PERANAN PENDIDIKAN DALAM KEMAJUAN EKONOMI
Oleh: Edward Simanungkalit
Pendidikan merupakan penunjang utama dalam pencapaian kemajuan. Sejarah telah membuktikannya demikian ketika Eropah mencapai kemajuan seperti yang kita saksikan sekarang. Ketika negara-negara ini masih susah, mereka menetapkan anggaran untuk pendidikan berkisar 25% hingga 35% dari total anggaran negaranya. Berbeda dengan negara kita di masa lalu yang didengung-dengungkan sebagai era pembangunan, tapi pendidikan mendapat alokasi anggaran hanya 4% dari total anggaran negara (APBN). Malahan anggaran untuk pertahanan dan keamanan lebih besar dari anggaran untuk pendidikan, yaitu 5 % dari total anggaran pada masa orde baru. Hasil akhirnya adalah krisis yang belum terlihat tepiannya.
1. The Protestant Etics
Kemajuan Eropah dapat kita runut kembali ke belakang yang dimulai dari zaman reformasi. Reformasi bukanlah sekedar protes terhadap surat aflat. Akan tetapi, reformasi lebih jauh lagi kepada pembaharuan seluruh kehidupan yang didasarkan pada prinsip-prinsip Alkitab. Pengaruh reformasi bukan hanya di dalam gereja saja, tetapi juga mempengaruhi bidang-bidang ekonomi, pendidikan dan pengembangan iptek, politik, tata-negara, kebudayaan, dan lain-lain. Ketika reformator generasi kedua, Johanes Calvin, melontarkan dasar-dasar etika yang kemudian dianut kaum Calvinis sejak pertengahan abad ke-16, seperti: kerja keras, hemat, jujur, dan disiplin. Maka, sejak itulah Eropah mengalami kemajuan di bidang ekonomi yang diikuti dengan kemajuan iptek, karena tidak akan mungkin dicapai kemajuan ekonomi tanpa didukung oleh kemajuan di bidang iptek. Di sini kita melihat betapa berbedanya dengan orde baru yang memulai pembangunan dengan pembangunan fisik. Karena, kemajuan Eropah dimulai dengan pembaharuan manusia dan pembentukan etosnya sebagaimana dasar-dasarnya diletakkan berdasarkan etika calvinis (protestant etics). Hasil yang ditinggalkan orde baru ialah merajalelanya korupsi seperti epidemi merasuki seluruhnya sendi-sendi masyarakat.
Dalam tahap awal perkembangannya, kaum Calvinis menjadi orang-orang yang bekerja keras dan hemat, sehingga mereka memiliki banyak uang yang disimpannya. Sementara para pengusaha mulai bangkit menggerakkan roda perekonomian, karena mereka tidak memandang bisnis dan kekayaan itu sebagai sesuatu yang tabu. Dalam kondisi ini, maka lahirlah bank-bank yang menghubungkan para pekerja keras yang memiliki uang dengan pengusaha-pengusaha. Kaum Calvinis, pekerja keras, ini menyimpan uangnya di bank dengan mengharapkan bunga, sedang para pengusaha meminjam uang dari bank untuk digunakan dalam berusaha.Para pengusaha ini mulai mendirikan industri dari yang ringan hingga berat seiring dengan kemajuan iptek. Karena, tidak akan mungkin mendirikan industri tanpa menguasai iptek. Dengan demikian, kemajuan ekonomi akan dicapai seiring dengan penguasaan iptek. Di sini kita dapat melihat betapa mustahilnya gaya pembangunan orde baru yang hendak mencapai kemajuan ekonomi tanpa diikuti oleh penguasaan iptek melalui anggaran pendidikan yang hanya 4% tadi.
Kajian dan penelitian yang sangat mendalam tentang kemajuan Eropah yang dimotori oleh kaum Calvinis ini telah dilakukan oleh sosiolog Max Weber dalam bukunya yang sangat terkenal berjudul: “The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism” (1930). Johanes Calvin, sang reformator besar itu, berjasa besar meletakkan dasar teologi yang kuat, komprehensif dan sistematis. Teologi inilah yang membuahkan etika calvinis (the protestant etics) yang meletakkan dasar-dasar etis bagi ke-4 hal berikut: kerja, upah, tanah, dan bunga. Semuanya ini membuat teman saya sejak di bangku SD di Sidikalang, Jansen Hulman Sinamo, sangat terpesona pada etos kaum Calvinis ini hingga kemudian dia menulis buku “8 Etos Profesional” yang menjadi best seller di Indonesia ini bersama 2 buah bukunya lain yang juga best seller. Diapun menjadi pembicara seminar tentang etos di Indonesia ini dan digelari dengan gelar “Guru Etos”.
2. Politik dan Ketatanegaraan
Perhatian Johanis Calvin turut juga terhadap masalah-masalah politik dan ketatangeraan, sehingga pengaruhnya terasa sekali dalam perkembangan demokrasi dan ketatanegaraan di kemudian hari. Sedang demokrasi modern banyak didorong oleh gereja-gereja kongregasional yang calvinistik. Kemajuan ekonomi yang dialami Eropah yang pengaruhnya sampai ke Amerika Utara dan Australia tidak terlepas dari masalah politik yang berkembang. Kedua hal ini saling kait-mengkait dan saling menunjang hingga negara-negara Eropah dan Amerika Utara tersebut mengalami kemajuan seperti sekarang ini.
Berbeda halnya dengan Amerika Latin yang penuh dengan kudeta dan bangkitnya diktator serta junta militer. Keadaan ini banyak mendorong terjadinya pelanggaran HAM seperti yang dilakukan Pinochet. Sementara negara-negara ini tetap tertinggal dan miskin dibanding dengan negara-negara maju tadi yang pada umumnya dipengaruhi Calvinisme. Demokrasi memberikan cara bagi negera-negara maju untuk menyelesaikan masalah-masalah politik yang berbeda dengan negara-negara Amerika Latin yang penuh dengan perebutan kekuasaan dan perang saudara. Kemajuan ekonomi turut juga mempengaruhi perkembangan demokrasi dan sebaliknya perkembangan demokrasi turut juga mempengaruhi perkembangan ekonomi.
3. Pendidikan
Pengalaman Eropah dan Amerika Utara tadi memberikan pelajaran penting bagi kita bahwa penguasaan iptek menentukan kemajuan ekonomi. Dengan kata lain, bahwa sumber daya manusia yang menguasai iptek akan menentukan kemajuan ekonomi. Untuk itu tidak ada jalan lain selain meningkatkan pendidikan. Perhatian yang diperlukan tidak hanya seperti yang telah diamanatkan UUD ’45 yang menetapkan anggaran pendidikan sebesar 20%, tetapi mungkin diperlukan 30% sampai dengan 35% untuk memacu ketertinggalan kita, khususnya Dairi. Dairi perlu memacu diri lebih lagi untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Horas!
Tulisan telah dimuat dalam:
Mingguan DAIRI PERS
Edisi Mei 2008
No comments:
Post a Comment