BAKKARA
Oleh: Petrus M. Sitohang
Sejarah Tapanuli tidak bisa dilepaskan dari Bakkara. Bakkara adalah pusat kerajaan Batak yang termashyur dan terlama yaitu dinasti Sisingamangara. Bakkara adalah saksi bisu bagi masa pemerintahan 12 raja dinasti Sisingamangaraja hingga raja yang terakhir yakni Ompu Pulo Batu (gelar Sisingamangaraja XII).
Meskipun Ompu Pulo Batu memiliki beberapa anak laki-laki antara lain Raja Buntal dan Raja Sabidan, tetapi tidak satupun dari mereka yang sempat dimahkotai sebagai penerus dinasti Sisingamangaraja. Sebagian karena semua regalia kerajaan Sisingamangaraja sudah dirampas oleh Belanda setelah berhasil membunuh Sisingamangaraja XII di hutan sekitar desa Sionomhudon Dairi, dan sebagian lagi karena tiadanya komitmen pihak keluarga keturunan Ompu Pulo Batu. Seorang cucu Sisingamangaraja ke 12 yang masih hidup bernama Raja Tonggo Tua Sinambela saat berdiam di Medan.
Sangat disayangkan memang, ketika di berbagai tempat lain di bumi Nusantara, keturunan raja-raja Nusantara lainnya tetap melanjutkan kelangsungan keraton dan rajanya meskipun fungsinya hanya terbatas sebagai simbol dan pengayom budaya di daerahnya, keberlangsungan dinasti Sisingamangaraja hingga saat ini nampaknya tidak mempunyai tempat di dalam sistim negara Republik Indonesia.
Selama menjadi pusat kerjaan Sisingamangaraja, Bakkara mengalami paling tidak tiga kali pembumi hangusan oleh musuh. Pertama oleh pasukan Paderi dari Bonjol pimpinan Panglima Tuanku Rao ketika berupaya menundukkan Sisingamangaraja X (nenek Op. Pulo Batu) dan sekaligus upaya mengislamkan masyarakat Batak pedalaman. Tuanku Rao memang berhasil menewaskan Sisingamangaraja X, tetapi gagal mengislamkan rakyat Batak di Tapanuli bagian Utara saat itu.
Kemudian Belanda melakukan pembumi hangusan Bakkara sebanyak dua kali dalam rangka pengejaran Sisingamangaraja XII. Namun dua kali pula Belanda gagal menangkap Sisingamangaraja XII. Untuk melemahkan otoritas Sisingamangaraja XII di mata rakyat Batak, Belanda membumi hanguskan seluruh Bakkara termasuk komplek istana Sisingamangaraja dan Bale Pasogitnya (tempat yang dianggap suci oleh SIsingamangaraja).
Bakkara berada di sebuah teluk di tepi danau Toba yang dikenal oleh penduduk lokal dengan nama Tao Simamora, adalah tempat yang sangat indah dan tenang dikelilingi oleh bukit-bukit yang tinggi dan gagah, membuatnya sebagai benteng pertahanan yang sangat sulit ditembus oleh musuhnya. Di Bakkara ada beberapa air terjun yang sangat indah dan sungai yang membelah dua daerah tersebut. Kondisi alam seperti itu membuat Bakkara juga menjadi tempat yang sangat cocok untuk merenungkan, memahami dan meresapi arti kebesaran Tuhan.
Bakkara adalah daerah yang sepanjang tahun tidak mengalami kekeringan karena berada di kaki pegunungan. Tanahnya subur dan iklimnya sangat sejuk.
Fakta bahwa Sisingamangaraja memilih Bakkara sebagai pusat kerajaannya dan bukan Tarutung dan Balige yang lebih ramai dan terbuka menunjukkan bahwa Bakkara memiliki daya pesona, misteri dan suasana magis yang memberikan rasa damai bagi penduduknya dan siapa saja yang berkunjung ke sana.
Saya pribadi merasakan keindahan dan suasana magis yang unik tersebut ketika pertama kali mengunjunginya akhir tahun 1998.
Saat itu, untuk pertama kali saya bersama isteri saya mengunjungi mertua saya segera setelah usai pesta pernikahan kami di Jakarta bulan Desember 1998. Isteri saya Lenni Purba adalah puteri Bapak alm. M. Purba, seorang pendidik putera asli Bakkara. Keluarga mertua saya tinggal di salah satu desa di Bakkara yang bernama Siunong-unong Julu. Desa ini mempunyai sebuah mata air yang sangat jernih dan tidak pernah kering sepanjang tahun yang dinamai Mual Sitio-tio (mata air yang jernih). Begitu jernihnya mata air ini sehingga ikan-ikan kecil dan batu-batuan serta pasir yang berada di dasar kolam akan terlihat dengan jelas.
Saat ini Bakkara adalah pusat Kecamatan Baktiraja (oleh penduduk setempat diartikan sebagai Bakkara Tipang Huta Ni Raja) Kabupaten Humbang Hasundutan, provinsi Sumatera Utara.
Situs komplek istana kerajaan Sisingamangaraja di Bakkara saat ini sudah mengalami renovasi oleh pemerintah. Namun sayang istana tersebut tidak lagi memiliki seorang raja yang bertahta.
Sumber:
http://protapanuli.wordpress.com/2008/07/19/bakkara/
Sejarah Tapanuli tidak bisa dilepaskan dari Bakkara. Bakkara adalah pusat kerajaan Batak yang termashyur dan terlama yaitu dinasti Sisingamangara. Bakkara adalah saksi bisu bagi masa pemerintahan 12 raja dinasti Sisingamangaraja hingga raja yang terakhir yakni Ompu Pulo Batu (gelar Sisingamangaraja XII).
Meskipun Ompu Pulo Batu memiliki beberapa anak laki-laki antara lain Raja Buntal dan Raja Sabidan, tetapi tidak satupun dari mereka yang sempat dimahkotai sebagai penerus dinasti Sisingamangaraja. Sebagian karena semua regalia kerajaan Sisingamangaraja sudah dirampas oleh Belanda setelah berhasil membunuh Sisingamangaraja XII di hutan sekitar desa Sionomhudon Dairi, dan sebagian lagi karena tiadanya komitmen pihak keluarga keturunan Ompu Pulo Batu. Seorang cucu Sisingamangaraja ke 12 yang masih hidup bernama Raja Tonggo Tua Sinambela saat berdiam di Medan.
Sangat disayangkan memang, ketika di berbagai tempat lain di bumi Nusantara, keturunan raja-raja Nusantara lainnya tetap melanjutkan kelangsungan keraton dan rajanya meskipun fungsinya hanya terbatas sebagai simbol dan pengayom budaya di daerahnya, keberlangsungan dinasti Sisingamangaraja hingga saat ini nampaknya tidak mempunyai tempat di dalam sistim negara Republik Indonesia.
Selama menjadi pusat kerjaan Sisingamangaraja, Bakkara mengalami paling tidak tiga kali pembumi hangusan oleh musuh. Pertama oleh pasukan Paderi dari Bonjol pimpinan Panglima Tuanku Rao ketika berupaya menundukkan Sisingamangaraja X (nenek Op. Pulo Batu) dan sekaligus upaya mengislamkan masyarakat Batak pedalaman. Tuanku Rao memang berhasil menewaskan Sisingamangaraja X, tetapi gagal mengislamkan rakyat Batak di Tapanuli bagian Utara saat itu.
Kemudian Belanda melakukan pembumi hangusan Bakkara sebanyak dua kali dalam rangka pengejaran Sisingamangaraja XII. Namun dua kali pula Belanda gagal menangkap Sisingamangaraja XII. Untuk melemahkan otoritas Sisingamangaraja XII di mata rakyat Batak, Belanda membumi hanguskan seluruh Bakkara termasuk komplek istana Sisingamangaraja dan Bale Pasogitnya (tempat yang dianggap suci oleh SIsingamangaraja).
Bakkara berada di sebuah teluk di tepi danau Toba yang dikenal oleh penduduk lokal dengan nama Tao Simamora, adalah tempat yang sangat indah dan tenang dikelilingi oleh bukit-bukit yang tinggi dan gagah, membuatnya sebagai benteng pertahanan yang sangat sulit ditembus oleh musuhnya. Di Bakkara ada beberapa air terjun yang sangat indah dan sungai yang membelah dua daerah tersebut. Kondisi alam seperti itu membuat Bakkara juga menjadi tempat yang sangat cocok untuk merenungkan, memahami dan meresapi arti kebesaran Tuhan.
Bakkara adalah daerah yang sepanjang tahun tidak mengalami kekeringan karena berada di kaki pegunungan. Tanahnya subur dan iklimnya sangat sejuk.
Fakta bahwa Sisingamangaraja memilih Bakkara sebagai pusat kerajaannya dan bukan Tarutung dan Balige yang lebih ramai dan terbuka menunjukkan bahwa Bakkara memiliki daya pesona, misteri dan suasana magis yang memberikan rasa damai bagi penduduknya dan siapa saja yang berkunjung ke sana.
Saya pribadi merasakan keindahan dan suasana magis yang unik tersebut ketika pertama kali mengunjunginya akhir tahun 1998.
Saat itu, untuk pertama kali saya bersama isteri saya mengunjungi mertua saya segera setelah usai pesta pernikahan kami di Jakarta bulan Desember 1998. Isteri saya Lenni Purba adalah puteri Bapak alm. M. Purba, seorang pendidik putera asli Bakkara. Keluarga mertua saya tinggal di salah satu desa di Bakkara yang bernama Siunong-unong Julu. Desa ini mempunyai sebuah mata air yang sangat jernih dan tidak pernah kering sepanjang tahun yang dinamai Mual Sitio-tio (mata air yang jernih). Begitu jernihnya mata air ini sehingga ikan-ikan kecil dan batu-batuan serta pasir yang berada di dasar kolam akan terlihat dengan jelas.
Saat ini Bakkara adalah pusat Kecamatan Baktiraja (oleh penduduk setempat diartikan sebagai Bakkara Tipang Huta Ni Raja) Kabupaten Humbang Hasundutan, provinsi Sumatera Utara.
Situs komplek istana kerajaan Sisingamangaraja di Bakkara saat ini sudah mengalami renovasi oleh pemerintah. Namun sayang istana tersebut tidak lagi memiliki seorang raja yang bertahta.
Sumber:
http://protapanuli.wordpress.com/2008/07/19/bakkara/
No comments:
Post a Comment