TUJUH MARGA DENGAN LEGENDA DANAU SICIKE-CIKE
Oleh:
Edward Simanungkalit
Pea
Sicike-cike terdiri dari 3 buah danau
yang merupakan Taman Wisata Alam (TWA) sekarang ini . Pea Sicike-cike bukanlah pea dalam ukuran relatif
kecil sebagaimana umumnya dikenal masyarakat, sehingga sebenarnya lebih tepat
disebut Danau Sicike-cike. Secara administratif,
TWA Sicike-cike termasuk Desa Pancur Nauli, Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi,
Propinsi Sumatera Utara. Pada umumnya keadaan topografi lapangan TWA
Sicike-cike sebagian bergelombang berat dan sebagian bergelombang sedang dan
ringan, dengan ketinggian antara 1.500-2.000 m dpl (www.dairikab.com).
Cike adalah
nama sejenis tumbuhan yang banyak dipakai menjadi bahan untuk membuat tikar
dengan cara menganyamnya walaupun hasilnya agak kasar. Cike ini tumbuh di tanah
yang berair, pinggir sungai atau rawa-rawa. Di sekitar Danau Sicike-cike banyak tumbuh Cike ini, maka Danau tersebut
dinamakan Danau Sicike-cike. Dulunya ada juga kampung di sana, sehingga disebut
kuta Sicike-cike.
http://sopopanisioan.blogspot.com
1. Legenda Danau Sicike-cike
Menurut versi
R.U.S. Udjung, diceritakan bahwa kuta Sicikecike terdiri dari 5-6 rumah sesuai
dengan kebiasaan di kampung Pakpak, yaitu “uga satu bale”, yang dibangun menurut
arsitektur Pakpak dengan beratap ijuk aren
disertai tiang kayu bundar besar. Dinding dan lantai terbuat dari papan tebal
kira-kira 2 inci, berkolong antara 1,5 - 2 meter tanpa menggunakan paku besi. Rumah-rumah ini
biasanya dihuni 6 sampai 8 keluarga, maka kuta Sicikecike bisa dikatakan lumayan
besar dan ramai pada zaman itu. Kuta Sicikecike ini dipimpin oleh seorang raja
bernama “Raja Naga Jambe” yang memiliki 2 orang istri yaitu berru Saraan dan berru Padang.
Dari berru
Saraan, Raja Naga Jambe memperoleh 3 orang anak, yaitu: Raja Udjung, Raja
Angkat, dan Raja Bintang. Sedang dari berru Padang, Raja Naga Jambe memperoleh 4 orang anak, yaitu: Raja Capah,
Raja Gajah Manik, Raja Kudadiri, dan Raja Sinamo. Seisi kampung hidup rukun dan
damai serta berkecukupan sandang dan pangan oleh karena memang tanah di sekitarnya
luas dan subur, sehingga menghasilkan panen yang melimpah.
Suatu hari Raja
Naga Jambe menanam padi dan semua penduduk kuta Sicike-cike meninggalkan
kampung pergi ke ladang Raja Naga Jambe sebagaimana kebiasaan di kampung itu
yang saling bantu-membantu. Hanya satu orang yang tinggal di kampung, karena sudah
uzur dan sakit-sakitan, sehingga tidak mampu membantu lagi, yaitu berru Saraan,
isteri pertama Raja Naga Jambe. Menurut kebiasaan, makanan orang yang bekerja
dimasak di ladang, sedang makanan untuk orang yang ditinggal di kampung, yaitu
untuk berru Saraan, diantarkan dari ladang. Siang harinya berru Saraan berharap
makanannya diantarkan untuk makan siang, tapi ternyata sampai sore hari tidak ada
makanan diantarkan yang membuatnya lapar sekali dan perutnya melilit.
http://sopopanisioan.blogspot.com
Berru Saraan
sangat sedih, karena merasa tidak diperdulikan, sehingga mulailah airmatanya
menetes. Diusapnya kucing yang berada di pangkuannya yang menjadi temannya di
rumah sambil menyampaikan kesedihannya kepada Tuhan. Konon, tiba-tiba langit
yang tadinya terang mendadak berganti gelap oleh awan tebal dan hujan deras pun
turunlah bersama petir dan guntur sambung-menyambung. Kemudian kuta Sicike-cike
mulai tenggelam oleh air bersama berru Saraan dan kucingnya hingga menjadi
danau, yaitu Danau Sicike-cike.
Setelah
kejadian itu, dalam kesedihannya, mereka semua berpencar mencari daerah untuk
tempat tinggalnya masing-masing. Raja Naga Jambe bersama ketiga anaknya dari
berru Saraan, yaitu: Raja Udjung pindah ke daerah kota Sidikalang sekarang,
tepatnya di persimpangan jalan Pasar Lama ke Kuta Kalang Simbara, Raja Angkat pindah
ke kuta Sidiangkat, sedang Raja Bintang pindah ke kuta Tambun dan kuta Bintang.
Inilah sebabnya, maka kuta yang lama diberi nama “Kuta Sitellu Nempu”, karena
dihuni oleh ketiga kakak-beradik tersebut.
Anak Raja Naga
Jambe dari berru Padang pindah ke tempat berlainan, yaitu: Raja Capah pindah ke
sekitar kuta Bangun, Raja Kudadiri pindah ke sekitar kuta Sitinjo sekarang,
Gajahmanik pindah ke kuta Binara (sekarang Sungai Raya). Sedang Raja Sinamo
pindah ke sekitar Tinada-Parongil di daerah Pakpak Simsim sementara mereka
sendiri berasal dari daerah Pakpak Keppas. Sebagian marga Capah pindah dari
kuta Bangun ke kuta Lae Meang dan sebagian marga Kudadiri pindah dari kuta
Sitinjo ke kuta Keneppen (sekarang Kuta Imbaru). Meskipun sudah berpisah,
tapi ketujuh marga ini tetap mengakui kuta Sicikecike sebagai asal mereka yang
dibuktikan dengan cara melakukan ziarah bersama-sama (Udjung, 20..:1-4).
2. Taman Wisata Alam Sicike-cike
Tiga danau di TWA Sicike-cike sangat luar
biasa cantik topografinya dan eksotis. Danau ini merupakan hulu 3 buah sungai yaitu Lae
Pandaroh, Lae Simblin, dan Lae Mbilulu.
TWA Sicike-cike ini tidak jauh dari Taman Wisata Iman yang berada sekitar
7 km dari kota Sidikalang. Bahkan Lae Pandaro yang berhulu di Danau Sicike-cike mengalir melintasi Taman
Wisata Iman.
Keadaan vegetasi di TWA Sicike-cike merupakan
hutan hujan tropis pegunungan dengan jenis-jenis tumbuhan antara lain : Samponus
bunga (Dacrydium junghuhnii), Kemenyan (Styrax benzoin), Kecing (Quercus sp)
dan Haundolok (Eugenia sp). Di samping itu terdapat juga beberapa tanaman hias
seperti anggrek hutan dan kantong semar (Nephentes spp.). Gagatan harimau,
rotan dan beberapa jenis pakis, paku-pakuan serta liana juga masih ditemukan
tumbuh dengan baik di dalam kawasan ini. Oleh karena banyaknya anggrek tumbuh
di daerah sekitar danau ini yang diperkirakan sekitar 112 jenis anggrek, maka
ada yang menyebutnya sebagai surga anggrek.
Beberapa jenis satwa yang dapat dijumpai di
sana antara lain beruang madu, kambing hutan, harimau, babi hutan, itik liar,
siamang, burung enggang, musang dan rusa. Satwa-satwa yang mudah dijumpai
adalah jenis burung dan serangga, terutama kupu-kupu. Sementara di dalam danau
Sicike-cike, satu-satunya ikan yang dapat ditemukan ialah ikan gobi. Ikan gobi
ini berwarna kemerahan dan konon dapat dijadikan obat.
Hutan wisata Sicike-cike, dengan potensi flora
dan fauna, dapat dijadikan sebagai laboratorium penelitian hutan, karena
kawasan ini menyimpan dan menjadi habitat puluhan bahkan mungkin ratusan
koleksi keanekaragaman hayati (khususnya tumbuhan) yang merupakan khas daerah
tersebut (endemik). TWA Sicike-cike inipun bukan tidak mungkin juga menyimpan
beragam tanaman obat-obatan yang bisa dijadikan sebagai alternatif pengobatan
secara tradisonil. Untuk itu masih perlu
dilakukan penelitian secara khusus (berbagai sumber).
http://sopopanisioan.blogspot.com
Akhirnya, legenda
Danau Sicike-cike bisa saja merupakan cerita tentang sebuah peristiwa alam
maupun suatu peristiwa lain yang terjadi, tapi masih memerlukan penelitian
ilmiah untuk mengungkapnya lebih mendetail. Ada legenda di berbagai daerah lain
yang setelah ditelusuri dan diteliti secara mendalam ternyata menceritakan peristiwa
yang terjadi di masa lampau. Meskipun demikian, jelas bahwa Danau Sicike-cike
merupakan kampung asal ketujuh marga tadi, yaitu: Ujung, Angkat, Bintang,
Capah, Kudadiri, Gajahmanik, dan Sinamo. ***
Telah dimuat di:
Harian BATAK POS
Edisi Sabtu, 22 Desember 2012
http://sopopanisioan.blogspot.com
http://sopopanisioan.blogspot.com
No comments:
Post a Comment