Basyral Hamidy Harahap, Budayawan Mandailing-Angkola Tutup Usia
Jum'at, 09 Januari 2015 , 11:56:00 WIB
Laporan: Zulhidayat Siregar
RMOL. Ketua Komisi VIII DPR RI Saleh Partaonan Daulay berbela sungkawa atas meninggalnya intelektual dan budayawan Mandailing-Angkola, Basyral Hamidy Harahap.
Tokoh kelahiran November 1940 di Sihepeng, Madina, Sumatera Utara ini menghembuskan nafas terakhir tadi pagi karena serangan jantung. Meski memang dalam beberapa tahun ini juga menderita stroke ringan.
Saat ini jenazah disemayamkan di rumah duka, Jalan Rajungan I nomor 19, Rawamangun, Jakarta. Dan akan dimakamkan setelah shalat Jumat di Pemakaman Layur, Rawamangun.
"Almarhum bukan hanya pemikir tapi juga penggiat kebudayaan Mandailing. Barangkali belum ada yang menyamainya dalam bidang tersebut," jelas Saleh kepada Kantor Berita Politik RMOL (Jumat, 9/1).
Saleh mengenal Almarhum pada tahun 2001 ketika seorang temannya, Rjick Dolphine, peneliti dari Belanda melakukan riset untuk penulisan disertasi tentang kebudayaan Indonesia. Salah satunya, kebudayaan Madina.
Saat itu, Rjick meminta bantuan untuk dicarikan narasumber. Saleh pun mencari tahu siapa tokoh Mandailing yang menguasai dan paham masalah kebudayaan. Akhirnya direkomendasikan oleh tokoh-tokoh Mandailing yang ada di Jakarta untuk menemui Almarhum.
"Setelah mencari-cari alamat, akhirnya kami bisa bertemu. Dia sangat smart. Bahasa Inggrisnya luar biasa bagus. (Dalam wawancara) terkadang diselilingi pakai bahasa Belanda," ungkapnya.
Karena memang, almarhum bekerja di lembaga kerjasama Indonesia-Belanda berkenaan dengan peningkatan budaya, KITLV, Koninklijk Instituut voor Taal- Land- en Volkenkunde atau The Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean.
Satu tahun kemudian, Saleh bertemu lagi yaitu sewaktu pernikahan. Karena ternyata Almarhum adalah paman kandung istri Ketua DPP PAN tersebut.
Saleh semakin kagum terhadap pustakawan tersebut saat mengetahui buku-buku Almarhum terdapat di perpustakaan-perpustakaan universitas di Amerika Serikat, Eropa dan Australia. "Kalau meneliti Mandailang bukunya akan jadi rujukan," jelas Saleh, alumni Universitas Colorado, Amerika Serikat ini.
Beberapa buku yang ia tulis misalnya, Siala Sampagul: Nilai-Nilai Luhur Budaya Masyarakat Kota Padangsidimpuan, Pemerintah Kota Padangsidimpuan Menghadapi Tantangan Zaman, dan Greget Tuanku Rao. Bersama sosiolog Hotman M. Siahaan, dia juga menulis buku Orientasi Nilai-Nilai Budaya Batak: Suatu Pendekatan Terhadap Perilaku Batak Toba dan Angkola-Mandailing. Juga menerjemahkan buku Si bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk: Sada Buku Basaon, karya Willem Iskandar (1840-1876).
"Salah satu buku yang paling mendapat perhatian itu buku Horja. Bicara tentang tradisi kerja gotong royong dalam pesta adat budaya Mandailing," tandasnya.
Sebagai pustawakan, Almarhum semasa hidup sangat rapi dalam mendokumentasikan tulisan serta sejumlah puisinya. Misalnya, lewat situs pribadinya yang beralamat basyral-hamidy-harahap.com.[zul]
Sumber:
http://www.rmol.co/read/2015/01/09/186246/Basyral-Hamidy-Harahap,-Budayawan-Mandailing-Angkola-Tutup-Usia-
No comments:
Post a Comment