Pustaha Laklak, Buku Kayu Aksara Batak
Pustaha laklak sering juga dikatakan buku Laklak. Buku Laklak ialah suatu buku pustaha dimana isinya berisi aksara Batak. Buku Laklak ini terbuat dari kulit kayu. Jika dilihat sekilas akan sangat mirip seperti buku dengan ukuran yang agak besar namun disusun dengan rapi berupa lipatan-lipatan kayu. Dan sampul dari Pustaha Laklak ini digorga atau ditambahkan gambar-gambar ornament yang menggambarkan isi dari bukunya. “Boja” digunakan sebagai tintanya dan ujung pisau atau “tarugi” yang digunakan untuk menuliskan aksara Batak tersebut di kulit kayu. Boja ialah sejenis “gota” atau getah kayu.
Dahulu kala, sering kali orang mengoleskan getah ini ke gigi mereka, karena menurut mereka gigi mereka akan terlihat lebih bagus dan lebih kuat. Tentu buku Laklak ini juga memiliki fungsi tersendiri bagi orang Batak dan ini tergantung dari penulisnya. Pada umumnya Pustaha Laklak menuliskan ilmu seperti Parhalaan yaitu ilmu perbintangan atau alam. Aji-ajian atau persembahan. Pangubation atau ilmu pengobatan. Datu atau ilmu perdukunan. Pangulubalang atau tempat aji-ajian. Sordam atau ilmu untuk mempelajari alat yang digunakan untuk memanggil roh. Begu atau ilmu mengenai hantu.
Biasanya nama dari suatu Pustaha Laklak ini sesuai atau hampir mirip dengan nama pembuatnya. Seperti Pustaha Laklak yang ditulis oleh Guru Tinating ni Aji dikatakan menjadi Pustaha ni Guru Tinating ni Aji. Pustaha pertama bagi orang Batak yaitu Pustaha yang diterima oleh Guru Tatea Bulan dan Si Raja Isumbaon yaitu Pustaha yang bernama Surat Ogung dan Surat Tombaga Holing.
Ada juga cerita yang mengatakan bahwa pada jaman dahulu kala turunlah si Mangara Pintu dari kayangan dan dia menerapkan apa yang dia dapatkan di kayangan di bumi ini. Dan hal pertama yang ingin dia lakukan ialah menuliskan aksara Batak. Dengan tujuan sebagai pengingat baginya akan apa yang telah diajarkan oleh Batara Guru kepadanya.
Kemudian dia mulai berpikir tentang media yang akan digunakannya menuliskan semua ilmunya. Kemudian dalam mimpinya ia berbicara dengan Batara Guru yang menyarankannya untuk menuliskan semua yang dia dapatkan termasuk kepintarannya. Dan Batara Guru menunjukkan 1 kayu yang bernama kayu Tompitompi. Disitulah ia menuliskan nya. Ia menggunakan darah ayam dan dicampur dengan getah kayu sebagai tintanya. Bambu yang ditajamkan sebagai media untuk menulis ke kulit kayu.
Menurut banyak orang, dibutuhkan banyak waktu dalam pengerjaan buku Laklak ini karena tahap pengeringan kulit kayu adalah tahap yang paling lama. Dan dikatakan semua yang dipelajari si Mangara Pintu dari Batara Guru dikerjakan sampai selesai sekitar Sembilan tahun Sembilan bulan Sembilan hari. Awalnya buku ini dikatakan Laklak kemudian berubah menjadi Bungku Laklak hingga akhirnya dikatakan Permulaan Pengetahuan.
Setelah buku nya selesai, banyak orang yang menjadikan si Mangara Pintu menjadi orang yang sering dicari. Hal ini membuatnya menjadi orang yang lebih tertarik untuk berkelana. Dan tidak lupa tentunya untuk membawa buku Laklaknya. Namun suatu ketika Batara Guru ingin menyampaikan pesan kembali kepada Mangara Pintu tentang Batak dan mengenai tungkot si Sia Lagundi. Pesannya untuk menuliskan bagaimana hukum kepada Mula Jadi, bagaimana itu Batak dan segala makhluk beserta lingkungannya. Sedangkan tungkot si Sia Lagundi ialah tongkat yang akan digunakan Mangara Pintu untuk melindunginya dari pengaruh buruk. Namun Mangara Pintu terlalu asik dengan perjalanannya sampai ia lupa untuk kembali ke kampung halamannya. Semua orang kehilangan jejak Mangara Pintu dan sampai sekarang tidak ada lagi orang yang tau dimana buku Laklak yang asli tersebut. Itulah kata sebagian orang.
Sebagian info nya dikutip dari Buku Sulu Ni Hapistaran. (EN)
Sumber:
http://www.halakhita.com/culture/pustaha-laklak-buku-kayu-aksara-batak/
No comments:
Post a Comment