Friday, September 28, 2012

Raja (Sibayak) dari Kerajaan Lingga berasal dari tanah Pak-Pak (Dairi).

Raja (Sibayak) dari Kerajaan Lingga berasal dari tanah Pak-Pak (Dairi).

Ditanah Pak-Pak dahulu kala ada seorang raja yang terkenal bertempat tinggal di kampung Linggaraja, yang mempunyai beberapa orang putera dan seorang puteri. Pada suatu hari raja itu sakit keras, dan walaupun sudah beberapa orang dukun mencoba mengobatinya, penyakitnya tidak berkurang malahan semakin parah, sehingga kaum kerabat dan rakyatnya amatlah bersusah hati.

Pada suatu ketika, singgahlah di kampung Linggaraja serombongan dukun (Guru Pakpak pitu sedalananen, namanya "Erciken tungkatna malaikat" dan "Erpustakaken pustaka najati"), kepada 7 orang dukun Pakpak ini dimintailah pertolongan untuk mengobati raja itu.

Sesudah dukun itu membaca-baca pustakanya dan melihat nujumnya, maka berkatalah ia kepada permaisuri (kemberahen), agar raja itu dapat sembuh, hendaklah dibuat "persilihi raja", persilihi bukan sembarang persilihi, tetapi dengan membuang harta yang paling disayangi oleh raja itu bersama permaisurinya.

Sudah tentu permaisuri dan kaum kerabat sekalian sangat bersuka cita mendengar itu,dan sekejap itu juga terus memperlihatkan semua harta-harta yang disayanginya, tetapi tiap kali diperlihatkan satu macam harta, ke-7 orang dukun itu tetap saja menggelengkan kepalanya, tanda bukan itu yang dimaksudkannya. Sudah habis semua harta-harta diperlihatkannya, tetapi dukun tetap juga menggelengkan kepalanya, sehingga akhirnya sadarlah permaisuri bahwa yang dimaksud oleh dukun bukanlah harta duniawi, tetapi salah seorang puteranya, dukun tidak sampai hati menerangkan demikian.

Permaisuri memanggil dan bermusyawarah dengan putera-puterinya tentang hal itu, dan putera-puterinya berkata bahwa mereka tidak berkecil hati dan tidak akan menolak kalau salah seorang diantara mereka dijadikan "persilihi" supaya ayahnya dapat sembuh.

Sesudah itu maka ditetapkanlah oleh dukun hari yang baik untuk melangsungkan pekerjaan "persilihi",dan dipotonglah kerbau dan diundanglah seluruh kaum keluarga. Maka diterangkanlah oleh permaisuri dan raja bahwa anaknya yang paling disayanginya adalah puteranya yang bungsu, maka dijalankanlah acara persilihi, ia diberi makan diatas daun ujung pisang yang sudah dibubuhi makanan-makanan persilihi, yakni pisang, bunga-bunga, cimpa embun-embunen (sejenis kue-kue) dan sewaktu mau pergi meninggalkan kampung halaman, raja memberi petuah kepada anaknya yang bungsu itu agar membawa tanah dari daerah tersebut segenggam dan air setabu, apabila kelak hendak memilih tempat tinggal, hendaklah tanah dan air disitu dibandingkan dengan tanah dan air yang dibawa, moga-moga Tuhan akan memberkati, sampai keturunannya sebanyak bintang dilangit.
Maka berjalanlah si anak bungsu tadi dengan membawa air dan tanah sebagaimana yang dikatakan ayahnya dan mengambil jalan kearah "cibal tekang" (dari Selatan ke Utara).

Benarlah apa yang dikatakan para nujum, sesudah anaknya pergi 3-4 hari lamanya, maka penyakit raja itupun berangsur-angsur hilang. Dalam pada itu puteri raja kembali mengingatkan saudaranya yang paling tua, supaya mencoba menyusul adiknya yang bungsu.

Putera yang paling tua segera menyusul dengan menggunakan kuda milik ayahnya dan memacu kearah perginya sang adik bungsu. Setelah beberapa hari dalam perjalanan dia belum juga menjumpai adiknya, akhirnya disuruhnya kuda itu untuk bersuara sekuat-kuatnya berkali-kali supaya terdengar oleh adiknya seandainya dia berada disekitar itu.


http://www.reocities.com/Heartland/8178/sejarah.htm

2 comments: