Wednesday, July 1, 2015

Salam “Horas Opung” di Loyang Ujung Karang

Salam “Horas Opung” di Loyang Ujung Karang


Pengurus Forum Sisingamangaraja XII di Loyang Ujung Karang Takengon. (LGco_Khalis)
Pengurus Forum Sisingamangaraja XII di Loyang Ujung Karang Takengon. (LGco_Khalis)
Catatan Khalisuddin*
Ada yang beda saat mengantarkan rekan-rekan pengurus Forum Sisingamangaraja XII ke Loyang Ujung Karang Kebayakan Aceh Tengah, lokasi ditemukannya bukti kehidupan pra sejarah di Tanoh Gayo tepi Danau Lut Tawar oleh Tim Arkeolog dari balai Arkeologi Medan Sumatera Utara.
Siang itu, Sabtu 24 Mei 2014 sesaat setelah tiba di lokasi dan saat mereka melihat sejumlah abklat (duplikat-red) kerangka manusia prasejarah. Spontan memberi salam “Horas Opung” yang nyaris berbarengan dengan logat khas Batak.
Sebelumnya, mereka yang datang ke Takengon untuk penjajakan wacana Napak Tilas sejarah perjuangan pahlawan nasional Sisingamangaraja XII di Tanoh Gayo itu memang sangat ngebet ingin berkunjung ke lokasi temuan yang menghebohkan bidang kesejarahan tersebut, khususnya di Aceh, Gayo dan Batak.
“Dimana tempat yang di tulis Ketut dalam buku Gayo Merangkai Identitas itu. Kerangka-kerangka itu Opung kami juga,” kata Wilson Silaen diangguki rekannya Jimmy Siahaan dan Madison Situmorang.
Kabar temuan itu rupanya menggemparkan kaum intelektual Bangso Batak seperti yang diperkirakan Ketut Wiradnyana, betapa tidak, klaim yang dikembangkan penjajah Belanda selama ratusan tahun jika Gayo itu berasal dari Batak terbantahkan, justru sebaliknya, Batak yang berasal dari Gayo. Klaim ini berlaku hingga ada temuan ilmiah lain yang membantahnya.
“Kajian arkeologis, antropologis, maupun etnoarkeologis atas berbagai aspek budaya yang ditemukan dalam penelitian ini, menunjukkan adanya indikasi yang kuat bahwa bahwa aktivitas budaya prasejarah di Tanoh Gayo, khususnya dari babakan neolitik (megalitik), menunjukkan masa yang lebih tua dibandingkan dengan aktivitas di Tanah Batak. Hal tersebut memunculkan hipotesis bahwa Orang Batak berasal dari Tanoh Gayo. Kondisi tersebut sangat bertentangan dengan keyakinan orang Batak selama ini, yang cenderung menganggap bahwa Orang Gayo berasal dari Tanah Batak,” demikian kata pengantar Prof. DR. Bungaran Antonius Simanjuntak di buku Gayo Merangkai Identitas yang ditulis Ketut Wiradnyana dan Taufikurrahman Setiawan yang diterbitkan Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jakarta, 2011 silam.
“Kami sangat hargai temuan ini, kami makin bersemangat mencari jejak saudara kami. Bukan bedanya tapi samanya” kata Wilson yang mengaku ingin bertemu dengan Ketut Wiradnyana dan memiliki buku berisi laporan penelitian yang menghebohkan itu.
Saya menjelaskan sebisanya tentang runtutan penelitian beserta hasilnya yang dilakukan Ketut dan kawan-kawan di lokasi itu serta Loyang Mendale yang tak jauh dari Loyang Ujung Karang yang sedikit banyaknya saya ikuti sejak tahun 2009 yang terus berlangsung setiap tahunnya hingga tahun 2013, bahkan hingga Samar Kilang kabupaten Bener Meriah yang mereka duga adalah kawasan lintasan manusia prasejarah saat bermigrasi hingga tiba di tepi Danau Lut Tawar ribuan tahun silam.
Tahun ini, menurut Ketut Wiradnyana dan Taufikurrahman, mereka kembali meneruskan penelitian di Loyang Mendale, terkait temuan terakhir berupa tulang Gajah. Tak hanya itu, penelusuran jalur migrasi juga mereka lakukan dari Aceh Tamiang persisnya di Pulo Tiga. Jika memungkinkan saya ingin sekali ikut dalam tim mereka.[]
*Warga Takengon, peminat sejarah dan budaya Gayo

Sumber:
http://lintasgayo.co/2014/05/26/salam-horas-opung-di-loyang-ujung-karang


No comments:

Post a Comment