TEMPO.CO, Jakarta - Parlindoengan Loebis (1910-1994) seorang dokter, dalam otobiografinya, Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi, bercerita soal bagaimana tekanan mental selama menjalani masa penahanan oleh Nazi. Menurut dia, seperti ditulis Majalah Tempo pada September 2006, banyak tawanan yang sudah tidak tahan hidup.
Parlindoengan menuturkan salah satunya saat menjalani masa penahanan di kamp Buchenwald. Parlindoengan mengatakan banyak tahanan yang sengaja melanggar aturan di sana selama bekerja agar ditembak mati. "Banyak yang tidak tahan," ujarnya. (Baca: Kisah Penindasan Tawanan di Kamp Nazi)
"Satu-satunya harapan adalah Jerman dikalahkan oleh sekutu, tapi itu akan memakan waktu lama," kata Parlindoengan dalam bukunya. "Aku harus siap untuk ditawan beberapa tahun. Itu pun kalau aku tidak terbunuh." (Baca: Sel Kamp Nazi dan Lubang Busuk)
Parlindoengan lahir pada 30 Juni 1910 di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Ia datang dari keluarga berada, sehingga memungkinkannya bisa bersekolah hingga sarjana. Setamat MULO (setingkat sekolah menengah pertama) di Medan pada 1927, ia melanjutkan ke AMS (sekolah menengah atas) di Jakarta. (Baca: Kamp Konsentrasi Nazi, Menebar Kengerian di Eropa)
Sudah sejak di Jakarta Parlindoengan aktif dalam dunia politik. Ia berhubungan dengan para pelajar nasionalis yang getol membangkitkan kesadaran politik kalangan muda. Pada 1932, saat menjadi mahasiswa kedokteran di Universitas Leiden, Belanda, ia bergabung dengan Perhimpoenan Indonesia. (Baca: Hitler Ubah Kumis, Ini alasannya)
Ketua Perhimpoenan Indonesia Belanda periode 1936-1940 ini diciduk tentara Nazi pada akhir Juni 1941. Di era itu, Perhimpunan Indonesia di Belanda gencar melawan fasisme Jerman. (Baca juga:Tahanan Nazi Asal Indonesia: Bangkai Jadi Rebutan)
TIM TEMPO
Sumber:
http://www.tempo.co/read/news/2014/12/13/078628342/Tahanan-Kamp-Nazi-Pilih-Ditembak-Mati
No comments:
Post a Comment