RAJA SIMARGOLANG
Oleh : Nazaruddin Margolang, S.IP.,M.Si
Daerah Asahan dan Daerah Labuhan Batu sebenarnya adalah sebagai daerah
hilang bagi suku bangsa Batak Toba Tua serupa dengan daerah-daerah
Langkat. Deli dan Serdang, karena pola kebudayaan adat Dalihan Natolu
sampai sebelum pengakuan kedaulatan sudah hilang lenyap disana, akibat
dari salah mengerti atau akibat penerangan-penerangan yang keliru pada
permulaan perkembangan agama Islam yang dibawa oleh penganjur-penganjur
agama itu dari negeri lain. Karena dahulu apakala seorang sukubangsa
Batak telah memeluk agama Islam dianggap telah menjadi “Malai” atau
“Melayu” Pengertian yang keliru ini baru mulai berangsur diperbaiki
setelah meletus revolusi social di Sumatera timur pada Tahun 1946.
Salah
satu marga tertua dan terkenal di Asahan ialah marga “Simargolang”
berasal dari Raja Simargolang salah seorang putera dari Ompu Sahang
Mataniari.
Tarombo marga Simargolang karena sudah sejak lama seluruhnya
meninggalkan pusat negeri Toba, tidak begitu jelas lagi dalam buku-buku
tarombo marga-marga sukubangsa Batak Toba tua. Menurut hikayat lama
adapun Ompu Sahang Mataniari alias Ompu Sahang Matanibulan, adalah paman
dari Si Nagaisori yang tercatat dalam buku tarombo sebagai putera dari
Sipongki Nangolngolan (Tuanku Rao), yakni masuk ke dalam tarombo marga
Rajagukguk (salah satu cabang dari marga Aritonang) Akan tetapi
berdasarkan penelitian sejarah akhir-akhir ini sebenarnya adalah masuk
marga sinambela cucu dari Tuan Singa Mangaraja ke VIII. (Sumber : Foto
Copy buku yang ada di Keluarga Nahar Margolang, Judul Buku dan Penulis
tidak ada)
Dalam keluarga Nahar Margolang sebagaimana diceritakannya kepada anak-anaknya tentang Raja Simargolang adalah sebagai berikut :
Kerajaan
Margolang dahulu kala berpusat di Pulau Raja dengan wilayah kekuasaan
Asahan - Labuhan Batu, Raja terakhir yang mejadi raja adalah Raja
Marlau. Pada saat itu Indonesia telah dijajah Belanda. Kepada Raja
Marlau Belanda menawarkan untuk membangun Kelapa Sawit dan Pabrik di
Tanah kekuasaannya. Hal ini ditolak oleh Raja dengan alasan : Kalau
tanah di jadikan Kebun Kelapa Sawit oleh Belanda maka rakyatnya nanti
akan menjadi Budak Belanda, hal ini tidak dikehendaki oleh Raja.
Pada
saat itu lalulintas komunikasi keluar kerajaan dilakukan melalui
pelabuhan di Tanjung Balai. Sebagai petugas penghubung kerajaan
menetapkan seorang yang dapat dipercaya untuk itu. Pada suatu ketika
Penghubung tadi menghadap Raja dan memberitahukan bahwa pada saat ini
banyak kesibukan yang memerlukan legalisasi kerajaan, sementara
transportasi antara Pulau Raja dan Tanjung Balai cukup jauh ukuran saat
itu. Untuk memudahkan administrasi beliau meminta agar Raja memberikan
kepercayaan kepadanya untuk membawa Cap Kerajaan, sehingga dia tidak
perlu pulang pergi ke Pulau Raja bila hanya menyangkut administrasi.
Dengan alasan kemudahan administrasi maka Raja memberikan Cap tersebut
kepada Penghubung tadi. Ternyata kepercayaan itu dimanfaatkan oleh
Belanda untuk melegalisasi izin membangun kebun di Pulau Raja. Maka
penghubung tadi di manfaatkan Belanda untuk menggunakan Cap Kerajaan dan
melakukan perjanjian dengan Belanda atas nama Raja untuk membangun
kebun Kelapa Sawit.
Maka
dengan berbekal surat tersebut Belanda membangun kebun Kelapa Sawit.
Raja tidak dapat melarang karena Belanda telah memiliki surat resmi dari
kerajaan yang lengkap dengan Cap Kerajaan. Alkisah Raja tidak lagi
memiliki legitimasi untuk mengatur kerajaannya.
Satu-satunya peninggalan kerajaan yang dapat dilihat. Orang tua kami
menunjukkan benteng untuk menangkis serangan Belanda. Berupa unggukan
tanah membentang di salah satu Desa di Pulau Raja, dengan lebar lebih
kurang 5 meter dan tinggi 3 meter. Sayang benteng tersebut berada di
tanah yang telah dimiliki secara perorangan. Namun pada saat itu
meskipun telah ditumbuhi rumput dan pepohonan (saya masih SD sekitar
Tahun 70 an) masih dapat terlihat jelas benteng tersebut. Hingga saat
ini saya memang belum pernah berkunjung ke Benteng tersebut, namun
informasinya Benteng tersebut masih dapat dilihat.
SILSILAH KELUARGA KAMI DIMULAI DARI RAJA BATAK DAN SETERUSNYA MENURUT NOMOR URUT ADALAH ANAK, CUCU, CICIT, dst :
- Si Raja Batak
- Guru Tatea Bulan
- Saribu Raja I
- Raja Borbor
- T. Balasahunu
- R. Hatorusan
- O.T. Raja Doli Datu Taladibabana
- Sabung/Sahang Mataniari
- Simargolang
- R. Margolang II (Bermakam di Huta Raja)
- R. Margolang III (Bermakam di Marjanji Aceh, Kec. Bandar Pulau)
- R. Pulu Raja IV (Bermakam di Pancuran Raja)
- R. Pulu Raja V (Bermakam di Kampung Raja)
- R. Pulu Raja VI (Bermakam di Pulu Raja)
- R. Pulu Raja VII (bermakam di Sei Berita, Pulu Raja)
- R. Marsiha
- R. Janggut (Bermakam di Pulau Sarune, lalu di pindahkan oleh R. Nahar ke pangkal Titi Gantung Pulau Raja, Pemakaman Keluarga Nahar Margolang)
- R. Dohon (Bermakam di Pemakaman Keluarga Nahar Margolang, Pangkal Titi Gantung Pulau Raja)
- R. Pangaruhat : (Bermakam di Kedai Kawat, Pulau Raja)
Anaknya R. Pangaruhat :
1. R. Wani (Bermakam di Pulau Tanjung, Kec. Simpang Empat)
2. R. Nahdon (Bermakam di Pemakaman Keluarga Nahar Margolang, Pangkal Titi Gantung Pulau Raja)
3. R. Nahar (Bermakam di Pemakaman Keluarga Nahar Margolang, Pangkal Titi Gantung Pulau Raja)
Cucu R. Pangaruhat :
Dari R. Wani :
1. R. Mahtom (Berdomisili di Pasir Putih, Air Batu, Asahan)
Dari R. Nahdon :
1. R. Kamaliah (Berdomisili di Kec. Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru)
2. R. Neng Nurbaya (Berdomisili di Ke. Siak Hulu, Kampar)
3. R. Asahan Dahlan (Berdomisili di Balam, Kabupaten Rokan Hilir)
Dari R. Nahar :
1. Drs. Idris Margolang (Berdomisili di Seidadap, Kisaran)
2. Nazaruddin Margolang, S.IP.,M.Si (Berdomisili di Kec. Bukit Raya, Kota Pekanbaru)
3. Mahlina Margolang (Berdomisili di Pulau Tanjung, Asahan)
4. Enda Margolang, SE (Berdomisili di Kota Tanjung Balai)
5. Siti Nurbiah Margolang (Berdomisili Piasa Ulu, Kab. Asahan)
6. Azhar Margolang, S.Ag (Berdomisii di Kota Tanjung Balai)
7. Agushar Margolahng, S.Kom (Berdomisili di Kec. Bukit Raya, Kota Pekanbaru)
8. Ahmaddin Margolang, S.Pi (Berdomisili di Kec. Bukit Raya, Kota Pekanbaru)
Sumber:
http://kecamatanbandarpulau.blogspot.com/2010/07/raja-simargolang.html
No comments:
Post a Comment