Februari 22, 2008, 9:24 am
Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) dikarunia panorama pantai yang indah. Sekalian menunggu sunset, ikan mas panggang berbumbu andaliman menjadi pemikat wisatawan untuk bersinggah. Sayang, walau menjanjikan, Pemkab Tobasa masih setengah hati mendorong kemajuan wisatanya.
Setelah Kecamatan Porsea, Balige menjadi sentra pemerintahan di Kabupaten Tobasa. Jika Porsea familiar dengan pasar rakyat ‘Onan Tombis’, Balige adalah ibu kota Tobasa yang juga punya ‘Onan Raja’.Kedua pasar rakyat ini ramai didatangi saudagar-saudagar dari hampir seluruh desa yang ada di Tobasa, bahkan dari Kabupaten Taput, Samosir, Kota Siantar, hingga Kabupaten Simalungun.
Luas wilayah Tobasa adalah 2.021,80 km2 dari daratan dan 1.102,60 km2 dari luas perairan Danau Toba. Jumlah penduduknya 167.907 jiwa dengan mata pencaharian unggulan bertani (mencapai 80 persen).Indrustri wisata sendiri baru dilirik sejak 10 tahun terakhir.
Mengandalkan keindahan pantai dan budidaya ikan mas, masyarakat di Balige terutama di sepanjang Desa Lumban Silintong mulai melirik potensi ini untuk mengangkat taraf ekonominya. Namun geliat wisata baru terasa di tiga tahun terakhir.
Menunggu Sunset di Tara Bunga
Sore di Desa Tara Bunga pukul 18.15. Dari atas bukit di bibir pantai Danau Toba, matahari hendak pulang ke peraduan. Langit mulai gelap dengan rona merah berpencar-pencar. Gumpalan awan putih bersih bergulung-gulung diterpa sinaran mentari. Sunset di Tara Bunga sungguh indah.
Untuk berada di Tara Bunga, lebih dulu melewati Desa Lumban Silintong yang persis berada di pinggiran Kota Balige. Jarak tempuhnya sekitar 10 menit, menyusuri cafe-cafe pinggir pantai tapi dengan jalan aspal yang sudah kupak-kapik. Sesekali, di jalanan bisa ditemui segerombolan kerbau yang digiring pulang oleh seorang gembala.
Saat menyusuri jalanan menuju Tara Bunga, pemandangan Danau Toba menjadi daya pikat, di samping cuaca yang sangat sejuk (namun dingin menusuk tulang). Dan bila sudah tiba di Desa Tara Bunga, dari puncak bukit bisa disaksikan matahari yang hendak pulang keperaduan, perlahan-lahan menghilang seperti ditelan Danau Toba.
Usai menyaksikan sunset di Tara Bunga, Desa Lumban Silintong menjadi pilihan untuk bersantai. Jejeran cafe di bibir pantai yang menyuguhkan ikan mas panggang khas Batak dengan bumbu andaliman menjadi daya tarik untuk bersinggah. Apalagi ikan mas yang disediakan masih segar, diambil dari penangkarannya di pantai. Dari Lumban Silintong juga bisa disaksikan pemandangan Kota Balige di malam hari. Lampu-lampu kota siluet di atas air.
Hanya saja tak semua cafe menyuguhkan ketenangan karena ada beberapa cafe yang berubah fungsi menjadi tempat mabuk-mabukan bahkan ajang prostitusi. Aparat kepolisian yang sering melakukan sweeping tak jarang mendapati beberapa perempuan penjaja cinta di beberapa cafe. Indikasi ini setidaknya membenarkan bahwa Kabupaten Tobasa menjadi salahsatu daerah yang berpotensi menyebarkan HIV/AIDS.
Pemkab Kurang Serius
Walau salah satu Renstra (Rencana Strategis) Bupati Tobasa adalah mengangkat potensi wisata, sejatinya curahan perhatian pemerintah masih setengah-setengah. Sarana jalan yang menjadi faktor pendukung kemajuan wisata belum tersentuh pembangunan yang layak, khususnya di sepanjang bibir Danau Toba mulai Desa Lumban Silitong, Tara Bunga, hingga ke Meat. Padahal, jarak tempuh dari Kota Balige ke desa tersebut cuma berkisar 5 sampai 30 menit.
“Kita memang berharap agar jalan bisa diperbaiki. Setidaknya akan semakin menggeliatkan pariwisata tepi pantai ini,” kata Wina Siahaan, salah seorang pemilik cafe di Lumban Silintong, akhir pekan lalu.Wina yang merintis usahanya dari mulai nol mengatakan, obyek wisata tepi pantai cukup berpotensi dikembangkan. Pasalnya, tak banyak pilihan tempat wisata di Balige.
“Sebelumnya pantai di Balige menjadi tempat penangkaran ikan mas. Tapi sekarang sudah tak diperbolehkan karena pantai menjadi tercemar. Apalagi beberapa waktu lalu banyak ikan mas yang mati karena koy herves,” kata Wina.
Tak hanya Wina yang menghendaki agar pemerintah memperbaiki jalan menuju obyek wisata tepi pantai, L Napitupulu (35) salah seorang penarik becak juga berharap jalan menuju Lumban Silintong diperbaiki.“Akibat jalan rusak penumpang malas naik becak karena harus njot-njotan. Becak saya juga cepat rusak. Belum lagi jika musim kemarau jalanan penuh abu. Sebaiknya Pemkab bisa melihat situasi ini dan segera melakukan perbaikan,” kata Napitupulu. ***
Sumber:
No comments:
Post a Comment