MENGENAL PERAYAAN TAHUN BARU CHINA ‘IMLEK’
DALAM
KOMUNITAS THIONGHOA
Oleh: Nini Adelina Tanamal, S.Th., M.Th.
Email
: stephanie_moz020609@yahoo.com
ABSTRAK
Tahun Baru China
merupakan hari raya yang paling penting dalam masyarakat China, Perayaan Tahun
Baru China juga dikenal sebagai Chunjie (Festival Musim Semi/ Spring Festival),
Nongli Xinnian (Tahun Baru), atau Guonian atau sin tjia. Diluar daratan China,
Tahun Baru China lebih dikenal sebagi Tahun Baru Imlek. Kata Imlek( Im= Bulan,
Lek= penanggalan) berasal dari dialek Hokkian atau mandarin-nya yin li yang
berarti kalender bulan. Perayaan Tahun Baru Imlek dirayakan pada tanggal 1
hingga tanggal 15 pada bulan ke-1 penanggalan kalender China yang menggabungkan
perhitungan matahari dan bulan, 2 energi yin-yang, konstelasi bintang atau
astrologi shio, 24 musim, dan 5 unsur (festival Musim semi).
Chinese’s New Year is
the most important celebration day for Chinese people. The celebration of
Chinese’s New Year is also known as Chunjie (Spring Festival), Nongli Xinnian
(New Year), or Guonian or Sin Tjia. Outside the Chinese land, thisChinese’s New
Year is well-known as ‘Imlek’ New Year. The word ‘Imlek’ (Im= month, Lek=
calendar system) is derived from Hokkian language or Yin Li in Mandarin, which
means month calendar. Imlek new year celebration is celebrated on the 1st
until 15th of the first month in the Chinese calendar system which
gather the calculation of the sun and month as well as two energier, yin-yang,
that is the constellation of star or shio astrology, 24 seasons, and five
element, (spring festival).
Kata
Kunci: Tahun Baru China disebut Imlek.
PENDAHULUAN
Tahun
Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru
Imlek dimulai di hari pertama bulan pertama (bahasa Tionghoa: pinyin: zheng yue) di penanggalan
Thionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh di tanggal ke lima belas ( pada saat
bulan purnama). Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chuxi yang berarti “malam pergantian tahun.” Karena 1/5 penghuni bumi in adalah orang
China, maka tahun baru China hampir dirayakan oleh seluruh pelosok dunia dimana
terdapat orang China, keturunan China atau pecinan.
Banyak
bangsa yang bertetangga dengan China turut merayakan Tahun Baru China seperti
Taiwan, Korea, Mongolia, Vietnam, Nepal, Bhutan dan Jepang. Khusus di daratan
China, Hongkong, Macau, Taiwan, Singapura, Indopnesia, Malaysia, Filipina,
Thailand dan Negara-negara yang memiliki penduduk beretnis China, Tahun Baru
China dirayakan dan sebagian telah berakultrasi dengan budaya setempat.
Dirayakan di daerah dengan populasi suku Thionghoa, Tahun Baru Imlek dianggap
sebagai hari libur besar untuk orang Thionghoa dan memiliki pengaruh pada
perayaan tahun baru di tetangga geografis Tiongkok, serta budaya yang dengannya
orang Tionghoa berinteraksi meluas. Ini termasuk Korea, Mongolia, Nepal,
Bhutan, Vietnam, dan Jepang (sebelum 1873). Didaratan Tiongkok, Hongkong,
Macau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan
Negara-negara lain atau daerah dengan populasi suku Han yang signifikan, Tahun
Baru Imlek juga dirayakan, dan pada berbagai derajat, telah menjadi bagian dari
budaya tradisional dari Negara-negara tersebut.
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH
IMLEK
Sebelum
Dinasti Qin, tanggal perayaan pewrmulaan sesuatu tahun masih belum jelas. Ada
kemungkinan bahwa awal tahun bermula pada bulan 1 semasa Dinasti Xia, bulan 12
semasa Dinasti Shang, dan bulan 11 semasa Dinasti Zhou di China. Bulan kabisat
yang dipakai untuk memastikan kalender Tionghoa sejalan dengan edaran
mengelilingi matahari, selalu ditambah setelah bulan 12 sejak Dinasti Shang
(menurut catatan tukang ramalan) dan Zhou (menurut Sima Qian). Kaisar pertama
China Qin Shi Huang menukar dan menetapkan bahwa tahun Tionghoa berawal di
bulan 10 pada 221 SM. Pada 104 SM, Kaisar Wu yang memerintah sewaktu Dinasti
Han menetapkan bulan 1 sebagai awal tahun sampai sekarang.
B.
MITOLOGI
TAHUN BARU IMLEK
Berdasarkan
cerita rakyat dan legenda kuno, Tahun Baru China dirayakan ketika orang China
berhasil melawan hewan mtos yang disebut sebagai Nian yang berarti tahun dalam
bahasa China. Mahluk Nian selalu muncul pada hari pertama Tahun Baru dan
kedatangan Nian adalah memangsa hewan ternak, memakan hasil pertanian dan
bahkan penduduk, terutama anak-anak.
Untuk
selamat dari petaka Nian, masyarakat (desa) China akan menaruh sejumlah makanan
di depan pintu mereka pada hari pertama tahun baru. Masyarakat percaya bahwa,
jika Nian telah mengambil/ memakan makanan yang telah disediakan oleh
masyarakat, maka Nian tidak akan lagi menyerang orang/warga. Suatu ketika,
seorang penduduk menyaksikan (satu/seekor/ semahluk) Nian ketakutran dan lari
menghindar dari seorang anak yang berkostum merah. Dari kejadian itu, maka
penduduk desa akhirnya tahu kekurangan Nian yakni takut pada warna merah.
Semenjak
itu, setiap menjelang dan selama Tahun Baru, penduduk akan menggantung lentera
merah serta memasang tirai/gordin merah
pada pintu dan jendela. Selain itu, masyarakat juga menggunakan mercun untuk
menakuti Nian. Sejak itulah, Nian tidak pernah lagi muncul di desa mereka. Dan
pada akhirnya, Nian berhasil ditangkap oleh Hongjun Lao Tze, seorang pendeta
Tao. Nian kemudian menjadi hewan tunggangan Hongjun Lao Tze.
Adat
adat pengusiran Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun Baru. Guo Nian (Hanzi tradisional: bahasa
Tionghoa) yang berarti “menyambut tahun baru”, secara harafiah berarti
“mengusir Nian.”
C.
TRADISI
DALAM IMLEK
Aslinya
Imlek atau Sin Tjia adalah sebuah perayaan yang dilakukan oleh para petani di
China yang biasanya jatuh pada tanggal satu bulan pertama di awal tahun baru.
Perayaan ini juga berkaitan dengan pesta para petani untuk menyambut musim
semi. Perayaan ini dimulai pada tanggal 30 bulan ke -12 dan berakhir pada
tanggal 15 bulan pertama. Acaranya meliputi sembahyang Imlek, sembahyang kepada
Sang Pencipta, dan perayaan Cap Go Meh, tujuan dari persembahyangan ini adalah sebagai wujud syukur dan doa
harapan agar di tahun depat mendapat rezeki lebih banyak, untuk menjamu
leluhur, dan sebagai saranan silahturami dengan kerabat dan tetangga.
Karena
perayaan Imlek berasal dari kebudayaan petani, maka segala bentuk
persembahannya adalah berupa berbagai jenis makanan. Idealnya, pada setiap
acara sembahyang Imlek disajikan minimal 12 macam masakan dan 12 macam kue yang
mewakili lambing-lambang shio yang berjumlah 12. Di China , hidangan yang wajib adalah mie
panjang umur ( siu mie) dan arak. Di Indonesia, hidangan yang dipilih biasanya
hidangan yang mempunyai arti “kemakmuran”, “panjang umur’, “keselamatan”, atau
“kebahagian”, dan merupakan hidangan kesukaan para leluhur.
Kue-kue
yang dihidangkan biasanya lebih manis daripada biasanya. Diharapkan, kehidupan
di tahun mendatang menjadi lebih manis. Disamping itu dihidangkan pula kue
lapis sebagai perlambang rezeki yang berlapis-lapis. Kue mangkok dan kue
keranjang juga merupakan makanan yang wajib dihidangkan pada waktu
persembahyangan menyambut datangnya tahun baru Imlek. Biasanya kue keranjang
disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah dibagian atasnya. Ini adalah
sebagai symbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue
mangkok.
Ada
juga makanan yang dihindari dan tidak dihidangkan, misalnya bubur. Bubur tidak
dihidangkan karena makanan ini melambangkan kemiskinan. Kedua belas hidangan
itu lalu disusun di meja sembahyang yang bagian depannya digantungi dengan kain
khusus yang biasanya bergambar naga berwarna merah. Pemilik rumah lalu berdoa
memanggil para leluhurnya untuk menyantap hidangan yang disuguhkan.
Di
malam tahun baru orang-orang biasanya bersantap di rumah atau di restoran.
Setelah selesai makan malam mereka begadang semalam suntuk dengan pintu rumah
dibuka lebar-lebar agar rezeki bias masulk ke rumah dengan leluasa. Pada waktu
ini disediakan camilan khas Imlek berupa kuaci, kacang, dan permen.
Pada
waktu Imlek, makanan yang tidak boleh dilupakan adalah lapis legit, kue nastar,
kue semprit, kue mawar, serta manisan kolang-kaling. Agar pikiran menjadi
jernih, disediakan pudding yang dicetak seperti bintang sebagai symbol
kehidupan yang terang.
Tujuh
hari sesudah Imlek dilakukan persembahyangan kepada Sang Pencipta. Tujuannya
adalah sujud kepadaNya dan memohon kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru
dimasuki. Lima belas hari sesudah Imlek dilakukan sebuah perayaan yang disebut
dengan Cap Go Meh. Masyarakat keturunan China di Semarang merayakannya dengan
menyuguhkan lontong Cap Go Meh yang terdiri dari lontong, opor ayam, lodeh
terung, telur pindang, sate abing, dan sambil docang. Sementara di Jakarta
menunya adalah lontong, sayur godog, telur pindang, dan bubuk kedelai. Pada
waktu perayaan Imlek juga dirayakan berbagai macam keramaian yang menyuguhkan
atraksi barongsai dan kembang api.
PENUTUP
Tahun
Baru China merupakan hari raya yang paling penting dalam masyarakat China.
Perayaan Tahun Baru Imlek dirayakan pada tanggal 1 hingga tanggal 15 pada bulan
ke-1 penanggalan kalender China yang menggabungkan perhitungan matahari dan
bulan. Di Tiongkok, adat dan tradisi
wilayah yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Imlek sangat beragam. Namun,
kesemuanya banyak berbagi tema umum seperti perjamuan makan malam pada Tahun
Baru, serta penyulutan kembang api. Meskipun penanggalan Imlek secara tradisional
tidak menggunakan nomor tahun malar.
Inilah
keberagaman dalam beragama, karena semua keberagaman kepercayaan memiliki makna
dan tujuan yang terbaik, tetapi keberagaman itu perlu dihormati, dihargai dan
selalu hidup bertoleransi antar semua manusia di dunia ini. Karena hidup itu memiliki tujuan dalam kepercayaan yang
mengarahkan suatu pribadi kepada Sang Pencipta.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Zakaria Gozali, 2000, Sejarah Asia Tenggara, Asia Selatan dan
Asia Timur 1800-1963,
Kuala Lumpur: Fajar Bakti
Bonavia, David, 1990, Cina dan Masyarakatnya, terj.Dede Oetomo,
Jakarta:
Erlangga
Carey, Peter, 1986, Orang Jawa dan Masyarakat Cina 1755-1825, Jakarta:
Pustaka Aset,
Cassier, Ernest, Manusia dan Kebudayaan: sebuah Essai tentang Manusia,
PT. Gramedia Pustaka, Jakarta: 1987
Hamzah, Alvian, 1998, Kapak Jadi Nonpri: Warga Thionghoa Mencari
Keadilan Zaman, Bandung: wacana
mulia,
Sukisman, W.D., 1993, Sejarah Cina Kontemporer: Dari Revolusi
Nasional
Melalui Revolusi Kebudayaan Sampai
Modernisasi
Sosialis, Jakarta:
Pradnya Paramita
No comments:
Post a Comment