Thursday, June 21, 2012

Rumpun Bahasa Batak


Rumpun Bahasa Batak

Bahasa Batak sebenarnya merupakan nama sebuah rumpun bahasa yang berkerabat yang dituturkan di Sumatra Utara. Mereka menggunakan aksara Batak

Bahasa Batak bisa dibagi menjadi 3 kelompok:

1. Bahasa Batak Utara
1.1 Bahasa Batak Alas-Kluet

Bahasa Batak Alas-Kluet adalah sebuah bahasa yang dituturkan di timurlaut Tapaktuan dan di sekitar Kutacane, Aceh. Pada tahun 2000, jumlah penutur bahasa ini mencapai 195.000 jiwa. Banyak orang menolak label "Batak" karena alasan konotasi budayanya. Sementara itu, tidak diketahui pasti apakah bahasa ini merupakan bahasa tunggal atau bukan. Bahasa ini memiliki 3 dialek: dialek Alas, dialek Kluet, dan dialek Singkil atau Kade-Kade. Dialek Alas mungkin serupa dengan Bahasa Batak Karo, sementara dialek Kluet dan Singkil cenderung dekat dengan Bahasa Pakpak.

1.2 Bahasa Batak Pakpak / Dairi
Bahasa Pakpak adalah sebuah bahasa yang terdapat di provinsi Sumatera Utara. Bahasa Pakpak dipakai oleh penduduk yang bermukim di wilayah Kabupaten Dairi, Pakpak Bharat di Sumatera Utara dan sebagian wilayah kabupaten Singkil daratan di Aceh. Bahasa Pakpak juga terdapat di wilayah Parlilitan yang masuk wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan dan wilayah Manduamas yang merupakan bagian dari Kabupaten Tapanuli Tengah.

1.3 Bahasa Batak Karo
Bahasa Karo adalah bahasa yang digunakan oleh suku Karo yang mendiami Dataran Tinggi Karo (Kabupaten Karo), Langkat, Deli Serdang, Dairi, Medan, hingga ke Aceh Tenggara di Indonesia.

2. Bahasa Batak Simalungun
Bahasa Simalungun atau sahap Simalungun (dalam bahasa Simalungun) adalah bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun, Serdang Bedagai, Deli Serdang, Dairi, Medan, hingga ke Tapanuli di Indonesia.

Penelitian P. Voorhoeve (seorang ahli bahasa Belanda, pernah menjabat sebagai taalambtenaar Simalungun tahun 1937) menyatakan bahwa bahasa Simalungun merupakan bagian dari rumpun Austronesia yang lebih dekat dengan bahasa Sansekerta yang mempengaruhi banyak bahasa daerah lain di Indonesia.

Kedekatan ini ditunjukkan dengan huruf penutup suku mati:

   1. "Uy" dalam kata babuy dan apuy.
   2. "G" dalam kata dolog.
   3. "B" dalam kata abab.
   4. "D" dalam kata bagod.
   5. "Ah" dalam kata babah atau sabah.
   6. "Ei" dalam kata simbei.
   7. "Ou" dalam kata lopou atau sopou.

Pandangan umum mengkategorikan Bahasa Simalungun sebagai bagian dari Bahasa Batak, namun Uli Kozok (filolog) mengatakan bahwa secara sejarah bahasa ini merupakan cabang dari rumpun selatan yang berbeda/terpisah dari bahasa-bahasa Batak Selatan sebelum terbentuknya bahasa Toba atau Mandailing. Beberapa kata dalam Bahasa Simalungun memang memiliki persamaan dengan bahasa Toba atau Karo yang ada di sekitar wilayah tinggalnya suku Simalungun, namun Pdt. Djaulung Wismar Saragih menerangkan bahwa ada banyak kata yang penulisannya sama dalam bahasa Simalungun dan Toba namun memiliki makna yang berlainan.

Dialek dan Ragam Bahasa
Henry Guntur Tarigan membedakan dialek bahasa Simalungun ke dalam 4 macam dialek:

   1. Silimakuta.
   2. Raya.
   3. Topi Pasir (Horisan).
   4. Jahe-jahe (pesisir pantai timur).

3. Bahasa Batak Selatan
3.1 Bahasa Batak Angkola - Mandailing

Bahasa Batak Angkola adalah bahasa yang paling mirip dengan bahasa Batak Toba, disamping letak geografis yang berdekatan bahasa Angkola sedikit lebih lembut intonasinya daripada bahasa Toba. Bahasa Batak Angkola meliputi daerah Padangsidempuan, Batang Toru, Sipirok, seluruh bagian kabupaten Tapanuli Selatan.

Bahasa Mandailing, merupakan rumpun bahasa Batak, dengan pengucapan yang lebih lembut lagi dari bahasa Angkola, bahkan dari bahasa Batak Toba. Mayoritas penggunaannya di daerah Kabupaten Mandailing-Natal tapi tidak termasuk bahasa Natal.

3.2 Bahasa Batak Toba
Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa daerah yang dipertuturkan di daerah sekitar Danau Toba dan sekitarnya, termasuk Pulau Samosir, Sumatera Utara.


Sumber:
http://herlaut.blogspot.com/2011/01/rumpun-bahasa-batak.html

No comments:

Post a Comment