Tuesday, June 12, 2012
Diseminarkan, Peradaban Asteng lewat Situs Padang Lawas dan Sungai Batu Kedah
Diseminarkan, Peradaban Asteng lewat Situs Padang Lawas dan Sungai Batu Kedah
Medan, (Analisa). Unit Pengembangan Riset (UPR) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (FIB-USU) berencana menggelar seminar antarbangsa "Mengungkap Peradaban Asia Tenggara Melalui Situs Padang Lawas (Sumut) dan Situs Sungai Batu, Kedah (Malaysia)" di Laboratorium Pariwisata USU, Kampus Padang Bulan, Rabu , 25 Mei 2011.
"Kita akan melakukan inventarisasi warisan sejarah peradaban situs Padang Lawas dan istus Sungai Batu Kedah," kata Ketua Panitia Seminar, Dr Suprayitno, kepada wartawan di FIB (dulu Fakultas Sastra) USU, Rabu (18/5) tentang salah satu tujuan seminar ini.
Didampingi Wakil Ketua, Dr Budi Agustono; Sekretaris Panitia, Drs Jhonson Pardosi MSi; dan Bagian Humas, Isma Tantawi; Suprayitno memaparkan, situs Padang Lawas kaya benda cagar budaya. Di sini terdapat beberapa candi Buddha yang diperkirakan dibangun pada abad 12 M. Situs ini sudah diteliti beberapa kali sejak ditemukan oleh Franz Junghun pada 1846.
Namun, penelitian terhadap situs ini belum lengkap, antara lain karena sampai saat ini belum ada penemuan tentang adanya pemukiman di sekitar wilayah situs yang membuat para arkeolog berkesimpualn bahwa bekas pemukiman yang ada di Padang Lawas hilang akibat erosi Sungai Barumun.
Sebaliknya, di situs Sungai Batu, Kedah, yang merupakan penemuan terkini dan tertua usianya di Asia Tenggara--diperkirakan bertarikh abad 3 M--menggambarkan kemajuan penyelidikan arkeologi di Malaysia. Memang masih banyak hal yang belum terungkap pula di situs ini. Namun, dengan penemuan ini, sejarah peradaban Asia Tenggara akan ditulis ulang di masa mendatang.
Rekonstruksi sejarah
Menurut Suprayitno, dalam hubungannya dengan situs Padang Lawas, pengkajian dan rekonstruksi sejarah Asia Tenggara akan lebih kompleks jika peninggalan yang ada di Padang Lawas dapat disingkap lebih jauh.
"Dengan demikian, situs Padang Lawas dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan penyelidikan arkeologi dan sejarah Asia Tenggara," katanya. Karena itulah, menurutnya, cukup penting membuka kembali situs Padang Lawas dan Sungai Batu Kedah untuk membantu rekonstruksi peradaban besar Asia Tenggara.
Suprayitno yang juga terlibat dalam ekskavasi situs Sungai Batu Kedah menyatakan, tujuan lain seminar ini ialah menyingkap hubungan kedua situs dalam konteks hubungan dua bangsa serumpun; melakukan survei situs Padang Lawas sebagai pondasi ekskavasi masa depan, dan menyebarluaskan informasi tentang kedua situs ini.
"Dari sini, kita harapkan kontribusi yang bisa dicapai antara lain adalah meningkatkan kerja sama kajian sejarah dan arkeologi di Sumut dan Malaysia serta mempererat hubungan kerja sama antar peneliti USU dan USM (Universiti Sains Malaysia)," ungkapnya.
Seminar hasil kerja sama dengan Pusat Penyelidikan arkeologi Global (PPAG) USM, Pulau Pinang, Malaysia ini akan menghadirkan pembicara dari Indonesia dan Malaysia. Narasumber dari negeri jiran tersebut adalah dosen dan mahasiswa peneliti situs Sungai Batu Kedah dari USM Malaysia.
Di bagian akhir, Ketua Panitia Seminar ini mengharapkan, pemerintah daerah, baik provinsi dan terutama kabupaten lokasi situs Padang Lawas bisa memberikan perhatian dan komitmen terhadap situs Padang Lawas yang bernilai sejarah tinggi. (gas)
Sumber:
http://www.analisadaily.com/news/read/2011/05/20/1510/diseminarkan_peradaban_asteng_lewat_situs_padang_lawas_dan_sungai_batu_kedah/#.T9dnSxd0hcE
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment