Menara Pandang Tele , Tempat Terindah Melihat Danau Toba
Sekitar pukul 8:30, saya meninggalkan desa tongging menggunakan angkot yang akan ke kabanjahe. Menaiki lereng-lereng gunung,danau toba terhampar indah di bawah dan sipiso-piso juga nampak mengintip di balik rimbunnya pepohona. Setelah sekitar 30 menit melaju membelah jalanan yang cukup sepi, mobil yang saya tumpangi sampai di pertigaan merek,untuk sampai di sini saya harus membayar ongkos 5k. Di pertigaan merek ini,saya menunggu angkutan lain yang akan ke panggururan (nama mobilnya samosir pribumi/pulau samosir nauli). Untuk memastikan ada tidanya angkutan, saya bertanya pada pengendara bentor yang memang banyak mangkal di sana,pengendara bentor itu menyuruh saya menunggu sebentar karena mobilnya belum ada. Tidak terlalu lama menunggu,mobil samosir pribumi (sampri) tiba juga dari arah kabanjahe .
Saat itu mobilnya sudah penuh,hanya tinggal dua buah kursi kosong yang terletak paling belakang. Mobil ini berbentuk mobil kery dengan susunan kursi yang di atur sedemikian rupa agar bisa memuat banyak penumpang namun masih tetap terasa nyaman. Mobil ini sendiri melayani trayek kabanjahe-panggururan,taripnya sekitar 35k. Namun karena saya hanya akan menaiki mobil ini sampai menara pandang tele,saya hanya di minta membayar 25k saja. Fyi: jika ingin ke taman wisata iman,dari pertigaan merek anda harus menggunakan angkutan yang menuju sidikalang dan nanti berhenti di pintu masuk taman wisata iman.
di atas bukit itu ada taman simalam |
Tak terlalu lama berhenti (ngetem),mobil ini langsung melaju di jalan mulus yang membelah hutan. Sepanjang perjalanan, sisi kiri dan kanan hanya berupa hutan dengan jalan yang terus naik. Tak terlalu jauh dari pertigaan merek,saya melihat pintu masuk menuju taman wisata simalem (mirip-mirip dufan tapi terletak di atas gunung /bukut mungkin lebih tepatnya). Oh ya taman simalem juga dapat terlihat dari wisma sibayak,letaknya persis di atas gunung (bukit) yang berhadapan langsung dengan wisma sibayak. *saya mengetahu hal ini dari mba-mba yang lagi menyiangi padinya di depan wisma sibayak saat saya menunggu angkot. Sepanjang perjalanan ini, saya di buat mati kutu oleh supir yang terus melaju dengan kencang menaklukan jalan raya,beberapa kali mobil hampir bertabrakan dengan mobil lain dari lawan arah,tapi si sopir tetap saja melaju tanpa sedikit pun mengurangi kecepatannya (sinting gak tuh,hehe). Kadang saat bertemu jalan rusak pun si supir tetap melaju kencang,membuat seisi mobil tumpah ruah dan terpelanting kesana kemari. Tapi herannya tak ada satu orang pun yang protes dengan ke adan ini. Malah semua penumpang,termasuk nene-nene dan ibu-ibu santai saja menikmati perjalanan ini *hebat kan. Ketika sudah sampai di pertigaan,supir menurunkan penumpang yang akan ke sidikalang dan menaikanya ke mobil yang akan ke sidikalang,semantara mobil ini akan ke pangururan melewati jalan PLTA yang katannya lebih dekat. Jalanan PLTA ini tak semulus jalan tadi,di sini banyak di temukan jalan rusak. Ruas jalan di sini pun relatif kecil,dan sepanjang perjalanan kita akan sering bertemu dengan sebuh bangunan jembatan yang menyerupai bendungan (mungkin ini alat-alat pembangkit listrik,karena di sekelilingnya di pagari kawat tajam). Tapi teteap saja sopir tak mempedulikan jalanan rusak ini, dia tetep melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi,meski tak secepat saat melewati jalanan mulus tadi.
menara pandang tele |
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama 2 jam, saya sampai di tele (semacam pasar/pusat keramaian tele). Tapi saya tak turun di sini, karena tujuan saya adalah menara pandang tele yang lumayan masih jauh dari sini. Sesampainya di menara tele, saya langsung menuju menara dan menaikinya. Saat itu tak ada pengunjung lain selain saya. Cuaca saat itu sangat cerah dengan langit berwarna biru . Disini dapat terlihat hamparan indah danau toba dengan lekukan-lekukan perbukitan yang menjorok ke dalamnya, di sisi lain terlihat perbukitan dan gunung yang begitu hijau. Pulau samosir juga sangat nampak jelas dari sini. Saya terus melihat ke semua penjuru arah dan terus menaiki menara semakin tinggi. Menara ini memiliki 4 lantai yang termasuk lantai dasar, bangunan menara ini sangat mencolok,karena hanya ada bangunan ini saja dan sebuah warung (di depan menara) selebihnya pepohonan dan semak belukar sejauh mata memandang.Dari atas saya juga bisa melihat jalan raya yang meliuk-liuk di lereng-lereng bukit yang nantinya akan saya lalui menuju panggururan. Sementara disisi lain saya juga dapat melihat air terjun yang mengalir di antara hijaunya pepohonan. Tak hentinya saya bersukur karena terus di beri kesempatan untuk menikmati indahnya alam indonesia,terimakasih ya allah.
menara pandang tele dilihat dari warung |
view dari menara pandang tele |
garis yang putih itu jalan raya |
Sayang waku tak mengijinkan saya berlama-lama di sini,karena perjalan ke pangururan dan di lanjut ke tomok masih sangat jauh. Setelah puas mengelilingi menara,saya turun menuju ke warung untuk sekedar mengisi perut yang dari pagi belum di isi. Seporsi mi rebus dan teh hangat sukses menjadi pengganjal perut, oh ya masuk objek wisata ini kita cukup membayar 2k. Di warung ini saya ngobrol-ngobrol dengan pemilik warung dan dua orang bapak-bapak yang sedang beristirahat,dari obrolan basa basi itu saya mendapat info tarif angkot, dari sini ke pangururan sekitar 10k dan dari pangururan ke tomok 12k.
warung sekaligus tempat bayar retribusi |
Dari warung ini saya menyebrang ke sisi jalan yang lain untuk menunggu angkot,cukup lama saya menunggu angkot di sini, sekitar 30 menit berlalu barulah datang angkot yang sudah penuh sesak. Tapi berbekal izin si supir, saya tetap memaksakan diri masuk, Alhasil saya berhimpitan dengan penumpang lain,hehe (tapi tak apalah dari pada saya harus buang waktu untuk menunggu angkot yang lain). Perjalanan ke pangururan melewati jalanan menurun yang meliuk-liuk (jalan yang sempat saya lihat dari atas menara). Dibeberapa ruas jalan terdapat bekas longsoran tanah yang sudah di bersihkan. Sepanjang perjalanan ,saya disuguhi pemandangan alam yang luar bisa cantik. Sampai ahirnya saya tiba di sebuah jembatan kecil yang menghubungkan daratan sumatra dan pulau samosir. Jembatan ini sangat kecil, panjangnya mungkin sekitar 3 meter. Saat melewati jembatan ini pun saya tak merasa seperti sedang menyebrang ke sebuah pulau,malah saya merasa sedang melewati sebuah sungai kecil,hehe. Dan setelah 40 menit berhimpit-himpit ria,saya sampai di pangururan. Sopir menurunkan saya di pangkalan mobil yang akan ke tomok. Karena sebelumya saya bertanya padanya tentang mobil yang melayani rute pangururan tomok.
Sumber:
No comments:
Post a Comment