Suku Lubu adalah suku yang mendiami kawasan perbatasan Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Sejumlah ahli menyimpulkan, suku Lubu merupakan “etnis kuno” yang telah menempati wilayah mereka hari ini, jauh berabad-abad sebelum kehadiran rumpun etnis Batak dan yang lainnya. Dalam klasifikasi ras, suku Lubu termasuk ke dalam ras Weddoid, dengan cirri-ciri memiliki kulit agak gelap, rambut keriting dan badan yang kekar. Ciri-ciri fisik tersebut jelas berbeda dengan etnis batak yang tergolong ras Mongoloid. 
Namun setelah ribuan tahun terjadi percampuran dengan suku Batak dan juga dengan suku Melayu, saat ini ciri-ciri fisik suku Lubu hampir tidak dapat dibedakan dengan suku-suku batak dan suku melayu yang hidup di sekitar pemukiman mereka. Meskipun mereka tetap mengakui bahwa mereka merupakan suku Lubu, tetapi budaya dan adat-istiadat mereka sudah terpengaruh secara signifikan oleh suku Mandailing dan suku Padang Lawas.
Suku Lubu berkomunikasi sehari-hari dalam bahasa Lubu, yang tergolong ke dalam rumpun Protobahasa Austronesia. Berdasarkan data dalam Language Atlas of Pacifik Area (1983), penutur bahasa Lubu berjumlah kurang lebih 30.000 orang. Bahasa Lubu banyak menyerap perbendaharaan kata bahasa Mandailing dan bahasa Padang Lawas, oleh karena itu bahasa Lubu terkadang dianggap sebagai salah satu dialek dari bahasa Batak Mandailing.
Meskipun bersumber dari bahasa yang berbeda, tetapi setelah mengalami proses pembauran selama berabad-abad antara bahasa Lubu dan bahasa Mandailing, bahasa Lubu yang sekarang mirip dengan bahasa Mandailing dan bahasa Padang Lawas. Hingga saat ini, bahasa Lubu tetap berstatus sebagai bahasa modern, karena masih digunakan sebagai alat komunikasi di antara sesama orang Lubu.
Sekilas pengamatan, budaya dan adat-istiadat suku Lubu nampak berada di antara budaya dan adat-istiadat suku Batak Mandailing, suku Batak Padang Lawas, serta suku Melayu, yang hidup di sekitar wilayah pemukiman mereka. Penetrasi budaya dan adat istiadat dari suku-suku tersebut lambat-laun membuat tradisi budaya dan adat-istiadat suku Lubu memiliki kemiripan dengan budaya dan adat-istiadat suku-suku yang memengaruhinya tersebut.
Dalam hal mata pencaharian, sebagian besar masyarakat Lubu menghidupi diri dengan bercocok tanam. Dalam konsep bercocok tanam, suku Lubu masih mengenal sistem tebang-bakar hutan untuk membuka ladang bagi pertanian mereka. Selain bercocok tanam, sebagian dari mereka juga bekerja pada perkebunan karet sebagai buruh. Di samping itu, mereka juga masih memanfaatkan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dengan jalan berburu dan mengumpulkan hasil hutan. Beberapa jenis hewan ternak, seperti sapi, ayam, dan bebek juga mereka pelihara untuk menopang kebutuhan keluarga.

Sumber Rujukan:
 Marsuki, Moh. 2002. Refleksi Fonologis Protobahasa Austronesia pada Bahasa LubuJurnal Humaniora Vol. XIV, No. 1/2002.
(http://jurnal-humaniora.fib.ugm.ac.id/ karyadetail-new.php?id=51, diakses pada 6 Januari, 2013, 11.45 WIB)
__________. 2012. Suku Lubu. (protomalayans.blogspot.co m/2012/08/suku-lubu.html, diakses pada 6 Januari, 2013, 11.47 WIB)
__________. 2011. Bahasa Lubu. (word-dialect.blogspot.com/ 2011/08/bahasa-lubu.html, diakses pada 6 Januari, 2013, 11.49 WIB)

Sumber:
http://www.wacananusantara.org/suku-lubu/