Friday, June 15, 2012

PAKKAT (Rotan) - KHAS MANDAILING


PAKKAT (Rotan) adalah makanan hampir setiap bulan ramadhan menjadi incaran masyarakat Kota Medan. Makanan khas yang di populerkan masyarakat mandailing di Kota Medan ini sangat special karena orang yang memakannya biasnya akan ketagihan.Deretan penjaja rotan pakkat ini selalu terlihat di pinggir Jalan Letda Sujono. Pakkat biasanya dipotong sepanjang 60 cm. Anda boleh membelinya dalam keadaan mentah atau meminta mereka membakarnya. Dan hanya berjualan pada saat bulan ramadhan saja. Pakkat adalah makanan yang diambil dari pucuk rotan tertentu dan kemudian diolah menjadi makanan yang unik. Rotan dibakar lebih dulu, lalu bagian yang lembut di dalamnya dikeluarkan dan seterusnya, umbi lembut tersebut dipotong-potong. Kalau tidak mau di bakar bagian yang lembut tersebut sesudah di potong – potong dapat juga direbus seterusnya disajikan dengan sambal khusus yang bahan utamanya adalah kecap encer khas Tapsel. Atau bisa juga di olah dengan gulai santan seperti memasak rebung ( pucuk bamboo muda)
Harga pakkat relatif murah. Hanya berkisar Rp1.500 per batang atau Rp 5.000 per ikat (3-4 batang). Konon, pakkat memiliki khasiat untuk menambah nafsu makan. Rasanya agak pahit, namun terasa manis jika sudah masuk ke kerongkongan. Ingin punya pengalaman melalap rotan? Bulan Ramadhan inilah saatnya.











Sumber:

_________________________________________________________________________________




Pakkat Makanan Khas Batak Mandailing

Penjual Pakkat di Jalan Letda Sudjono, Simpang Aksara Medan
MEDAN – Sesekali Dahlan dan Adi harus merangkak mundur, ketika api mulai membesar lalu tertiup angin yang mengarah kepadanya, saat melakukan proses awal pembakaran rotan muda atau biasa disebut Pakkat sebelum akhirnya dikupas kulitnya dan menjadi hidangan pembuka puasa. Sabtu (6/7).
Lelaki pemilik nama Dahlan Siregar tersebut mengaku sudah lebih dari 20 kali puasa ia berjualan Pakkat, dan sengaja mengajak sekitar enam orang yang masih terikat  hubungan keluarga, tak terkecuali sang istri untuk membantunya dan bersama-sama mencari peruntungan rezki di bulan Ramadan, dengan menjual Pakkat di sekitar Simpang Aksara, Jalan Letda Sujono, Medan.
Bagi mereka yang laki-laki, Dahlan menugaskan untuk mengerjakan proses pembakaran rotan muda, sedangkan perempuan melayani pembeli sampai mengerjakan proses pengupasan kulit rotan, hingga akhirnya terlihat semacam daging yang berbentuk bulatan halus dan panjang.
Di tempatnya berjualan, Dahlan memiliki dua tong tempat pembakaran rotan muda dan membagi dua tugas pengupas kulit Pakkat. “Iya saya jualan hanya di bulan Ramadan saja, kalau hari-hari biasa biasanya saya bawa becak motor,”ujarnya.
Makanan yang terbuat dari bahan rotan muda ini sekarang tidak hanya dinminati oleh orang Batak Mandailing saja, namun hampir sebagian warga Medan menyantapnya sebagai hidangan pembuka puasa.
Setiap harinya Dahlan dan keluarganya mampu menjual hingga 400 batang Pakkat setiap harinnya. Setiap satu batang Pakkat dihargai Rp2000 atau pilihan lainnya dengan mengeluarkan Rp3000 untuk dua Pakkat dan Rp5000 tiga batang. Itu berarti mereka bisa membawa pulang uang hasil penjualannya sekitar Rp 800 ribu setiap harinya.
Warga yang bertempat tinggal di Simpang Limun tersebut  mengatakan, mendapatkan Rotan Muda langsung dari Kecamatan Barumun Tengah, Tapanuli Selatan. “Biasanya saya kontak saja orang di sana, nanti minta tolong dikirim sekian, nanti gak lama sampai ke Medan,”ujarnya.
Hingga hari kelima puasa, dirinya mengaku sudah dikirimi sebanyak tiga kali. Setiap sekali pengiriman jumlahnya kurang lebih mencapai 1500 batang rotan muda.
Dahlan menuturkan ia mulai mengawali berjualan Pakkat sejak puluhan tahun yang lalu dari orang asal Tapsel yang berjualan di Medan, dan ketika rotan muda juga masih mudah didapat di daerah Percut, Medan. “Sekarang udah di babat abis, lahannya dibangun banyak rumah dan lainnya,”katanya.
Menurutnya, Pakkat bukan hanya sekedar makanan pemanis untuk berbuka puasa, tapi memiliki kasiat pengobatan juga. “Setahu saya dan yang sudah saya alami, Pakkat bisa menambah nafsu makan, untuk menambah vitalitas, dan obat penyakit darah tinggi,”ujarnya sembari membolak-balikan rotan muda yang dibakarnya.
Seorang pembeli bernama Firman mengaku, setiap hari sejak bulan puasa membeli Pakkat, namun ia hanya mengatakan sebagai pelengkap berbuka. “Kurang aja rasanya kalau gak ada Pakkat, saya gak tau itu ada kasiatnya apa gak,”katanya sambil menunggu Pakkat dikupas.
Firman mengatakan ia menghidangkan Pakkat dengan cara diberi bumbu cabe giling, asam dan kecap asin. “Buat orang Tapsel, itu sudah cukup. Mungkin bisa diibaratkan seperti orang Sunda, kalau gak ada lalapan ada yang kurang,”ujarnya.
Pakkat bisa disuguhkan dalam beberapa cara. Diantaranya setelah di bakar, Pakkat akan lebih mantap jika dicampur bumbu anyang, tapi juga ada yang hanya cukup dibakar saja, dikupas lalu dimakan.

Penulis : Yoenus
Editor : Yoenus
Sumber : Tribun Medan
http://apakabarsidimpuan.com/2011/08/pakkat-makanan-khas-batak-mandailing/

No comments:

Post a Comment