Monday, April 7, 2014

MENGENAL PERAYAAN TAHUN BARU CHINA ‘IMLEK’ DALAM KOMUNITAS THIONGHOA



MENGENAL PERAYAAN TAHUN BARU CHINA ‘IMLEK’
 DALAM KOMUNITAS THIONGHOA
Oleh: Nini Adelina Tanamal, S.Th., M.Th.
Email : stephanie_moz020609@yahoo.com

ABSTRAK

Tahun Baru China merupakan hari raya yang paling penting dalam masyarakat China, Perayaan Tahun Baru China juga dikenal sebagai Chunjie (Festival Musim Semi/ Spring Festival), Nongli Xinnian (Tahun Baru), atau Guonian atau sin tjia. Diluar daratan China, Tahun Baru China lebih dikenal sebagi Tahun Baru Imlek. Kata Imlek( Im= Bulan, Lek= penanggalan) berasal dari dialek Hokkian atau mandarin-nya yin li yang berarti kalender bulan. Perayaan Tahun Baru Imlek dirayakan pada tanggal 1 hingga tanggal 15 pada bulan ke-1 penanggalan kalender China yang menggabungkan perhitungan matahari dan bulan, 2 energi yin-yang, konstelasi bintang atau astrologi shio, 24 musim, dan 5 unsur (festival Musim semi).

Chinese’s New Year is the most important celebration day for Chinese people. The celebration of Chinese’s New Year is also known as Chunjie (Spring Festival), Nongli Xinnian (New Year), or Guonian or Sin Tjia. Outside the Chinese land, thisChinese’s New Year is well-known as ‘Imlek’ New Year. The word ‘Imlek’ (Im= month, Lek= calendar system) is derived from Hokkian language or Yin Li in Mandarin, which means month calendar. Imlek new year celebration is celebrated on the 1st until 15th of the first month in the Chinese calendar system which gather the calculation of the sun and month as well as two energier, yin-yang, that is the constellation of star or shio astrology, 24 seasons, and five element, (spring festival).

Kata Kunci: Tahun Baru China disebut Imlek.


 

PENDAHULUAN

Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru Imlek dimulai di hari pertama bulan pertama (bahasa Tionghoa: pinyin: zheng yue) di penanggalan Thionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh di tanggal ke lima belas ( pada saat bulan purnama). Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chuxi yang berarti “malam pergantian tahun.”  Karena 1/5 penghuni bumi in adalah orang China, maka tahun baru China hampir dirayakan oleh seluruh pelosok dunia dimana terdapat orang China, keturunan China atau pecinan.
Banyak bangsa yang bertetangga dengan China turut merayakan Tahun Baru China seperti Taiwan, Korea, Mongolia, Vietnam, Nepal, Bhutan dan Jepang. Khusus di daratan China, Hongkong, Macau, Taiwan, Singapura, Indopnesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Negara-negara yang memiliki penduduk beretnis China, Tahun Baru China dirayakan dan sebagian telah berakultrasi dengan budaya setempat. Dirayakan di daerah dengan populasi suku Thionghoa, Tahun Baru Imlek dianggap sebagai hari libur besar untuk orang Thionghoa dan memiliki pengaruh pada perayaan tahun baru di tetangga geografis Tiongkok, serta budaya yang dengannya orang Tionghoa berinteraksi meluas. Ini termasuk Korea, Mongolia, Nepal, Bhutan, Vietnam, dan Jepang (sebelum 1873). Didaratan Tiongkok, Hongkong, Macau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Negara-negara lain atau daerah dengan populasi suku Han yang signifikan, Tahun Baru Imlek juga dirayakan, dan pada berbagai derajat, telah menjadi bagian dari budaya tradisional dari Negara-negara tersebut.


PEMBAHASAN

A.    SEJARAH IMLEK

Sebelum Dinasti Qin, tanggal perayaan pewrmulaan sesuatu tahun masih belum jelas. Ada kemungkinan bahwa awal tahun bermula pada bulan 1 semasa Dinasti Xia, bulan 12 semasa Dinasti Shang, dan bulan 11 semasa Dinasti Zhou di China. Bulan kabisat yang dipakai untuk memastikan kalender Tionghoa sejalan dengan edaran mengelilingi matahari, selalu ditambah setelah bulan 12 sejak Dinasti Shang (menurut catatan tukang ramalan) dan Zhou (menurut Sima Qian). Kaisar pertama China Qin Shi Huang menukar dan menetapkan bahwa tahun Tionghoa berawal di bulan 10 pada 221 SM. Pada 104 SM, Kaisar Wu yang memerintah sewaktu Dinasti Han menetapkan bulan 1 sebagai awal tahun sampai sekarang.



B.     MITOLOGI TAHUN BARU IMLEK

Berdasarkan cerita rakyat dan legenda kuno, Tahun Baru China dirayakan ketika orang China berhasil melawan hewan mtos yang disebut sebagai Nian yang berarti tahun dalam bahasa China. Mahluk Nian selalu muncul pada hari pertama Tahun Baru dan kedatangan Nian adalah memangsa hewan ternak, memakan hasil pertanian dan bahkan penduduk, terutama anak-anak.
Untuk selamat dari petaka Nian, masyarakat (desa) China akan menaruh sejumlah makanan di depan pintu mereka pada hari pertama tahun baru. Masyarakat percaya bahwa, jika Nian telah mengambil/ memakan makanan yang telah disediakan oleh masyarakat, maka Nian tidak akan lagi menyerang orang/warga. Suatu ketika, seorang penduduk menyaksikan (satu/seekor/ semahluk) Nian ketakutran dan lari menghindar dari seorang anak yang berkostum merah. Dari kejadian itu, maka penduduk desa akhirnya tahu kekurangan Nian yakni takut pada warna merah.
Semenjak itu, setiap menjelang dan selama Tahun Baru, penduduk akan menggantung lentera merah  serta memasang tirai/gordin merah pada pintu dan jendela. Selain itu, masyarakat juga menggunakan mercun untuk menakuti Nian. Sejak itulah, Nian tidak pernah lagi muncul di desa mereka. Dan pada akhirnya, Nian berhasil ditangkap oleh Hongjun Lao Tze, seorang pendeta Tao. Nian kemudian menjadi hewan tunggangan Hongjun Lao Tze.
Adat adat pengusiran Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun Baru. Guo Nian (Hanzi tradisional: bahasa Tionghoa) yang berarti “menyambut tahun baru”, secara harafiah berarti “mengusir Nian.”


C.    TRADISI DALAM IMLEK

Aslinya Imlek atau Sin Tjia adalah sebuah perayaan yang dilakukan oleh para petani di China yang biasanya jatuh pada tanggal satu bulan pertama di awal tahun baru. Perayaan ini juga berkaitan dengan pesta para petani untuk menyambut musim semi. Perayaan ini dimulai pada tanggal 30 bulan ke -12 dan berakhir pada tanggal 15 bulan pertama. Acaranya meliputi sembahyang Imlek, sembahyang kepada Sang Pencipta, dan perayaan Cap Go Meh, tujuan dari persembahyangan  ini adalah sebagai wujud syukur dan doa harapan agar di tahun depat mendapat rezeki lebih banyak, untuk menjamu leluhur, dan sebagai saranan silahturami dengan kerabat dan tetangga.
Karena perayaan Imlek berasal dari kebudayaan petani, maka segala bentuk persembahannya adalah berupa berbagai jenis makanan. Idealnya, pada setiap acara sembahyang Imlek disajikan minimal 12 macam masakan dan 12 macam kue yang mewakili lambing-lambang shio yang berjumlah 12.  Di China , hidangan yang wajib adalah mie panjang umur ( siu mie) dan arak. Di Indonesia, hidangan yang dipilih biasanya hidangan yang mempunyai arti “kemakmuran”, “panjang umur’, “keselamatan”, atau “kebahagian”, dan merupakan hidangan kesukaan para leluhur.
Kue-kue yang dihidangkan biasanya lebih manis daripada biasanya. Diharapkan, kehidupan di tahun mendatang menjadi lebih manis. Disamping itu dihidangkan pula kue lapis sebagai perlambang rezeki yang berlapis-lapis. Kue mangkok dan kue keranjang juga merupakan makanan yang wajib dihidangkan pada waktu persembahyangan menyambut datangnya tahun baru Imlek. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah dibagian atasnya. Ini adalah sebagai symbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok.
Ada juga makanan yang dihindari dan tidak dihidangkan, misalnya bubur. Bubur tidak dihidangkan karena makanan ini melambangkan kemiskinan. Kedua belas hidangan itu lalu disusun di meja sembahyang yang bagian depannya digantungi dengan kain khusus yang biasanya bergambar naga berwarna merah. Pemilik rumah lalu berdoa memanggil para leluhurnya untuk menyantap hidangan yang disuguhkan.
Di malam tahun baru orang-orang biasanya bersantap di rumah atau di restoran. Setelah selesai makan malam mereka begadang semalam suntuk dengan pintu rumah dibuka lebar-lebar agar rezeki bias masulk ke rumah dengan leluasa. Pada waktu ini disediakan camilan khas Imlek berupa kuaci, kacang, dan permen.
Pada waktu Imlek, makanan yang tidak boleh dilupakan adalah lapis legit, kue nastar, kue semprit, kue mawar, serta manisan kolang-kaling. Agar pikiran menjadi jernih, disediakan pudding yang dicetak seperti bintang sebagai symbol kehidupan yang terang.
Tujuh hari sesudah Imlek dilakukan persembahyangan kepada Sang Pencipta. Tujuannya adalah sujud kepadaNya dan memohon kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru dimasuki. Lima belas hari sesudah Imlek dilakukan sebuah perayaan yang disebut dengan Cap Go Meh. Masyarakat keturunan China di Semarang merayakannya dengan menyuguhkan lontong Cap Go Meh yang terdiri dari lontong, opor ayam, lodeh terung, telur pindang, sate abing, dan sambil docang. Sementara di Jakarta menunya adalah lontong, sayur godog, telur pindang, dan bubuk kedelai. Pada waktu perayaan Imlek juga dirayakan berbagai macam keramaian yang menyuguhkan atraksi barongsai dan kembang api.



PENUTUP

Tahun Baru China merupakan hari raya yang paling penting dalam masyarakat China. Perayaan Tahun Baru Imlek dirayakan pada tanggal 1 hingga tanggal 15 pada bulan ke-1 penanggalan kalender China yang menggabungkan perhitungan matahari dan bulan.  Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Imlek sangat beragam. Namun, kesemuanya banyak berbagi tema umum seperti perjamuan makan malam pada Tahun Baru, serta penyulutan kembang api. Meskipun penanggalan Imlek secara tradisional tidak menggunakan nomor tahun malar.
Inilah keberagaman dalam beragama, karena semua keberagaman kepercayaan memiliki makna dan tujuan yang terbaik, tetapi keberagaman itu perlu dihormati, dihargai dan selalu hidup bertoleransi antar semua manusia di dunia ini. Karena hidup  itu memiliki tujuan dalam kepercayaan yang mengarahkan suatu pribadi kepada Sang Pencipta. 


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Zakaria Gozali, 2000, Sejarah Asia Tenggara, Asia Selatan dan
                            Asia Timur 1800-1963, Kuala Lumpur: Fajar Bakti


Bonavia, David, 1990, Cina dan Masyarakatnya, terj.Dede Oetomo, Jakarta:
                            Erlangga

Carey, Peter, 1986, Orang Jawa dan Masyarakat Cina 1755-1825, Jakarta:
    Pustaka Aset,
   
Cassier, Ernest, Manusia dan Kebudayaan: sebuah Essai tentang Manusia,
                            PT. Gramedia Pustaka, Jakarta: 1987


Hamzah, Alvian, 1998, Kapak Jadi Nonpri: Warga Thionghoa Mencari
                            Keadilan Zaman, Bandung: wacana mulia,

Sukisman, W.D., 1993, Sejarah Cina Kontemporer: Dari Revolusi Nasional
                            Melalui Revolusi Kebudayaan Sampai Modernisasi
                            Sosialis, Jakarta: Pradnya Paramita




No comments:

Post a Comment