Monday, June 4, 2012

Jejak Hindu-Buddha Makin Kuat


Jejak Hindu-Buddha Makin Kuat
Andy Riza Hidayat | Kamis, 25 Juni 2009 | 22:10 WIB

MANDAILING NATAL, KOMPAS.com — Jejak agama Hindu di Sumatera Utara makin kuat. Peneliti Balai Arkeologi Medan dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional menemukan jejak baru di Kabupaten Mandailing Natal, sekitar 400 kilometer tenggara Medan.

"Jejak ini melengkapi situs Hindu-Buddha yang sudah ada. Kami meyakini jejak ini lebih tua dari situs Candi Bahal di Kabupaten Padang Lawas. Jejak Candi Simangambat kemungkinan ada sejak abad ke-9 sampai 10," tutur peneliti Balai Arkeologi Medan, Eri Sudewo, Kamis (25/6), saat dihubungi dari Medan.

Eri mengatakan, tim peneliti berhasil menemukan struktur candi secara jelas. Struktur candi ini bisa dilihat dari susunan batu bata merah di bagian dalam dan batu pasir di bagian luar. Peneliti bisa melihat struktur batu berhias, baik di tangga candi, maupun juga di ambang pintu candi.

Keberadaan candi ini sekaligus melengkapi kekayaan jejak agama Hindu-Buddha di Sumut. Selama ini, situs Hindu-Buddha yang paling populer di Sumut terletak Candi Bahal, Padang Lawas (sebelumnya Kabupaten Tapanuli Selatan).

Penelitian di Candi Simangambat ini pernah dilakukan sejak 2008. Penelitian ini merupakan yang kedua kalinya di tempat yang sama. Candi Simangambat terletak di sekitar 20 kilometer selatan Kota Panyabungan (ibu kota Mandailing Natal). Letak candi ini sekitar 200 meter sebelah barat Sungai Muara Jada.
Menurut Eri, struktur bangunan dan motif candi yang ada di dinding candi mirip dengan Candi Sewu di Jawa Tengah. Dia menjelaskan, Candi ini memiliki kaitan erat dengan nama Mandailing seperti yang tertera di Kitab Negara Kertagama karya Empu Prapanca. Kitab yang ditulis pada 1365 ini menyebut nama Mandailing sebagai nama sebuah kawasan di tempat ini.

Lokasi candi berada di wilayah budaya Mandailing menjadi identitas budaya di kawasan.

Tarombo
"Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya peradaban lebih tua dari tarombo (legenda) suku Batak. Keberadaan candi ini membuktikan adanya pesebaran manusia sebelum adanya migrasi orang Batak dari utara. Dalam tarombo, pesebaran ini paling tidak terjadi abad ke-15, padahal abad ke-10 sudah ada masyarakat yang menghuni tempat ini," katanya.

Penelitian ini diikuti oleh 16 orang yang terbagi dalam dua tim. Penelitian rencananya berakhir pada 30 Juni 2009. Berdasarkan data Balai Arkeologi Medan, situs Simangambat berupa gundukan batuan terletak di tanah kosong; di tengah perkampungan warga. Pada 1920, peneliti Belanda bernama Bosch dan Schintger sudah menyebutkan adanya situs ini. Sebelumnya, pada 2008, tim Balai Arkeologi Medan menemuan keramik di abad ke-12 di sekitar candi.

Penemuan ini sekaligus menguatkan dugaan adanya kontak budaya masyarakat setempat dengan bangsa lain. Ketika itu, peneliti belum menemukan jawaban siapa yang membangun dan untuk siapa bangunan candi didirikan? Bagaimana struktur pemerintahan saat itu dan siapa yang berkuasa di tempat itu?

Sebelumnya, antropolog Universitas Sumatera Utara (USU) pernah mengatakan candi ini satu dari sekian banyak jejak sejarah di Kabupaten Mandailing Natal yang belum terungkap. Di beberapa tempat di Mandailing Natal masih menyimpan peninggalan bersejarah. Sayang sekali, benda bersejarah itu sebagian digunakan warga untuk keperluan pembangunan perumahan.


Sumber:
http://sains.kompas.com/read/2009/06/25/22103769/Jejak.Hindu-Buddha.Makin.Kuat

No comments:

Post a Comment