Batak Tanpa Entity dan Bahasa Pemersatu
Oleh: Bhrtg
Dilaporkan oleh Kompas.com bahwa film daerah cukup diminati masyarakat, sebagai potret kehidupan masyarakat. Sebuah film daerah yang baru di rilis dengan judul Anak Sasada (Anak satu-satunya) yang berbahasa Batak Toba pertama ini dilaporkan memiliki pangsa pasar yang lumayan dengan indikator telah laku terjual VCD nya lebih dari 15000 keping. Tentunya setiap lapisan mendukung kegiatan film ini untuk memberdayakan kegiatan produksi film dalam negeri.
Namun jika dikaitkan penggunaan bahasa Batak dalam arti bahwa Batak selalu melekat dengan Toba yang adalah Batak-Toba, merupakan sebuah istilah yang selama ini dikenal mewakili sekelompok ORANG BATAK yang mewakili sejumlah SUKU di Sumatera Utara, yaitu Seperti istilah BATAK LIMA PUAK (TOBA, KARO SIMALUNGUN, MANDAILING DAN PAKPAK) ternyata tidak terwakili oleh FILM berbahasa Batak-Toba itu.
Seorang sutradara muda mengamati film yang baru menyatakan: MANA BAHASA PEMERSATU BATAK? TERNYATA TIDAK ADA. Batak didefenisikan sebagai sekelompok manusia yang berbeda di dataran Sumatera Utara. Mengapa berbeda tetapi dikelompokkan dalam satu kelompok yang sama. (A collective name for several different peoples of North Sumatra Indonesia link). Jelas menurut defenisiny,a ditekankan bahwa ini dari sejumlah suku yang berbeda.
Ketika film itu diputar dengan bahasa Batak dalam hal ini Batak Toba, lalu siapakah yang dapat memahami film itu selain orang Toba dan kelompok yang memiliki bahasa yang sama seperti di Tapanuli Utara, Tengah, Selatan, Angkola dan Simalungun. Keempat daerah ini dengan sukunya mugkin dapat menikmati film dengan berbahasa Batak-Toba itu. Lalu bagai mana dengan suku Karo, Pakpak, Karo Jahe, Karo Lagkat dan Alas/gayo yang memilki bahasa yang hampir sama?
Hal ini sama terjadi ketika dikeluarkan film berbahasa Karo, VCD laku di daerah Karo, Pakpak, Karo Jahe, Karo Langkat dan Alas/Gayo. Namun tidak akan laku di daerah Tapanuli Utara, Tengah, Selatan dan Simalungun, karena mereka juga tidak tahu apa yang disampaikan dengan berbahasa Karo. Contohnya seperti film Karo ini yang sudah lebih dulu diproduksi (link youtube). Dengan bahasa Karo yang hampir tidak berpotongan sama sekali malah bertentangan (link tulisan Karo dan Toba Ndak Nyambung).
Dalam hal ini menunjukkan bahwa Batak bukanlah sebuah SUKU, bahwa BATAK cendrung bukan sebuah kelompok mayarakat, KARENA BATAK YANG SELAMA INI DIKATAKAN SEBAGAI TOBA, KARO SIMALUNGUN, MANDAILING DAN PAKPAK, tidak dapat diwakili oleh BATAK itu sendiri. Batak tidak memiliki identitas bahasa pemersatu, ini merupakan indikator bahwa BATAK bukan sebuah indentitas masyarakat bersama. Karena tidak ada bahasa yang mewakili semua puak ini. BATAK hanyalah sebuah sebutan/terminal yang keliru jika dikaitkan dengan sebuah suku bangsa. Karena ternyata secara empirik juga tidak memiliki kekuatan pemersatu.
Kajian selain tidak adanya bahasa permersatu, juga sedang dilakukan studi hal Batak adalah sebuah kesalahan terminal, karena seara geografi (LOGIKA WILAYAH) juga terpisah dan secara significant dapat dibedakan. Hal ini akan segera dilaporkan sebagai tulisan selanjutnya.
Hal adat budaya, kebiasaan, rumah adat, ikatan dalam keluarga, sejarah migrasi, juga sedang dikaji bersama untuk melihat perbedaan dan persamaan, serta sejak kapan suku bangsa ini terjebak didalam terminal BATAK. Batak yang memiliki konotasi negatif dalam arti Kanibal telah terlalu digeneralisasi oleh penjajah Belanda saat itu. Kelompok ini dinyatakan memiliki agama traditional sendiri, dan ketika dilakukan penyebaran agama oleh Belanda dan groupnya ternyata mereka mendapat resistensi dan menyebutkan kelompok ini sebagai BATAK. Ini merupakan sebuah pendapat.
Namun batak dengan konotasi negatifnya telah terbawa kesana dan kemari hingga se sumpah pemuda, walaupun Yong Batak saat itu bukanlah mewakili seluruh puak namun hanya mewakili Tapanuli (link) artinya semangat yang dimilki untuk merdeka belum mewakili seluruh suku karena Yong Karo, merupakan kekuatan yang riil dimana para Pahlawan Kemerdekaan banyak berasal dari Karo. Walaupun banyak Yong yang ada dan belum tentu sepakat dengan mengunakan Batak pada Yong Batak , karena menurut ahli sejarah, Batak dianggap lebih mengigit dibandingkan dengan Yong Karo, Yong Simalungun, Yong Tapanuli, padahal Batak itu adalah produk kolonial yang terbawa dari sebuah terminal yang tidak tepat.
Sumber:
http://sejarah.kompasiana.com/2011/07/05/batak-tanpa-entity-dan-bahasa-pemersatu/
Namun jika dikaitkan penggunaan bahasa Batak dalam arti bahwa Batak selalu melekat dengan Toba yang adalah Batak-Toba, merupakan sebuah istilah yang selama ini dikenal mewakili sekelompok ORANG BATAK yang mewakili sejumlah SUKU di Sumatera Utara, yaitu Seperti istilah BATAK LIMA PUAK (TOBA, KARO SIMALUNGUN, MANDAILING DAN PAKPAK) ternyata tidak terwakili oleh FILM berbahasa Batak-Toba itu.
Seorang sutradara muda mengamati film yang baru menyatakan: MANA BAHASA PEMERSATU BATAK? TERNYATA TIDAK ADA. Batak didefenisikan sebagai sekelompok manusia yang berbeda di dataran Sumatera Utara. Mengapa berbeda tetapi dikelompokkan dalam satu kelompok yang sama. (A collective name for several different peoples of North Sumatra Indonesia link). Jelas menurut defenisiny,a ditekankan bahwa ini dari sejumlah suku yang berbeda.
Ketika film itu diputar dengan bahasa Batak dalam hal ini Batak Toba, lalu siapakah yang dapat memahami film itu selain orang Toba dan kelompok yang memiliki bahasa yang sama seperti di Tapanuli Utara, Tengah, Selatan, Angkola dan Simalungun. Keempat daerah ini dengan sukunya mugkin dapat menikmati film dengan berbahasa Batak-Toba itu. Lalu bagai mana dengan suku Karo, Pakpak, Karo Jahe, Karo Lagkat dan Alas/gayo yang memilki bahasa yang hampir sama?
Hal ini sama terjadi ketika dikeluarkan film berbahasa Karo, VCD laku di daerah Karo, Pakpak, Karo Jahe, Karo Langkat dan Alas/Gayo. Namun tidak akan laku di daerah Tapanuli Utara, Tengah, Selatan dan Simalungun, karena mereka juga tidak tahu apa yang disampaikan dengan berbahasa Karo. Contohnya seperti film Karo ini yang sudah lebih dulu diproduksi (link youtube). Dengan bahasa Karo yang hampir tidak berpotongan sama sekali malah bertentangan (link tulisan Karo dan Toba Ndak Nyambung).
Dalam hal ini menunjukkan bahwa Batak bukanlah sebuah SUKU, bahwa BATAK cendrung bukan sebuah kelompok mayarakat, KARENA BATAK YANG SELAMA INI DIKATAKAN SEBAGAI TOBA, KARO SIMALUNGUN, MANDAILING DAN PAKPAK, tidak dapat diwakili oleh BATAK itu sendiri. Batak tidak memiliki identitas bahasa pemersatu, ini merupakan indikator bahwa BATAK bukan sebuah indentitas masyarakat bersama. Karena tidak ada bahasa yang mewakili semua puak ini. BATAK hanyalah sebuah sebutan/terminal yang keliru jika dikaitkan dengan sebuah suku bangsa. Karena ternyata secara empirik juga tidak memiliki kekuatan pemersatu.
Kajian selain tidak adanya bahasa permersatu, juga sedang dilakukan studi hal Batak adalah sebuah kesalahan terminal, karena seara geografi (LOGIKA WILAYAH) juga terpisah dan secara significant dapat dibedakan. Hal ini akan segera dilaporkan sebagai tulisan selanjutnya.
Hal adat budaya, kebiasaan, rumah adat, ikatan dalam keluarga, sejarah migrasi, juga sedang dikaji bersama untuk melihat perbedaan dan persamaan, serta sejak kapan suku bangsa ini terjebak didalam terminal BATAK. Batak yang memiliki konotasi negatif dalam arti Kanibal telah terlalu digeneralisasi oleh penjajah Belanda saat itu. Kelompok ini dinyatakan memiliki agama traditional sendiri, dan ketika dilakukan penyebaran agama oleh Belanda dan groupnya ternyata mereka mendapat resistensi dan menyebutkan kelompok ini sebagai BATAK. Ini merupakan sebuah pendapat.
Namun batak dengan konotasi negatifnya telah terbawa kesana dan kemari hingga se sumpah pemuda, walaupun Yong Batak saat itu bukanlah mewakili seluruh puak namun hanya mewakili Tapanuli (link) artinya semangat yang dimilki untuk merdeka belum mewakili seluruh suku karena Yong Karo, merupakan kekuatan yang riil dimana para Pahlawan Kemerdekaan banyak berasal dari Karo. Walaupun banyak Yong yang ada dan belum tentu sepakat dengan mengunakan Batak pada Yong Batak , karena menurut ahli sejarah, Batak dianggap lebih mengigit dibandingkan dengan Yong Karo, Yong Simalungun, Yong Tapanuli, padahal Batak itu adalah produk kolonial yang terbawa dari sebuah terminal yang tidak tepat.
Sumber:
http://sejarah.kompasiana.com/2011/07/05/batak-tanpa-entity-dan-bahasa-pemersatu/
No comments:
Post a Comment