Gotong, Asli Simalungunkah? Koq Batik?
GOTONG, memang asli Simalungun. Menurut Muhar Omtatok, Budayawan Simalungun, awalnya penutup kepala pria (Simalungun) ini berbentuk destar, dari bahan kain gelap, dan berwarna putih untuk upacara kemalangan (disebut Gotong Porsa).
Namun kemudian Tuan Bandaralam Purba Tambak dari Dolog Silou juga menggemari penutup kepala ala Melayu berbentuk tengkuluk dari bahan batik. Dari kegemaran pemegang Pustaha Bandar Hanopan inilah, kemudian pria Simalungun dewasa ini memakai gotong berbentuk tengkuluk batik.
—–
Asal usul Hiou atau Ulos
Walau Tapanuli/Toba, Karo dan Simalungun sama-sama mempunyai ulos (di Simalungun disebut juga hiou), ia telah menjadi bagian budaya Simalungun sendiri: corak/motifnya berbeda, warna pokoknya berbeda, dan jenisnya juga berbeda – yang berarti filsafat pembuatannya juga berbeda. Ada jabit, suri-suri, ragipanei. Jabit adalah hiou yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Suri-suri hiou penutup kepala wanita. Danrageipanei adalah hiou penutup badan bagian bawah.
Menurut beberapa penelitian penggunaan ulos oleh suku bangsa Batak, memperlihatkan kemiripan dengan bangsa Karen di perbatasan Myanmar, Muangthai dan Laos, khususnya pada ikat kepala, kain dan ulosnya.
—–
Mengapa Memberi Hiou atau Ulos
Secara legenda ulos dianggap sebagai salah satu dari 3 sumber kehangatan bagi manusia (selain Api dan Matahari). Namun hiou dipandang sebagai sumber kehangatan yang paling nyaman karena bisa digunakan kapan saja.
Seperti suku lainnya di rumpun Batak, Simalungun memiliki kebiasaan mangulosi (“memberikan” ulos) yang salah satunya melambangkan pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada penerima hiou.
—–
Bahasa Simalungun: Subkelompok Bahasa Tersendiri
Berbagai kelompok etnis Batak yang berbeda satu sama lain dibedakan tidak hanya secara budaya tetapi juga bahasa. Keenam kelompok Batak termasuk dalam satu kelompok bahasa, yang dapat dibagi menjadi setidaknya dua sub kelompok bahasa yang sulit saling mengerti (mutually unintelligible languages).
Bahasa terkait erat dari Mandailing, Angkola, dan Toba mewakili subkelompok Selatan, sedangkan bahasa Karo, Pakpak serta Alas yang non-Batak dan jumlahnya kecil (Aceh Tenggara) mewakili kelompok Utara. Bahasa Simalungun sering dianggap sebagai subkelompok tersendiri (penekanan oleh Admin), tetapi jelas merupakan turunan sebelumnya dari cabang Selatan dari bahasa Batak. Demikian Adelaar (1981), ahli bahasa, sebagaimana dikutip Ulrich (Uli) Kozok, Professor dan koordinator the Indonesian-Malay Language Program di the University of Hawaii, di Manoa dalam “Literature and Literacy in a Precolonial Tribal Society The Batak People of North Sumatra”.
Sumber:
https://budayadansejarahsimalungun.wordpress.com/asal-usul/sebaiknya-kita-tahu/
No comments:
Post a Comment