Sunday, July 5, 2015

JALAN-JALAN KE LEHU

JALAN-JALAN KE LEHU
Oleh: Edward Simanungkalit *


Wisata budaya di bulan Mei 2015 kali ini adalah ke Lehu di antara Sumbul Jehe dengan Tiga Baru, Kabupaten Dairi. Buruknya jalan dari Sumbul Jehe ke Lehu membuat perjalanan tidak nyaman. Di sana mengunjungi tugu Girsang dan bertemu dengan beberapa orang marga Girsang, tetapi tidak banyak informasi yang dapat diperoleh waktu itu. Di tugu itu tertulis: “TUGU GIRSANG Br. MANIK”.

Girsang di Lehu
         Bermula ketika penulis melihat sebuah rumah berornamen Toba di daerah Balna, Kabupaten Dairi  pada tahun 2013 lalu ada ditulis: “Girsang Lehu“. Pak Girsang, pemilik rumah itu, mengatakan bahwa Girsang berasal 
dari Lehu dekat Tiga Baru termasuk Girsang yang di Silimakuta juga berasal dari Lehu. Cerita ini membuat penasaran, karena teman sebangku penulis di SMA dulu, Waldensius Girsang, abang kandung dari Juniver Girsang dan Junimart Girsang, berasal dari Silimakuta dekat Saribudolok, Kabupaten Simalungun. Uniknya lagi, marga Girsang ini tidak tercantum dalam  marga Pakpak Pegagan meskipun Lehu itu berada di daerah Pegagan dan Girsang kawin dengan berru Manik (Suku Batak Pakpak, dalam wikipedia).
       Girsang di Lehu mengatakan bahwa mereka di dalam acara adat menyebutkan Purba dari Tobamerupakan kerabatnya. Dan, kekerabatan dengan Purba Toba terpelihara dengan baik selama ini. Katanya, bahwa ada salah satu dari marga Purba yang bernama si Girsang tidak ditemukan keturunannya, sehingga dihubungkan dengan Girsang di Lehu ini tanpa memperhatikan soal waktu dari keduanya untuk melihat kesamaannya. Sementara menurut informasi dari marga Purba Toba, bahwa marga Purba Toba berkisar sekitar 14-16 generasi.

Raja Girsang Nauli Lumbantoruan
      Dalam perjalanan Sidikalang – Siborongborong, sebuah tugu terlihat dengan nama Raja Girsang Nauli Lumbantoruan di dekat Sitampurung, kabupaten Tapanuli Utara. Isterinya dua orang, yaitu boru Sianturi dan boru Manik. Uniknya, boru Manik itu memakai bulang-bulang Simalungun. Salah seorang keturunannya dengan rentang 10 generasi di dekat tugu tersebut bercerita bahwa Ompung mereka tersebut pergi meninggalkan kampung halaman oleh karena sesuatu hal tanpa diketahui kabar beritanya lagi.
          Ketika salah seorang keturunan Lumbantoruan ini berdagang ke Saribudolog pada tahun 1970-an, maka 
terjadilah pertemuan dengan marga Girsang dari Silimakuta. Singkatnya, mereka merasakan ada kesamaan dalam nama Girsang tadi dan sekaligus berkaitan juga dengan Girsang di Lehu. Risalah berberapa pertemuan mereka dengan marga Girsang dari Lehu dan Silimakuta  diperlihatkan juga. Menurut J. Tideman (Agustono & Tim, 2012:116), bahwa si  Girsang alias Datu Parulas yang menjadi Raja Silimakuta berasal dari Lehu. Ketika acara peresmian tugu Raja Girsang Nauli Lumbantoruan, maka diundang juga Girsang dari Lehu dan Silimakuta. Beberapa orang ada juga yang datang dari Girsang Lehu dan Girsang Silimakuta ke acara tersebut di Sitampurung. Ketika pesta tugu di Lehu dilaksanakan, maka pihak Lumbantoruan ini juga ikut hadir.

Purba Pakpak
         Pangultopultop merupakan raja pertama (1624-1648)  dari Kerajaan Purba di Simalungun yang berasal dari Tungtung Batu, dekat Parongil, Kabupaten Dairi (Agustono & Tim, 2012:113-114). Setelah menjadi raja, menurut Dj.M. Purba Pakpak  di Sidikalang sesuai cerita orangtuanya, bahwa Pangultopultop masih sering kembali ke Tungtung Batu melalui  Lehu,  karena isteri dan anaknya ada di sana. Di Lehu, Pangultopultop juga mengawini berru Manik yang memperoleh anak bernama Girsang. Anak Pangultopultop di Tungtung Batu bernama Cibro. Sedang perjalanan Datu Parulas Girsang dari Lehu ke Simalungun dikatakan adalah dalam rangka menemui ompungnya, yang telah menjadi Raja Purba  di Simalungun, tetapi jalan hidup membawanya menjadi Raja Silimakuta.











Penutup
       Ada 3 pihak yang dapat dihubungkan dengan Girsang dari Lehu. Pihak pertama, marga Purba yang tidak diketahui salah satu cabang keturunannya pada generasi ke-3 dari sekitar 14-16 generasi. Berdasarkan data ini, maka Girsang dari Lehu kemungkinan memiliki keturunan sekitar 11-13 generasi sekarang. Pihak kedua, marga Lumbantoruan yang kehilangan ompungnya sudah memiliki rentang 11 generasi. Berdasarkan data itu, maka Girsang dari Lehu kemungkinan memiliki keturunan 11 generasi sekarang. Pihak ketiga, marga Purba Pakpak yang ompungnya Pangultopultop sudah memiliki 17 generasi. Berdasarkan data itu, maka Girsang dari Lehu kemungkinan memiliki keturunan 16 generasi sekarang. Kemungkinan-kemungkinan tadimasih membutuhkan jawaban.
        Hitungan di atas dapat digunakan untuk memperkirakan mana yang paling mungkin, sementara penulis tidak memiliki data mengenai berapa generasi Girsang dari Lehu sekarang ini.  Penulis tidak menarik kesimpulan akhir dalam kisah Girsang dari Lehu ini, karena hal itu harus dikembalikan kepada marga yang bersangkutan. Akan tetapi,  solusi yang disarankan  lebih praktis dan akurat  untuk memastikan dari mana asalnya di masa kini  ialah cara tes DNA dengan biaya yang lebih murah. ***


(*) Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban




No comments:

Post a Comment