Thursday, June 7, 2012

Aron Andalan Pemilik Lahan Pertanian di Berastagi


Diupah Rp 50.000 per Hari
Aron Andalan Pemilik Lahan Pertanian di Berastagi

MedanBisnis – Berastagi. Pertanian merupakan salah satu faktor terbesar penggerak ekonomi warga di Berastagi, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Bahkan, lebih dari 50% hasil pertanian yang beredar di Sumut berasal dari daerah ini.
Bisa dibilang, bidang ini juga mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, khususnya bagi warga yang bermukim di salah satu daerah pertanian terbesar di Sumut ini, salah satunya aron atau buruh tani.

Di daerah ini, buruh tani merupakan tenaga kerja yang paling dibutuhkan. Hampir setiap pemilik lahan (toke-red) di daerah ini selalu menggunakan jasa mereka untuk menggarap lahan yang ada.

"Sejak dulu kami sudah biasa dipakai sama pemilik lahan, mungkin karena mereka tidak memiliki cukup waktu untuk menggarap lahan sendiri," kata Herman Ginting (60), seorang aron di sana, Minggu (8/1).

Menurut pria yang telah menggeluti profesi sebagai aron selama lebih dari 30 tahun ini, umumnya pemilik lahan yang ada memiliki lahan lebih dari 1 hektare. Selain itu, banyak diantara pemilik lahan di daerah ini yang berprofesi di luar bidang pertanian-kalaupun ada umumnya mereka bekerja di Dinas Pertanian atau orang di belakang meja."Dengan kondisi yang demikian, banyak di antara pemilik lahan menggunakan jasa buruh tani," ungkap pria tiga anak ini.

Jasa aron ini digunakan untuk mengolah lahan, mulai dari membentuk bedengan, menanam, menyiangi, memanen hingga beberapa proses budidaya tanaman pertanian lainnya. Biasanya mereka bekerja dalam bentuk kelompok yang terdiri dari dua hingga enam orang jika mengolah lahan yang lebih dari satu hektare. Umumnya, para aron tersebut tidak memiliki lahan sendiri untuk digarap.

Seorang aron juga bisa bekerja pada beberapa pemilik lahan, tergantung mana yang membutuhkan jasa mereka. Ketika lahan yang satu telah selesai diolah, mereka bisa berpindah ke pemilik lahan lain yang membutuhkan jasa mereka.

Baik pria maupun wanita, rata-rata aron diupah Rp50.000 per hari. Tapi kadang-kadang masih ada juga pemilik lahan yang memberi upah Rp35.000 per hari. Tarif berbeda jika mereka bekerja pada hari Minggu, biasanya seorang aron diupah hingga Rp60.000 per hari. "Kalau hari Minggu banyak yang tidak bekerja, makanya kami meminta upah agak lebih tinggi," kata Rahmawati, yang juga aron di sana.

Dengan upah tersebut, dalam satu hari rata-rata mereka bisa membawa pulang upah bersih sebesar Rp20.000 per hari, karena untuk biaya makan dan transportasi digunakan dari upah tersebut. Belum lagi bagi aron yang merokok, otomatis pengeluarannya setiap hari sedikit lebih besar. "Bisa dibilang dalam satu bulan kami bisa mendapat upah kurang lebih Rp1 juta," ungkapnya.

Menurutnya, pengalaman merupakan modal yang sangat penting dalam menggeluti pekerjaan sebagai aron. Semakin sering seseorang bekerja sebagai aron, semakin sering juga dia mendapat panggilan dari pemilik lahan untuk mengolah lahan. Makanya, sebagian besar aron di sana merupakan orang-orang yang sudah menginjak kepala tiga atau lebih.

Berdasarkan pengalaman tersebut, setiap aron sudah bisa menakar berapa kebutuhan benih dan pupuk untuk satu lahan, kapan waktu menyiangi tanaman, hingga waktu memanen karena biasanya jasa satu buruh tani dibutuhkan dari waktu pengolahan lahan hingga masa panen di satu lahan yang diolah.

Selain itu, aron juga dituntut untuk bisa melakukan budidaya berbagai macam tanaman pertanian, misalnya beberapa komoditas sayuran seperti cabai, tomat, sawi putih, kacang panjang, buncis dan sejumlah komoditas lainnya. Untuk itu, pengalaman seorang aron menjadi faktor penting dalam pekerjaan ini. Jangan sampai pemilik lahan akan merugi lantaran aron tidak tahu cara-cara membudidayakan tanaman-tanaman tersebut.


Sumber:
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2012/01/10/75421/aron_andalan_pemilik_lahan_pertanian_di_berastagi/

No comments:

Post a Comment