BATAK PARDEMBANAN
DAN BATAK NADOLOK
Oleh: Edward
Simanungkalit
Batak Pardembanan merupakan orang Batak yang berada di
Kabupaten Asahan sejak ratusan tahun lalu. Sedang Batak Nadolok merupakan orang
Batak yang berada di Kabupaten Labuhan Bilik yang juga sejak ratusan tahun lalu.
Kedua kelompok masyarakat ini menjadi bahan pembahasan pada tulisan ini.
1.
Batak Pardembanan
Batak Pardembanan adalah kelompok orang yang menempati daerah
sepanjang aliran sungai Asahan yang berasal dari daerah Toba. Salah satu marga
tertua dan terkenal di Asahan ialah marga “Simargolang”
yang berasal dari Raja Simargolang salah seorang putera dari Ompu Sahang
Mataniari.
Kerajaan Margolang dahulu kala berpusat di Pulau Raja dengan
wilayah kekuasaan Asahan dan Labuhan Batu. Raja terakhir yang mejadi raja adalah
Raja Marlau di saat penjajah Belanda sudah datang. Kepada Raja Marlau ini
Belanda menawarkan untuk membangun kebun Kelapa Sawit dan pabrik di Tanah
kekuasaannya. Akan tetapi, tawaran ini ditolak oleh Raja dengan alasan bahwa kalau
tanah mereka dijadikan kebun Kelapa
Sawit, maka rakyatnya nanti akan menjadi budak Belanda yang tidak dikehendaki
raja. Singkatnya, kebun kelapa sawit ini dapat juga dibangun walaupun dengan
muslihat Belanda (Margolang, 2010:1).
http://sopopanisioan.blogspot.com
Tim Pendataan Situs dan Kawasan Cagar Budaya, Asahan
menemukan situs sejarah dari Raja Simargolang I dam II di Dusun Dolok Maraja,
Desa Lobu Rappa, Kecamatan Aek Songsongan. Dan, situs sejarah Raja Simargolang
pada dinasti berikutnya di Kampung Pea atau Kampung Sawah, Desa Marjanji Aceh,
Kecamatan Aek Songsongan dan Dusun Pancuran Raja, Desa Rahuning Kecamatan
Rahuning, serta dinasti ke-5 di Kampung Pertandaan, Dusun Titi Putih, Desa
Gunung Melayu (Analisadaily, 04/01-2012).
Adapun silsilah keluarga Simargolang, sebagaimana dikemukakan
oleh Nazaruddin Margolang (2010:1-2) yang merupakan anak dari Raja Nahar
Margolang, adalah sebagai berikut:
1. Si Raja Batak
2. Guru Tatea Bulan
3. Saribu Raja I
4. Raja Borbor
5. T. Balasahunu
6. R. Hatorusan II
7. O.T. Raja Doli Datu Taladibabana
8. Sabung/Sahang Mataniari
9. Simargolang
10. R. Margolang II (Bermakam di Huta Raja)
11. R. Margolang III (Bermakam di Marjanji Aceh, Kec. Bandar
Pulau)
12. R. Pulu Raja IV (Bermakam di Pancuran Raja)
13. R. Pulu Raja V (Bermakam di Kampung Raja)
14. R. Pulu Raja VI (Bermakam di Pulu Raja)
15. R. Pulu Raja VII (bermakam di Sei Berita, Pulu Raja)
16. R. Marsiha
17. R. Janggut (Bermakam di Pulau Sarune, lalu di
pindahkan oleh R. Nahar ke pangkal Titi Gantung Pulau Raja, Pemakaman Keluarga
Nahar Margolang)
18. R. Dohon (Bermakam di Pemakaman Keluarga Nahar Margolang,
Pangkal Titi Gantung Pulau Raja)
19. R. Pangaruhat :
(Bermakam di Kedai Kawat, Pulau Raja)
Anaknya R. Pangaruhat, yaitu :
1.
R. Wani (Bermakam di Pulau Tanjung, Kec. Simpang Empat)
2.
R. Nahdon (Bermakam di Pemakaman Keluarga Nahar Margolang, Pangkal Titi Gantung
Pulau Raja)
3.
R. Nahar (Bermakam di Pemakaman Keluarga Nahar Margolang, Pangkal Titi Gantung
Pulau Raja).
http://sopopanisioan.blogspot.com
Inilah kerajaan tertua di Asahan
sebelum kedatangan Sultan Syah Johan dari Aceh mendirikan kerajaan lain di
Asahan, yaitu Kesultanan Asahan. Keturunan Raja Simargolang ini menggunakan
marga Simargolang sebagai marganya. Menurut
Alek Margolang (salah seorang keturunan raja Simargolang), nama Asahan berasal
dari kebiasaan raja Simargolang mengasah Piso Gading/Mata Halasan di Aek Toba.
Jadi berawal dari “Asah – Halasan” sehingga kemudian dikenal dengan Asahan atau
dalam catatan Portugis disebut Ashacan. Aek Toba sendiri merupakan sebutan
untuk nama sungai Asahan dulunya oleh warga kerajaan Simargolang di daerah
Pulau Raja. Pendapat ini sangat masuk akal, karena Aek itu artinya air,
sehingga bisa diterjemahkan bahwa Aek Toba adalah air yang mengalir dari danau
Toba atau dari daerah Toba (Siregar, 2012:1-2).
2. Batak Nadolok
Penduduk
asli di wilayah Labuhan Batu Utara merupakan masyarakat yang dulunya datang bermigrasi dari
daerah Toba. Mereka menempati daerah sepanjang Sungai Kualuh, tapi tidak sampai
ke muaranya di pantai Kualuh. Mereka
mencari lahan pertanian baru sehubungan dengan semakin sempitnya tanah
persawahan di sekitar Danau Toba bagian Selatan.
Sungai Kualuh mengalir dari Parsoburan di Tapanuli Utara sampai ke
Kualuh Leidong. Kelihatannya Sungai Kualuh ini merupakan salah satu jalur
perpindahan orang Toba dari Parsoburan, Porsea, Balige dan Tapanuli Utara ke
arah daerah pantai Timur. Sedang melalui darat perpindahan itu terjadi melalui
Tangga Damuli ke arah daerah Aek Natas dan Na IX-X, sehingga sampai sekarang
banyak masyarakat yang berada di Labura berasal dari etnik Toba.
http://sopopanisioan.blogspot.com
Masyarakat Batak Nadolok yang hidup di daerah
aliran Sungai Kualuh tadi bertetangga dengan masyarakat Batak
Pardembanan yang hidup di sebelah utara di aliran sungai Asahan sebagaimana telah disinggung
sebelumnya.
Orang Batak Nadolok ini
menurunkan marga “Nadolok” yang sampai saat ini masih dipakai sebahagian penduduk
Batak Nadolok yang wilayah aslinya meliputi kecamatan Na
IX-X, Aek Natas, Aek Kuo, dan Marbau di Kabupaten Labuhan Batu Utara sekarang.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penduduk asli
Labuhan Batu Utara adalah orang Batak Nadolok yang hidup di hulu Sungai Kualuh
sebagai petani. Kemudian hari Sultan Syah Johan dari Aceh datang dan mendirikan
Kesultanan Asahan melalui anaknya Sultan Abdul Jalil (1630) yang berhasil
menginvasi wilayah Batak Pardembanan dan Batak Nadolok sebagai bagian dari
Kesultananan Asahan (Hutahaean, 2013:1-3).
Akhirnya,
bahwa Batak Pardembanan dan Batak Nadolok adalah Batak yang berasal dari Negeri
Toba. Batak Pardembanan menempati daerah aliran Sungai Asahan dengan memakai
marga “Simargolang” dan Batak Nadolok menempati daerah hulu aliran Sungai
Kualuh dengan memakai marga “Nadolok”. Kerajaan Simargolang berakhir setelah
revolusi sosial di Sumatera Timur pada tahun 1946. ***
Telah dimuat di:
Harian BATAK POS
Edisi Sabtu, 09 Pebruari 2013http://sopopanisioan.blogspot.com
Maaf amang Edward Simanungkalit, sepertinya ini adalah tulisan penelitian saya yang dimuat di blog http://batak-people.blogspot.co.id/2013/01/batak-pardembanan-asahan-bukan-melayu.html pada tanggal 3 January 2013 (Batak Pardembanan) dan http://batak-people.blogspot.co.id/2013/01/lagu-batak-nadolok-labuhan-batu-utara_7132.html pada tanggal 20 January 2013 (Batak Nadolok). Mohon sertakan daftar pustaka nya amang. Mauliate.
ReplyDeleteMauliate atas tanggapannya dan saya tadinya sudah sebutkan nama lae di sana dengan neyebutkan Hutahaean, 2013:1-3 sebagai rujukannya khusus untuk Batak Nadolok. Itu mengenai Batak Nadolok, tetapi sedang Batak Pardembanan memang saya rujuk dari blog marga Simargolang termasuk tarombonya bersumber dari blog Nazarudin Margolang dan koran Analisa Daily serta tulisan Siregar seperti ada saya cantumkan di dalam tulisan tersebut, sehingga jelas rujukan tersebut semuanya. Jadi, hanya tulisan Batak Nadolak itu yang bersumber dari http://batak-people.blogspot.co.id yang sudah saya sebutkan nama penulisnya (hutahaean, 2013:1-3). Tetapi, meskipun demikian, saya sertakan jugalah di sini semuanya sumber kepustakaannya dari http://batak-people.blogspot.co.id. Mauliate, horas. :)
Delete