Sunday, December 2, 2012

G O R G A

G O R G A
Oleh: Edward Simanungkalit



Gorga merupakan ukiran atau lukisan tradisional khas Batak Toba yang berfungsi sebagai hiasan. Gorga ini biasanya terdapat di bagian luar Ruma Batak Toba dan pada alat-alat kesenian Batak Toba. Ukiran gorga di Ruma Batak Toba tersebut kemudian dicat dengan tiga warna khas, yaitu warna tiga bolit: hitam-putih-merah. Sedang pada alat-alat kesenian, seperti: gendang, serunai, dan kecapi, tidak diberikan warna.

Bahan kayu untuk gorga ukir di Ruma Batak Toba biasanya kayu lunak yang mudah diukir. Untuk itu biasanya dipilih sejenis kayu yang disebut namanya kayu ungil atau kayu ingul. Kayu ungil ini tahan terhadap sinar matahari langsung dan juga tahan terhadap terpaan air hujan, sehingga tidak cepat rusak atau lapuk. Itulah sebabnya kayu ungil ini digunakan juga untuk membuat perahu yang biasa dipergunakan di Danau Toba.

Pewarna dipergunakan oleh para nenek-moyang biasanya dari bahan-bahan yang terdapat di alam Tanah Batak. Cat gorga terdiri dari tiga warna, yaitu: Cat Merah dibuat dengan menggunakan bahan dari batu hula, sejenis batu alam berwarna merah yang sekarang ini sudah langka. Batu ini dihaluskan menjadi seperti tepung lalu dicampur air. Cat Putih dibuat dengan menggunakan bahan dari tanah berwarna putih. Tanahnya halus dan lunak yang biasa  disebut Tano Buro. Tano Buro ini dihaluskan lalu dicampur dengan air. Cat Hitam dibuat dari sejenis tumbuh-tumbuhan yang dihaluskan dan kemudian dicampur dengan abu dari periuk atau kuali. Setelah itu digongseng sampai menghasilkan warna hitam (Simanjuntak, 2007:1).


Berdasarkan motif gambarnya, Gorga (Simanjuntak, 2007:1) dinamai sebagai berikut:
  • Gorga Ipon-ipon. Ipon-ipon, yang artinya gigi di dalam bahasa Indonesia, menggambarkan bahwa manusia tanpa gigi tidaklah menarik, maka seperti itu jugalah gorga. Biasanya terdapat di bagian tepi gorga. Bentuk dari ipon-ipon biasanya memiliki lebar antara 2-3 cm di pinggir papan.
  • Gorga Sitompi, Sitompi berasal dari kata tompi, salah satu peralatan petani yang disangkutkan di leher kerbau pada waktu membajak sawah. Motif ukiran ini adalah simbol mata pencaharian utama orang Batak Toba, yaitu bertani.
  • Gorga Simataniari, Motif gorga ini berbentuk matahari yang terdapat di sudut kiri dan kanan ruma. Motif ini menggambarkan betapa pentingnya fungsi matahari dalam kehidupan sehari-hari.
  • Gorga Desa Naualu, Motif gorga ini mengambil bentuk delapan penjuru mata angin. Motif gorga ini menggambarkan bahwa mata angin sangat penting dalam kaitannya dengan upacara-upacara/aktivitas ritual atau pesta.
  • Gorga Simarogung-ogung. Ogung (gong) didatangkan langsung dari India dan fungsinya sangat penting dalam berbagai upacara atau pesta. Apabila ada keluarga memiliki seperangkat ogung, maka hal ini menandakan mereka adalah keluarga yang sangat berkecukupan. Demikian pula dengan gorga ogung menggambarkan bahwa penghuni ruma tersebut adalah keluarga terpandang.
  • Gorga Singa-singa. Motif ini menggambarkan raja, kuat, mampu, dan berwibawa. Jadi, orang yang mampu mendirikan ruma gorga adalah orang yang berwibawa dan terpandang. Itulah sebabnya gorga singa-singa selalu disertakan dalam setiap ukiran gorga, karena tidak setiap orang mampu mendirikan ruma gorga.
  • Gorga Jorgom atau Gorga Ulu Singa. Biasanya ditempatkan di atas pintu masuk ruma. Bentuk kepalanya menyerupai kepala singa dengan tubuh seperti manusia.
  •  Gorga Boraspati dan Adop-adop. Boraspati adalah binatang sejenis cicak atau kadal. Boraspati jarang menampakkan diri, tapi kalau boraspati sering menampakkan diri, maka itu menandakan tanam-tanaman subur dan panen berhasil baik yang menuju kekayaan (hamoraon). Gorga Boraspati dikombinasikan dengan Adop-adop (payudara). Adop-adop (yang besar) mempunyai arti khusus yang dihubungkan dengan deras airnya pertanda anaknya sehat dan banyak (gabe). Jadi, kombinasi Boraspati dan Adop-adop adalah perlambang Hagabeon dan  Hamoraon sebagai harapan dan cita-cita tertinggi.
  • Gorga Ulu Paung terdapat di bagian puncak ruma gorga berbentuk kepala yang menyerupai wajah manusia. Ulu Paung dipandang membuat ruma gorga itu gagah dan dipercaya memiliki kekuatan magis yang dapat melawan hantu atau melawan kekuatan hitam yang merusak, sehingga seisi rumah diyakini akan menjadi aman dan tenteram.
Masih banyak lagi motif-motif gambar yang terdapat pada bagian luar ruma gorga Batak Toba. Ada juga gambar lembu jantan, pohon cemara, orang sedang menunggang kuda, orang sedang mengikat kerbau, gambar Manuk-manuk (burung), burung Patia Raja yang merupakan perlambang ilmu pengetahuan, dan lain-lain.
 

Kini gorga Batak mulai semakin dikenal orang banyak melalui kreativitas para generasi sekarang. Para generasi sekarang ini mulai melukiskan gorga Batak tersebut pada kain yang dibuat menjadi pakaian. Berbagai usaha pengembangan telah dilakukan untuk melukiskan gorga pada kain untuk dijadikan sebagai pakaian. Tak kurang desainer pakaian Torang MT Sitorus telah berupaya mengangkat gorga ke tempat tinggi melalui pakaian-pakaian yang dia desain. Secara perlahan-lahan usaha-usaha kreatif sudah semakin meluas dilakukan untuk mengangkat gorga yang lambat-laun sedang merayap menuju puncak. 

Penantian itu rasanya tidak lama lagi di mana suatu saat nanti kita akan melihat masyarakat memakai pakaian dengan motif gorga pada saat perkawinan, menghadiri acara pesta,   beribadah di gereja, dan ke kantor.  Baju seragam anak-anak sekolah pun sudah saatnya mempergunakan motif gorga ini, agar lebih sesuai dengan ciri dan kepribadian Batak. Ini bukan batik, yang merupakan singkatan dari baju titik-titik, tetapi baju gorga, yang disingkat bagor. Itulah sebabnya dengan fanatisme yang heroik, Roder “Bagor” Nababan berseru lantang: “Pakai BAGOR, Haramkan Batik!” (Bona Nauli, Edisi 33, Agustus 2012: Cover).***
   

Telah dimuat di:
Harian BATAK POS 
Edisi Sabtu, 13 Oktober 2012



No comments:

Post a Comment