Desa Tipang Objek Wisata Megalitik Batak
(Analisa/Parasian Hasibuan) Foto
Bersama : Tim Balai Arkeologi Medan sedang foto bersama saat peninjauan
situs arkeologis di Tipang,Bakkara Humbang Hasundutan (Humbahas),
kemarin.
Dolok Sanggul, (Analisa).
Desa Tipang, Kecamatan Baktiraja, Humbang Hasundutan (Humbahas) dinilai
pantas disebut sebagai salah satu perkampungan arkeologi di Sumatera
Utara (Sumut)dan merupakan salah satu objek wisata megalitik batak.
Sebab dari hasil tinjauan yang dilakukan tim arkeolog dalam mendukung
pengembangan kebudayaan, tim menemukan sejumlah situs yang menunjukkan
penataan peradaban di tanah batak.
Perwakilan tim balai arkeologi Medan, Lukas Partanda Koestoro bersama dengan Ketut Wiradnyana kepada Analisa Senin (19/5) mengatakan, tinjauan arkeologi di Tipang atas dasar surat yang dikirim Pemkab Humbahas melalui Dinas Perhubungan dan Pariwisata telah menemukan sejumlah situs yang menunjukkan penataan kehidupan masyarakat batak di salah satu perkampungan di bakkara.
Sebab dari hasil tinjauan sementara saja ditemukan belasan situs yang digunakan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat batak yang bermukim di dusun Hutasoit.
“Bahkan hanya hitungan beberapa hari saja tim dari balai arkeologi Medan sudah menemukan sebelas situs yang digunakan sebagai bagian dari kehidupan di masa itu. Dan itupun masih hanya dari satu dusun. Sehingga jika dilihat dari keberadaan situs, perkampungan Hutasoit itu sendiri sudah menjadi bagian dari situs,” jelasnya.
Lukas juga meyakin, bahwa disekitar perkampungan tersebut masih banyak situs yang belum ditemukan. Sebab, saat melakukan tinjauan pihak arkeologi yang mewawancarai warga dan tokoh masyarakat menunjukkan adanya peradapan yang sudah ratusan tahun di perkampungan tersebut. Bahkan dari sudut pandang arkeologi, situs yang ditemukan diperkirakan diatas dua ratus tahun. Sehingga menujukkan adanya peradapan yang sudah tertata sejak zaman dahulu.
“Ada sebanyak sembilan buah lesung batu, satu tangga batu dan satu lagi tempayan batu. Dan kita berharap itu di jaga,” katanya.
Sementara itu Ketut juga mengatakan, dari hasil temuan tersebut dapat dipastikan bahwa masyarakat batak sudah memperhatikan sejumlah aspek dalam membangunan perkampungan. Contohnya aspek lingkungan, aspek pertanian dan sejumlah aspek lainnya.
Kepala Bidang Pariwisata Humbahas Nelson Lumbantoruan mengatakan, bahwa kehadiran badan arkeologi Medan di Humbahas merupakan salah satu upaya Pemkab Humbahas untuk menginventarisasi aset budaya dan aset peradapan lewat sejumlah situs yang ada. Sehingga kedepan seluruh situs tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu objek pariwisata daerah.
Selain itu peninjauan yang dilakukan oleh badan arkeologi Medan juga diharapkan dapat mengedukasi warga, agar ke depan ikut menjaga peninggalan leluhur yang memiliki nilai untuk kehidupan masyarakat batak.
Terkait dengan pemugaran kawasan-kawasan situs mantan pejabat di Balai Bahasa Sumut tersebut mengatakan, bahwa kedepan itu akan menjadi salah satu target. Sebab, rencanan pemugaran objek wisata batu harus terprogram baik serta berkesinambungan.
Selain itu, pihak Pemkab Humbahas juga harus melihat beberapa aspek pendukung dalam pemugaran, salah satunya aspek topografi dan geografi kawasan.
“Situs-situs itukan memiliki keunikan. Salah satu contohnya keberadaan situs juga merupakan gambaran masyarakat di kawasan Hutasoit dulunya adalah masyarakat yang kaya. Sebab dari sudut pandang arkeolog menunjukkan banyaknya lesung sebagai sarana penumbuk padi merupakan gambaran bahwa masyarakat tersebut kaya dan makmur. Sehingga pemugaran situs juga harus dilakukan dengan hati-hati,” jelasnya. (ph)
Sumber:
http://analisadaily.com/news/read/desa-tipang-objek-wisata-megalitik-batak/31377/2014/05/21
Perwakilan tim balai arkeologi Medan, Lukas Partanda Koestoro bersama dengan Ketut Wiradnyana kepada Analisa Senin (19/5) mengatakan, tinjauan arkeologi di Tipang atas dasar surat yang dikirim Pemkab Humbahas melalui Dinas Perhubungan dan Pariwisata telah menemukan sejumlah situs yang menunjukkan penataan kehidupan masyarakat batak di salah satu perkampungan di bakkara.
Sebab dari hasil tinjauan sementara saja ditemukan belasan situs yang digunakan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat batak yang bermukim di dusun Hutasoit.
“Bahkan hanya hitungan beberapa hari saja tim dari balai arkeologi Medan sudah menemukan sebelas situs yang digunakan sebagai bagian dari kehidupan di masa itu. Dan itupun masih hanya dari satu dusun. Sehingga jika dilihat dari keberadaan situs, perkampungan Hutasoit itu sendiri sudah menjadi bagian dari situs,” jelasnya.
Lukas juga meyakin, bahwa disekitar perkampungan tersebut masih banyak situs yang belum ditemukan. Sebab, saat melakukan tinjauan pihak arkeologi yang mewawancarai warga dan tokoh masyarakat menunjukkan adanya peradapan yang sudah ratusan tahun di perkampungan tersebut. Bahkan dari sudut pandang arkeologi, situs yang ditemukan diperkirakan diatas dua ratus tahun. Sehingga menujukkan adanya peradapan yang sudah tertata sejak zaman dahulu.
“Ada sebanyak sembilan buah lesung batu, satu tangga batu dan satu lagi tempayan batu. Dan kita berharap itu di jaga,” katanya.
Sementara itu Ketut juga mengatakan, dari hasil temuan tersebut dapat dipastikan bahwa masyarakat batak sudah memperhatikan sejumlah aspek dalam membangunan perkampungan. Contohnya aspek lingkungan, aspek pertanian dan sejumlah aspek lainnya.
Kepala Bidang Pariwisata Humbahas Nelson Lumbantoruan mengatakan, bahwa kehadiran badan arkeologi Medan di Humbahas merupakan salah satu upaya Pemkab Humbahas untuk menginventarisasi aset budaya dan aset peradapan lewat sejumlah situs yang ada. Sehingga kedepan seluruh situs tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu objek pariwisata daerah.
Selain itu peninjauan yang dilakukan oleh badan arkeologi Medan juga diharapkan dapat mengedukasi warga, agar ke depan ikut menjaga peninggalan leluhur yang memiliki nilai untuk kehidupan masyarakat batak.
Terkait dengan pemugaran kawasan-kawasan situs mantan pejabat di Balai Bahasa Sumut tersebut mengatakan, bahwa kedepan itu akan menjadi salah satu target. Sebab, rencanan pemugaran objek wisata batu harus terprogram baik serta berkesinambungan.
Selain itu, pihak Pemkab Humbahas juga harus melihat beberapa aspek pendukung dalam pemugaran, salah satunya aspek topografi dan geografi kawasan.
“Situs-situs itukan memiliki keunikan. Salah satu contohnya keberadaan situs juga merupakan gambaran masyarakat di kawasan Hutasoit dulunya adalah masyarakat yang kaya. Sebab dari sudut pandang arkeolog menunjukkan banyaknya lesung sebagai sarana penumbuk padi merupakan gambaran bahwa masyarakat tersebut kaya dan makmur. Sehingga pemugaran situs juga harus dilakukan dengan hati-hati,” jelasnya. (ph)
Sumber:
http://analisadaily.com/news/read/desa-tipang-objek-wisata-megalitik-batak/31377/2014/05/21
No comments:
Post a Comment