Majapahit antara Fakta, Legenda dan Ilusi?
Prolog dulu ya … Fakta: adalah nyata adanya, sedang Legenda adalah cerita atau dongeng rakyat yang belum tentu benar adanya dan berkaitan tentang asal muasal, sedang Ilusi adalah tipuan yang sengaja dibuat untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam pelajaran sejarah, Majapahit selalu disebut sebagai “pilot project” tentang persatuan kepulauan Nusantara untuk menjadi satu Indonesia. Bahkan di tahun 1960-an dijadikan alat pembenar bagi Soekarno untuk memerangi siapa saja yang tidak setuju tentang konsep Negara Kesatuan (bukan Indonesia nya lho ya). Sampai-sampai Malaysia pun siap diganyang karena “kabarnya” juga masuk terpeta dalam kekuasaan Majapahit zaman dulu. Sehingga nggak berhak berdiri sendiri.
JUPe adalah termasuk orang yang “ambigu” terhadap kebesaran Majapahit yang digembar-gemborkan. sah-sah saja to…toh yang ada sekarang ini baru sebatas “teori” bukan fakta aktual arkeologi-antropologi. Teori kan bisa gugur jika ada hipotesa baru yang layak dijadikan teori.
1. Jejak Arkeologis
Jika benar majapahit sedemikian besar seperti yang disebut dalam buku sejarah. Kenapa nggak satu pun ada bangunan monumental yang ditemukan. Ingat!, era Majapahit adalah era kemaren sore (rubuh tahun 1519M) baru 480 tahun yang lampau.
Salah satu dari 2000 Candi dan masih ada ribuan rumah penduduk zaman dulu
Alasan yang sering menjadi pembenar betapa susahnya menemukan reruntuhan Majapahit karena terbuat batu bata merah. Oh ya … lalu bagaimana dengan Ibukota Bagan di Myanmar yang jauh lebih tua tapi masih kokoh padahal lebih usianya tua (masa runtuh 1200 M). Bagaimana dengan Angkor Wat-Kamboja (masa runtuh 1400 M) yang juga terbuat dari Batu Bata merah dan tetap kukuh sampai saat ini.
2. Letak Geografis
Status Majapahit sebagai kerajaan Agraris dengan pusat kerajaan di tengah pulau, menafikan kebesaran armada maritimnya. Ada yang menyebutkan bahwa Majapahit telah mengenal sistem kanalisasi layaknya di Belanda. Tapi mana buktinya?
Padahal Pelabuhan dan Armada Maritim yang besar, kuat, tangguh serta cepat dibutuhkan untuk mengkonsolidasi luasnya kepulauan Nusantara. Peran strategis lokasi pelabuhan juga mutlak diperlukan. Tapi dimanakah letak pelabuhan Majapahit?.
3. Pengaruh Antropologis
Sriwijaya beribukota di tepi sungai dengan status kerajaan maritim baru saya percaya sebagai kerajaan besar. Apalagi peninggalannya terserak sampai ke Kamboja, Vietnam dan Thailand. Seni arsitektur, pakaian adat dan Agama yang sekarang ada di Thailand dan Laos diyakini mutlak bergaya Sriwijaya.
Menilik ke Sungai, Sungai Brantas tentu jauh berbeda dengan Sungai Musi di Palembang. Kalau memang Sungai Brantas juga pernah menjadi jalan lalu lintas kapal, pastilah ada anggota masyarakat Majapahit yang akrab dengan kehidupan Sungai. Seperti di Musi ataupun di Bangkok.
Tapi kenapa dewasa ini tak satupun kebudayaan penduduk di sekitar aliran sungai Brantas yang berhubungan dengan ke-sungai-an. Saya yakin, nggak mudah merubah masyarakat nelayan menjadi masyarakat petani, begitupun juga sebaliknya.
Yahhh setidaknya dari soal lidah aja lahh, minim sekali (bahkan tidak ada) makanan khas daerah Jawa Timur yang berbahan ikan sungai seperti empek-empek di Palembang. Kecuali paling banter ya digoreng…
Bukti paling konkrit adalah, tidak adanya influensi kebudayaan Majapahit (Jawa) terhadap kebudayaan daerah taklukanya. Jika memang majapahit pernah sedemikian besar, pastilah ada sesuatu yang tertinggal di daerah jajahan. Faktanya, masih saja … Dialek Bahasa Papua itu 100% beda total dengan Bahasa Jawa.
Believe it r not.
Sampai saat ini saya masih percaya, Bahwa kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara hanyalah Sriwijaya. Sedangkan Majapahit nggak lebih besar daripada kerajaan-kerajaan di Jawa lainya … yaghh mungkin lebih besar sedikitlah.
Yupp … . Majapahit hanyalah sebuah ilusi yang digunakan oleh Soekarno untuk melegitimasi sistem “Negara Kesatuan” berdasarkan kisah (yang mungkin dulunya hanya Novel) di dalam kitab Nagarakretagama.
Untuk diskusi lebih lanjut .. monggo … gabung di wikipedia, klik disini
Sumber:
http://roda2blog.com/2011/03/06/majapahit-hanya-ilusi/
cuman ngasih info, penjajahan berpusat di jawa sebagai daerah jajahan pertanian dengan pola tanam paksa dan kuli paksa (meskipun non-kuli & non-petani pun dipaksa untuk nanem dan nguli). dan pola kehidupan kolonial yg berorientasi pada kehidupan darat pun turut merubah pola masyarakatnya. Sistim irigasi bersusun dan sistim berpintu air turut mengunci transportasi sungai sekunder.
ReplyDeletePembangunan pemimpin berlatar pasukan KNIL pun turut berorientasi pada kehidupan darat pula. Masih inget di sungai sebelah utara jalan propinsi, ada beberapa sampan parkir dan sesekali ada sampan yg melintas.
Namun seiring perkembangan pembangunan yg darat oriented, Kendaraan darat makin lama makin menjadi magnet kuat menarik minat transportasi bermesin ini. "WATER-WAY" makin ditinggalkan, Dock-dock dari kayu pun lapuk maupun hanyut tak bersisa.
Ironisnya, Sungai di tanah mojo saat ini (atau perdetik ini info ini diketik) malah jadi tempat pembuangan limbah pabrik kertas.
kemaritiman tanah jawa mojo mah bisa dibilang hilang hingga berbekas kata-kata. kemaritiman tanah jawa masih membekas di tanah jawa mataraman.