Wednesday, June 20, 2012

Samosir, Pulau Di atas Pulau


Samosir, Pulau Di atas Pulau

 Oleh: Prima Dien


Pulau Samosir terletak di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara yang merupakan sebuah  pulau vulkanik di tengah Danau Toba yang terbentuk akibat letusan gunung berapi.   Pulau Samosir diyakini sebagai pulau terbesar yang terdapat di dalam sebuah pulau dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut dan dengan luas pulau  sebesar 630 km2 menjadikan Pulau Samosir unik dan menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan asing maupun wisatawan domestik. Akibat letusan gunung berapi tersebut juga menyebabkan munculnya semenanjung di daratan di Pulau Sumatera yang dikenal sebagai kota kecil yang disebut Prapat.

Ada dua jalur yang dapat ditempuh untuk mencapai Pulau Samosir. Pertama, melalui jalur perhubungan air dengan ferry penyebrangan dari Ajibata, Prapat menuju Tomok yang merupakan pusat konsentarsi turis di Pulau Samosir. Jalur kedua menuju Pulau Samosir, dapat dicapai dengan jalan darat melalui Kabupaten Karo menuju Kecamatan Pangururan yang menjadi tempat penghubung antara Pulau Samosir dengan Pulau Sumatera.

Perjalanan kami menuju Pulau Samosir pada 11 Maret 2012 lalu kami tempuh melalui ferry penyeberangan  yang dimulai dengan perjalanan darat dari Kota Medan menuju Prapat yang ditempuh  dalam waktu lebih kurang 5 jam. Kami berangkat sekitar pukul 10.00 pagi, setelah singgah untuk makan siang dan shalat Zuhur di kota  Pematang Siantar akhirnya kami tiba di kota Prapat sekitar pukul 15.30 sore.

Sesampainya di pelabuhan Ajibata, ternyata trip ketiga pelayaran dari Ajibata ke Tomok telah berangkat pada pukul 14.30 siang tadi.  Sambil menunggu pelayaran trip ke empat yang akan berangkat pada pukul 17.45 sore, akhirnya kami kembali ke Prapat untuk menikmati keindahan Danau Toba di sore hari.
Jadwal Penyebrangan dari Ajibata ke Tomok
Sekitar pukul 17.00 sore kami pun kembali ke pelabuhan Ajibata dan membeli tiket penyeberangan seharga Rp. 90.000,- untuk tiga orang penumpang dan satu unit mobil. Setelah Pak Satyo memarkirkan mobil di dek kapal. Saya dan Ita naik ke ruang tempat duduk untuk penumpang di lantai dua kapal. Karena penumpang masih sedikit, kami bisa mendapat tempat duduk di barisan paling depan tepat di depan jendela sehingga saya bisa dengan leluasa mengamati semua aktifitas di dek kapal.
Proses pengaturan mobil di dek kapal
Penumpang ferry mulai berdatangan, sebagian memilih naik ke ruang tunggu di lantai dua , akan tetapi banyak juga penumpang yang memilih tetap di bawah sambil mengamati anak-anak yang merupakan penduduk lokal memperlihatkan kebolehan mereka dalam atraksi mengambil koin sambil menyelam.  Yah … sudah menjadi atraksi tetap pada saat ferry sedang dalam proses penyusunan mobil-mobil, maka anak-anak sekitar danau akan meminta kepada penumpang untuk melemparkan uang koin ke danau dan mereka akan menyelam untuk mengambil koin tersebut.
Anak-anak  Penyelam Pengambi Koin
Seorang sedang menyelam untuk mengambil koin
Melihat kelihaian anak-anak  mengambil koin sambil menyelam merupakan  kegiatan yang mengasyikan untuk menghilangkan kejenuhan sambil menunggu ferry siap untuk diberangkatkan. Selain mengambil koin, ada juga anak-anak yang menyanyi lagu-lagu tradisional Batak ke mobil-mobil di kapal tersebut  dengan harapan akan diberikan bonus uang sekedarnya.

Meskipun saat itu bukan jadwal liburan anak sekolah, saya melihat ada juga rombongan turis dari Malaysia dengan jumlah yang cukup besar dengan membawa anak-anak mereka. Turis-turis dari Malaysia ini terlihat sangat antusias dan bersemangat melihat atraksi anak-anak penyelam itu sambil sesekali  melemparkan koin-koin  rupiah ke dalam danau. Semoga kunjungan turis tersebut dapat membantu perkembangan pariwisata di Pulau Samosir.
Setelah sebuah bus yang merupakan kenderaan yang terakhir memasuki dek kapal, akhirnya tepat pada pukul 17.45 sore ferry Tao Toba pun berangkat menuju Tomok di Pulau Samosir yang dapat ditempuh hanya dengan 45 menit perjalanan. Perjalanan kali ini berjalan tepat waktu, namun kami masih harus melanjutkan perjalanan ke hotel tempat kami menginap di Kecamatan  Pangururan sekitar dua jam perjalanan lagi dari Tomok.
Senin, 12 Maret 2012
Pangururan
Pemandangan dari hotel
Sehabis sarapan kami mulai menyusun rencana perjalanan hari ini untuk mengunjungi obyek wisata di Pulau Samosir.  Petugas hotel membantu kami dengan memberikan informasi obyek wisata yang terdapat di pulau ini. Potensi obyek wisata di Pulau Samosir sanagat banyak antara lain :
  • Danau Sidihoni dan Aek Natonang, yang merupakan  danau di atas danau.

  • Pemandian air panas (Aek Rangat) bercampur belerang di Pangaruran

  • Air Terjun Sampuran Efrata, di desa Sosor Dolok, air terjun setinggi 26 meter dan lebar 10 m yang berada di kota Harian.

  • Menara Pandang Tele, terletak sekitar 2 km dari jalan raya simpang Tele menuju ibukota Kabupaten Samosir, Pangururan yang merupakan akses jalan darat satu-satunya menuju Kabupaten Samosir.

  • Batu Sawan, batu yang mengeluarkan air rasa jeruk purut

  • Aek Sipitu Dai (Mata air tujuh rasa)

  • Kawasan cagar budaya pusuk buhit dengan tempat bersejarah perkampungan si Raja Batak

  • Tano Ponggol (terusan), yang menghubungkan Danau Toba dari Utara ke Selatan. Di atas tano ponggol ini terdapat sebuah jembatan yang menghubungkan Pulau Sumatera ke Pulau Samosir melalui jalan Tele.

  • dll.
Mengingat waktu kami yang terbatas dan lokasi obyek wisata yang menyebar,  akhirnya kami memilih beberapa obyek wisata saja yang memungkinkan untuk dikunjungi. Rencana perjalanan pertama kami adalah mengunjungi Aek Natonang yang merupakan sebuah danau di atas danau, dikatakan demikian karena Aek Natonang ini merupakan sebuah danau di Pulau Samosir yang berada di atas Danau Toba. Danau ini berada di desa Tanjungan sekitar 18 km dari Tomok berada pada ketinggian 1,000 m dpl.
Longsor di Kecamatan Simanindo
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh karena diselingi dengan beberapa kali bertanya pada penduduk mengenai lokasi dari Danau Aek Natonang ini,  kami akhirnya harus membatalkan perjalanan ini karena terjadi longsor di Kecamatan Simandindo yang memutuskan akses jalan ke lokasi danau.  Padahal lokasi danau sudah dekat, namun akhirnya  kami kembali ke arah Pangururan untuk mengunjungi obyek wisata lainnya.
Batu yang longsor menutupi jalan
Obyek wisata Batu Sawan
Lokasi Batu Sawan terletak sekitar 3 km dari pinggir jalan raya, menuju ke lokasi obyek wisata tersebut kami harus melalui medan yang cukup berat, dengan kondisi jalan desa yang belum beraspal dan jalan yang mendaki.  Suasana alam yang asri  serta hamparan tanaman kopi dikanan kiri jalan tidak mampu menutupi kecemasan kami atas medan jalan yang terjal dan cukup sempit untuk dilewati mobil.

Di Lokasi Obyek Wisata Batu Sawan


Menurut penjaga lokasi, obyek wisata batu sawan berada hampir di puncak bukit dengan jarak tempuh sekitar 800 m,   menuju ke lokasi telah tersedia jalan setapak yang berupa anak tangga yang telah disemen. Juga tersedia rumah adat batak tempat beristirahat, namun perjalanan terasa melelahkan karena jalan yang mendaki. Sesekali kami beristirahat sambil menikmati keindahan alam disekitarnya.
Jalan setapak menuju lokasi batu sawan
Keindahan alam di lokasi batu sawan
Air Terjun yang rasanya masam seperti air jeruk purut
Di lokasi ini juga  terdapat tempat pemandian berupa kamar mandi tertutup yang disediakan bagi pengunjung yang ingin merasakan kesegaran air terjun batu sawan langsung dari sumbernya.  Kami juga  tergoda mencoba  untuk meminum air terjun batu sawan yang konon kabarnya berkhasiat menyembuhkan penyakit.  Ternyata memang rasanya masam sekali, rasa masam ini bersumber dari bebatuan yang berada dibagian atas air terjun ini.


Kamipun melanjutkan perjalanan menuju Aek Sipitu Rasa yang terlihat hanya seperti mata air biasa, sehari-harinya mata air ini digunakan  sebagai tempat mandi dan mencuci oleh penduduk setempat. Selanjutnya kami menuju ke menara pandang Tele untuk menikmati keindahan alam sore hari di Tele. Sore itu hujan di Tele, membuat kami harus bersabar menunggu hujan reda untuk kembali ke penginapan kami di Pangururan.


Sumber:

No comments:

Post a Comment