhadap keberadaan hutan lindung, amblesan tanah (subsidence), pengurangan air tanah ataupun mata air, penggundulan hutan, dan erosi. Masalah tersebut bukanlah masalah yang sepele. Jika kita tidak memperhatikan masalah tersebut, boleh jadi tak akan jadi masalah pada kehidupan kita sekarang.
Meskipun lapisan geothermal dapat menghasilkan panas dalam beberapa decade akan tetapi secara spesifik beberapa lokasi akan mengalami pendinginan karena pembangunan sumber yang terlalu luas sementara hanya sedikit energi yang tersedia.
Akan tetapi melihat peranan tenaga panas bumi yang dapat menyediakan 100% kebutuhan listrik dari 39 negara (lebih dari 620 juta jiwa) di Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, dan di negara-negara Pasifik. Penemuan reservoir panas bumi diyakini akan bertambah dengan meningkatkan kegiatan eksplorasi.
Henry mengungkapkan, Potensi sumber energi panas bumi terhitung lebih besar dibandingkan dengan jumlah gabungan sumber energi dari batubara, minyak dan gasbumi, serta uranium yang sekarang ada. Perkembangan panas bumi di dunia pada dekade terakhir ini menunjukkan kemajuan yang pesat. Kapasitas terpasang total pada tahun 2000 sebesar 8661 MW, diperkirkan dapat naik 55% menjadi 13500 MW atau lebih pada tahun 2010. Pada tahun 2000, hanya 21 negara yang memproduksi tenaga panas bumi. Sampai tahun 2005, sedikit naik menjadi 24 negara. Tetapi, jika 22 negara yang sekarang sedang melakukan eksplorasi dapat berhasil pada tahun 2010, maka jumlahnya akan menjadi 46 negara yang memproduksi tenaga dari panas bumi.
Sistem hidrotermal sangat erat kaitannya dengan sistem vulkanisme dan pembentukan gunung api pada zona batas lempeng yang aktif di mana terdapat aliran panas (heat flow) yang tinggi. Menurutnya Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng aktif yang memungkinkan panas bumi dari kedalaman bumi ditransfer ke permukaan melalui sistem rekahan. Posisi strategis ini menempatkankan Indonesia sebagai negara paling kaya dengan energi panas bumi sistem hidrotermal yang tersebar di sepanjang busur vulkanik sehingga sebagian besar sumber panas bumi di Indonesia tergolong mempunyai entalpi tinggi. “Tetapi pada kenyataannya, energi geotermal belum dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar sumber energi geotermal hanya dimanfaatkan sebagai tempat wisata dan hanya sedikit yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, itu juga karena dana kita tidak ada untuk membanmgunnya,” ucapnya.
Warga di sumatera utara berharap proyek pembangkit listrik tenaga geothermal di Sumut yang sedang di kerjakan di tapanuli utara dan madina cepat selesai, Untuk peningkatan kapasitas listrik di sumut yang sedang mengalami defisit saat ini.
Iskandar sembiring, aktivis forum corporate social responsibility melalui facebooknya mengatakan, pemerintah dan pihak terkiat seperti PLN harus memperjuangkan proyek Geothermal Sarulla di Pahae Tapanuli Utara agar cepat menjadi pembangkit listrik.
Menurutnya PLN dengan peralatan kunonya sudah tak mampu memasok Listrik  yang cukup kepada masyarakat di sumatera utara, padahal mkata dia listrik adalah simbol kemajuan.
Ia mengatakan, Sarulla Geothermal akan dpt menyediakan energi yg ckp utk seluruh Sumut.
“Tapi tanpa perjuangan keras utk mengangkat Sarulla Geothermal menjadi isu nasional, Sumut akan terus kekurangan listrik,” paparnya.
Tulisan ke dua :
Indonesia Masih Jauh Ketinggalan
Untuk kesekian kalinya, Indonesia kembali dipercayakan menjadi tempat penyelenggaraan konferensi penting tingkat internasional yaitu World Geothermal Congress (WGC 2010). Dengan tema Geothermal “The Energy to Change the World” menjadi sebuah mimpi untuk mengubah dunia melalui penerapan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Menurut henry kongres panas bumi dunia yang dihadiri lebih dari 2500 partisipan dari 85 negara itu merupakan forum untuk sharing tentang keberhasilan dalam pengelolaan sumber energi panas bumi, geothermal, mulai dari hulu ke hilir.
Mulai dari eksplorasi, drilling, eksploitasi, sampai bisnis penjualannya. Dalam forum ini telah menghasikan Deklarasi Bali yang menjadi momentum pernyataan tekad, sekaligus sarana promosi dan investasi pengembangan panas bumi di Indonesia, sejalan dengan program kelistrikan 10.000 Megawat (MW).
“Energi yang ramah lingkungan dari sumber energi terbarukan kini tidak sekadar kebutuhan manusia. Lebih dari itu, telah menjadi trend global sekaligus simbol kemajuan teknologi. Uni Eropa, misalnya menargetkan sekitar 20 persen pasokan energinya berasal dari sumber energi terbarukan pada satu dasawarsa mendatang,” ungkapnya.
Ia juga menyebut China setelah membukukan pertumbuhan ekonomi yang mencengangkan dan menjadi salah satu negara berkembang pesat yang “ditakuti” negara maju, kini mengembangkan energi listrik ramah lingkungan yaitu listrik tenaga angin dan menuju negara ketiga terbesar listrik tenaga angin menggeser Spanyol setelah Amerika Serikat dan Jerman pada tahun 2010.
Niat China mengubah sebagian energi mereka yang sebelumnya merupakan negara berkembang pesat dengan ketergantungan pada batubara, saat ini masih diperkirakan 70 persen menjadi energi ramah lingkungan didukung keputusan pemerintahnya mengadopsi ketentuan hukum baru yang mewajibkan kebutuhan industri-industri diperoleh dari sumber energi terbarukan.
Sedangkan Indonesia negara yang kaya akan sumber daya alam, masih sedikit memanfaatkan enenergy terbarukan ini. “Peluang pengembangan energi alternatif di negara kjita cukup besar, karena banyak potensi alam atau hayati yang bisa dimanfaatkan. Kekayaan gas alam dan batu bara melimpah, sinar matahari memancar sepanjang tahun, serta kekayaan sumber daya alam terbarukan yang tersedia dalam jumlah yang tak terhingga, masalahnya kita tak memiliki teknologi apapun terkait operasional pemanfaatannya,” bebernya.
Ia menceritakan pemberdayaan energi panas bumi (geothermal) sebenarnya telah dilakukan sejak zaman Paleolitikum. Pada zaman tersebut, panas bumi digunakan untuk memanaskan ruangan ketika musim dingin atau memanaskan air untuk mandi. Penggunaan energi ekstraksi dari panas yang tersimpan di dalam bumi yang berasal dari aktivitas tektonik sejak planet ini terus meluas di berbagai belahan dunia.
“Menurut peneliti Geo-Heat Center Oregon Institute of Technology, Amerika Serikat bahwa energI panas bumi telah menghasilkan listrik 3.000 MW selama satu dasawarsa terakhir dan telah digunakan di sedikitnya 27 negara di Dunia. Energy Geothermal ini diyakini sebagai energi yang sangat terjangkau, bisa diandalkan dan sangat ramah lingkungan, seiring semakin menipisnya cadangan bahan bakar fosil dunia,” ucapnya.
Sekarang ini kata dia, Indonesia merupakan negara ketiga terbesar yang memanfaatkan energi geothermal sebagai sumber listrik. Amerika Serikat dan Filipina merupakan dua negara yang berada di peringkat pertama dan kedua dunia dalam pemanfaatan energi geothermal.
“Saat ini Eslandia adalah negara percontohan di dunia dalam pengembangan energi panas bumi yang ramah lingkungan dan aman sekaligus memberdayakan negara dan masyarakat,” paparnya.
Beberapa laporan penelitian kata dia menyebutkan bahwa energi panas bumi adalah salah satu dari beberapa sumber energi terbarukan yang bisa menyediakan listrik untuk beban dasar yang terus-menerus dengan dampak negatif yang kecil terhadap lingkungan dan tanpa emisi gas sehingga pemanfaatannya pun mengurangi keberlanjutan global warming.
Pembangkit energi geothermal tidak membutuhkan bahan bakar untuk menghasilkan listrik sehingga level emisinya sangat rendah. Energi geothermal mempunyai potensi beban dasar yang signifikan, serta tidak membutuhkan media penyimpanan, sehingga bisa digunakan untuk melengkapi energi terbarukan lainnya, seperti panas surya, energi angin dan air.
Di Indonesia, pemanfaatan energi panas bumi (geothermal) sebagai sumber energi terbarukan yang bisa menghasilkan listrik saat ini masih sangat minim dan belum termanfaatkan dengan baik. Sebagian besar sumber energi geothermal hanya dimanfaatkan sebagai objekt wisata.
Padahal, dengan meningkatnya kebutuhan energi dunia ditambah lagi dengan semakin tingginya kesadaran akan kebersihan dan keselamatan lingkungan, maka energi geothermal akan mempunyai masa depan yang cerah.
Indonesia mempunyai potensi sumber daya panas bumi lebih dari 28.100 MW atau 40 persen potensi dunia, namun baru 4,3 persennya saja yang dimanfaatkan. Energi panas bumi yang dimanfaatkan Indonesia baru sekitar 1.100 MW, di bawah Filipina (2000 MW) dan Amerika Serikat (4000 MW).
Pemerintah kata henry menargetkan pengembangan energi geothermal mencapai 9.500 MW pada tahun 2025 mendatang atau sekitar 5 persen dari total kebutuhan energi nasional akan dipenuhi melalui pemanfaatan energi panas bumi yang dieksplorasi secara ramah lingkungan.
Guna mencapai target tersebut, pemerintah melalui program percepatan energi 10.000 MW menargetkan tambahan 4.000 MW dari energi geothermal hingga akhir 2015.


Sumber:

No comments:

Post a Comment