Thursday, June 14, 2012

Dayok Nabinatur


Dayok Binatur :


Jambi - Dayok Binatur merupakan lambang makanan adat Batak Simalungun yang hingga kini masih diwariskan kepada generasi baru hingga ketanah perantauan. Mewariskan budaya dan adat kepada anak sulit dilakukan jika para orang tua tidak peduli dengan adat dan Budaya itu sendiri. Dayok Binatur merupakan daging ayam masak yang diatur dalam piring lebar sesuai dengan bentuk ayam hidup (Dayok atur manggoluh-red).


Pemberian Dayok Binaur kepada seseorang sering dilakukan pada pesta adat Simalungun (Perkawinan, Pembabtisan Anak, Angkat Sidi, Memasuki Rumah Baru, dll). Kepada anggota keluarga saat ulang tahun, atau yang berhasil menamatkan sekolahnya atau mau memberangkatkan anak ke tanah perantauan.


Dayok atur manggoluh memiliki makna yang sangat dalam yakni suatu petuah yang sangat berharga dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara agar tumbuh subur tanggh dan ulet.


Makna Dayok Binatur melambangkan petuah menempati posisi dan melaksanakan penuh tugas sebagai bapak, ibu, anak, orang tua, mertua, sahabat, petani, pedagang, buruh, pegawai, atau berbagai profesi seperti ibarat unsur-unsur dalam tubuh.


Makna lain dari dayok binatur sebagai petah membina hubungan yang saling membutuhkan. Karena satu sama lain itu adalah satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh. Seperti tbuh manusia.


Hindari saling menghujat, provokator negatif, saling mencari kelemahan orang lain, saling fitnah, saling curiga, menang sendiri dan menghalalkan segala cara merupakan petuah dari simbol makanan adat Simalungun Dayok Binatur.


“Hidup adalah sementara dan manfaatkan itu untuk mendapat tempatnya kekal selama-lamanya di akhirat. Transferlah ajaran itu dalam hidup kita, sebarluaskan perbuatan yang baik, saling mengasihi dalam kelemahan adalah petuah yang disampaikan Dayok Binatur,” demikian penjelasan St Drs Japiten Sumbayak, yang dikutip Penulis dalam bukunya yang berjudul Refkelsi Habonaron Do Bona dalam Adat Budaya Simalungun.


Pengamatan Penulis di Jambi, pemberian Dayok Binatur kepada anggota keluarga atau orang lain, khususnya warga Batak Simalungun masih sering dilakukan. Pemberian Dayok Binatur tidak saja kepada orang dewasa, namun tidak terkecuali anak berusia satu hingga lima tahun.


Hal itu diakui salah seorang orang tua asal Desa Hutaimbaru, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, St R Saragih S Sos, yang kini menjabat Sekretaris Jemaat GKPS Jambi.


Menurutnya, mewariskan tradisi adat, budaya dan makanan Simalungun harus digalakkan hingga ketanah perantauan. Tidak itu saja, bahasa Simalungun juga perlu diajarkan kepada anak sejak dini. Hal itu penting sehingga bahasa orang tua tidak punah dimasa mendatang, sekalipun itu di tanah perantauan. (Asenk Lee Saragih). Tulisan Ini Sudah Pernah Dimuat di Harian Umum Batak Pos.




Sumber:
http://saragih-jambi.blogspot.com/2008/03/mewarisi-tradisi-makanan-adat.html


Simalungun mempunyai makanan khas yang hanya bisa kita temukan di Simalungun saja karena tidak terdapat di tempat lain, yaitu Dayok Binatur, ayam kampung jantan yang dipotong sedemikian rupa, sehingga membentuk posisi ayam ketika hidup. Dayok Binatur adalah makanan adat yang diberikan sebagai syukuran atas suatu pernikahan, pekerjaan maupun syukuran karena lolos dari kecelakaan.






Sumber:
http://www.facebook.com/pages/DAYOK-NABINATUR-MAKANAN-KHAS-SIMALUNGUN-SUMUT/118181951545057?sk=likes

No comments:

Post a Comment