Wednesday, March 14, 2012

Artefak Danau Toba


Artefak Danau Toba

Museum Huta Bolon

Huta bolon Simanindo merupakan warisan raja Sidauruk yang sejak tahun 1969 telah dijadikan sebagai museum alam etrbuka (open air museum). Ruma adat atau rumah Bolon merupakan masterpiece dari museum ini. Halaman Rumah, Sopo (lumbung padi) dijadikan tempat pertunjukan tradisional masyarakat Toba. Museum memamerkan koleksi yang berasal dari peninggalan leluhur di Samosir, antara lain:


1. Tungkot Malehat
Spesialis keyakinan Batak Toba (datu) tongkat ritual yang dipekerjakan yang dulunya adalah mengandung supranatural, yang maju dengan kuat membantu mereka dalam melakukan upacara.
Tongkat ini dua macam: contoh yang lebih besar (tunggal panaluan) diukir dari satu potong kayu dan tongkat kombinasi yang lebih kecil (tungkot malehat) dengan secara terpisah membuat finials. Bilangan kuningan yang dilihat di sini ialah semula finial tungkot malehat.
Lambang ini melambangkan subyek yang kemungkinan di trans. Ini, bersama dengan bejana silindris bertahan di samping figur tersebut, yang mungkin melambangkan wadah untuk bahan gaip, kegaiban ini menggambarkan datu selama kinerja ritual. Bagian dalam berongga bilangan dipenuhi dengan resinous bahan, kelihatan lewat lubang di hiasan kepala dan dada.
Ini adalah bahan gaib, yang meningkatkan kekuasaan kegaiban.

2. Ulos Ragidup
Bahan tekstil mahakeramat orang Batak Sumatra utara ragidup ,yang artinya secara harafiah berarti “pola hidup.” Baik selama maupun di luar kehidupan seorang individu, ragidup memainkan peranan penting. Barangkali yang paling kritis terjadi kalau seorang wanita hamil dengan anak pertamanya. Pada waktu ini, orang-tuanya biasanya memberikan dia ulos ragidup, atau ulos ni tondi atau “kain jiwa,” yang memiliki kekuatan luar biasa untuk melindungi dia dan keluarganya seumur hidupnya.
Selama upacara, seorang spesialis dipanggil di atas untuk “membaca” kain, yang pola kompleksnya dikira meramalkan masa depan wanita.
Ragidup adalah juga elemen esensial di upacara perkawinan Batak, di mana dibelitkan pada ibu pengantin laki-laki oleh bapak pengantin wanita sebagai hadiah ceremonial.
Di kematian, ragidup menyelimuti almarhum dan itu berlangsung dar tahun ke tahun, tulangnya di bungkus dan dimasukkan kedalam kuburan sebagai acara ritual.

3. Patung Sigale-gale
Orang Toba Batak Sumatra utara membuat wayang canggih (si angin kencang-angin kencang atau dikenal si gale-gale) menguasai sistem kompleks tali dan pengangkat yang membolehkan mereka merapatkan cara tata hidup. Si angin kencang-angin kencang(si gale-gale) dulu memainkan tugas sangat penting di beberapa upacara funeralnya.
Ketika seorang meninggal jiwanya menjadi jiwa leluhur. Untuknya atau jiwanya akan memiliki jajaran yang sama setelah kematian bahwa orang mempunyai hidup, anak almarhum mesti melakukan yang upacara funerary. Jika orang meninggal tanpa anak, si angin kencang-angin kencang dibuat sebagai tiruan untuk melakukan yang perlu funerary ritual.
Kalau dipakai, golek diletakkan di muka, akhir sebuah kotak datar yang panjang dengan tali, menjadi dalang, yang berada di di belakang kotak, menguasai boneka dari suatu jarak, memberi khayal bahwa bilangan ialah menghidupkan diri. Dengan cermat dipermainkan oleh dalang, si angin kencang-angin kencang dapat melakukan semua tarian yang diperlukan dan protokol ritual bagi orang-tua almarhumnya. Kepala keluarga berdiri begitu dekat-lifesized si angin kencang-angin kencang. Analisa baru menampakkan menjadi sebuah karya agung teknik yang baik sebagai seni pahat. Mempertahankan mekanisme yang kompleks,membolehkan bilangan menonjol tablike lidah kayu.

Pesta adat manglahat Horbo:

1. Gondang lae-lae, merupakan doa kepada agar kerbau yang akan diikat tidak akan bertingkah yang jelek sewaktu digiring ke BOROTAN. Kepercayaan orang Batak zaman dahulu setiap tingkah laku dari kerbau merupakan alamat sesuatu yang baik atau yang buruk terhadap yang berpesta.
2. Gondang Mula-Mula, merupakan doa kepada mula jadi, dewa pencipta bumi, langit dan segala isinya agar dia menganugerahkan putra dan putri, membawa kekayaan menjauhkan bala dan menyembuhkan segala penyakit kepada yang mengadakan pesta.
3. Gondang Mula Jadi, merupakan tari untuk mengatakan bahwa doa telah dikabulkan oleh Dewata atau Tuhan.
4. Gondang Sahata Mangliat, Orang yang berpesta menari dengan mengelilingi tongkat atau BOROTAN penyembelihan kerbau, dimana diikatkan seekor kerbau pada pesta adat. Kerbau tersebut disembelih dan dagingnya dibagi-bagikan kepada yang berpesta dan kepada mereka yang berhak menerima sesuai dengan adat yang ditentukan.
5. Gondang Marsiolop-Olopan, kemudian orang yang berpesta saling memberikan selamat sesamanya.
6. Gondang Siboru, tari untuk para pemuda sambil menari datanglah putri yang masing-masing dengan pengharapan agar dating untuk melamarnya.
7. Gondang Sidoli, Tari untuk para pemudi sambil menari datanglah seorang pemuda untuk mendekati seorang putri yang dicintainya dan didambakannyamenjadi istrinya dan sebagai pertanda ia mencintai putrid, dia akan member sejumlah uang.
8. Gondang Pangurason, roh nenek moyang berpesta daging dan menyusup pada tubuh salah seorang penari dan memberi berkat kepada mereka.
9. Tari Bersama, semua tamu yang diundang diajak menari bersama dengan tuan rumah yang mengadakan pesta tersebut.
10. Tortor Tunggal Panaluan, tari ini diperankan oleh seorang dukun untuk berkomunikasi dengan Dewata Natolu meminta sesuatu seperti meminta hujan, keturunan dan kesuksesan dalam hidup.
11. Gondang Sigale-gale, tari boneka yang terbuat dari kayu mirip dengan manusia dimana pada zaman dahulu kala ada seorang raja yang hanya mempunyai seorang anak tunggal. Pada suatu saat anak raja tersebut jatuh sakit dan meninggal dunia. Raja sangat sedih menerima musibah tersebut sebab anak yang diharapkannya untuk meneruskan cita-citanya (kerajaannya) sudah tiada. Jadi, untuk meringankan penderitaan sang raja dan sekaligus untuk menenangkan anaknya, maka raja memerintahkan rakyatnya untuk mengukir sebuah patung yang sangat mirip dengan anaknya, dimana kala raja ingin melihat anaknya maka raja akan mengundang rajanya untuk membuat pesta Sigale-gale. Saudara perempuan Sigale-gale akan melepaskan kerinduannya dengan menari bersama dengan Sigale-gale.

Rumah Adat Batak

Rumah adat orang batak mempunyai dua tingkat. Tingkat pertama biasanya digunakan untuk menyimpan hewan ternak atau hasil pertanian, Sedangkan tingkat kedua digunakan sebagai tempat tinggal orang Batak, di dalam ruangan tersebut terdapat tempat untuk tidur dan ditengah – tengah ruangan terdapat dapur sekaligus berfungsi untuk memberikan rasa hangat pada si pemilik rumah karena pada zaman dahulu udara sangat dingin. Di dalam rumah tersebut tidak terdapat kamar – kamar tetapi terbuka yang berarti sifat orang batak yang terbuka.
Pintu pada rumah adat orang batak dibuat pendek, Pada saat masuk kita harus menunduk yang berarti setiap tamu yang berkunjung ke rumah tersebut menghargai orang yang berada di dalam rumah tersebut. Anak tangga pada rumah adat orang batak selalu berjumlah ganjil karena orang Batak menggunakan angka ganjil sebagai penangkal setan. Jika kita liat atap rumah adat orang batak, atap bagian belakang selalu lebih tinggi daripada atap bagian depan dengan maksud keturunan selanjutnya akan melebihi keturunan sebelumnya dalam hal pendidikan, jabatan, kekayaan, kehidupan, kesehatan, dll. Rumah orang Batak dulu tidak menggunakan batu tetapi sistem pasak dan ikatan, dilobang dan dimasukkan.
Di bagian kiri dan kanan terdapat ornamen yang disebut JAGARUPAT atau singa – singa, payudara, dan GORGA atau bingkai – bingkai. Jaga rupat itu berfungsi sebagai penangkal roh – roh jahat karena ilmu orang batak pada zaman dahulu sangat kuat sehingga ilmu itu bisa dikirim dari tempat yang jauh sekalipun. Simbol dari payudara itu berarti orang yang dermawan, dan jumlahnya empat yang berarti dalam satu rumah itu terdapat empat keluarga atau empat ibu. Gorga atau bingkai – bingkai itu dibuat menyambung karena orang batak dilihat dari segi manapun ada hubungan kekeluargaan dan merupakan simbol dari kekerabatan. Warna asli dari rumah orang batak ada tiga warna yaitu : putih, merah, dan hitam. Warna putih melambangkan dunia atas atau dunia kepercayaan. Warna merah melambangkan dunia tengah atau tempat tinggal kita sekarang. Warna hitam melambangkan dunia kegelapan atau dunia orang mati.

Huta Siallagan

Huta Siallagan berada di Ambarita, Pulau Samosir. Arti dari Ambarita sendiri adalah terkenal atau terberita, Huta dalam bahasa batak berarti suatu perkampungan dan Siallagan adalah marga dari raja yang memerintah di Ambarita yaitu RAJA SIALLAGAN. Istana Raja Siallagan dikelilingi dengan tembok batu atau yang biasa disebut TARIK oleh orang batak. Tembok batu ini digunakan sebagai tembok pertahanan karena zaman dahulu perkampungan yang satu dengan perkampungan yang lain selalu adu perang. Didalam lingkungan istana hanya ada satu pintu masuk dan satu pintu keluar. Pada pintu masuk terdapat patung – patung yang disebut PANG HULUBALANG. Patung – patung ini harus mempunyai kekuatan gaib dan jimat uang kuat.

Batu Kursi

Batu kursi ini terdapat di depan istana Raja Siallagan. Batu kursi ini digunakan untuk tempat musyawarah dan tempat untuk memutuskan masalah – masalah. Dulu, jika ada orang batak yang akan menanam tanaman – tanaman, membangun rumah, mengadakan pesta maka mereka harus berunding terlebih dahulu di Batu Kursi tersebut atau dalam bahasa bataknya MANITIARE yang berarti apa yang dikerjakan akan berhasil. Bila ada orang berbuat kesalahan maka akan diadil dan diputuskan hukuman di Batu Kursi ini. Tetapi, sebelum diadili dan diberi hukuman, maka orang yang bersalah tersebut akan dipasung di bawah rumah raja. Kaki orang yang bersalah akan ditimpah dengan kayu dan rotan sedangkan badannya ditutup dengan ulos.

Sesudah didapat hari yang ditentukan maka terdakwa akan didudukkan di bangku yang paling kecil sedangkan kursi yang paling besar adalah kursi raja dan disekitarnya terdapat penatua – penatua, dukun / datuk / paranormal, penasehat – penasehat, bodyguard dan hanya orang – orang penting yang boleh duduk di Batu Kursi itu sedangkan para rakyat hanya berada di sekitar Batu Kursi itu. Hukuman bagi kesalahan – kesalahan yang tidak dapat diampuni misalnya membunuh, memperkosa, mata – mata musuh adalah hukum penggal dan hukuman bagi kesalahan – kesalahan yang ringan hanya dipasung untuk jangka waktu tertentu kemudian dilepas untuk dimintai keterangan oleh raja. Ketika dimintai keterangan oleh raja, terdakwa tidak berani berbohong karena sumpah pada zaman itu benar – benar terjadi dan apabila sumpah itu dilanggar maka akan berdampak sampai kepada tujuh keturunan.

Karena zaman dahulu tidak ada agama maka yang diperkuat adalah ilmu ( ilmu gaib ), biasanya terdakwa juga memiliki ilmu ini. Untuk melemahkan ilmu terdakwa, maka raja dengan para dukun harus bekerja sama mencari hari dimana hari tersebut adalah hari kelemahan terdakwa. Para dukun meminta petunjuk kepada roh – roh dibawah pohon dekat dengan Batu Kursi itu dan diberikan sesajen supaya apa yang diminta dapat terkabul, kemudian para dukun tersebut akan kemasukkan / kesurupan roh – roh. Dukun tersebut memegang buku ( BUKU TAKLAKLAK ) dengan kalender orang batak dan berdoa, apa saja yang didoakan maka akan terkabul dan kelemahan terdakwa, dibagian mana juga akan diketahui oleh si dukun dan dilemahkan dengan membaca mantra – mantra.

Pada saat eksekusi, para raja kembali berkumpul, lengkap dengan sang Algojo. Raja-raja berkumpul di kursi-kursi yang telah disediakan. Terdakwa dibaringkan di atas "meja" pra eksekusi. Terdakwa akan disayat2 sekujur tubuhnya, meyakinkan bahwa ilmu2 kesaktiannya sudah benar2 lenyap. Bila saat disayat tidak terdapat erang kesakitan, berarti terdakwa masih punya ilmu. "Observasi" akan dilajutkan kembali dengan memberi air jeruk ke sekujur luka. Mengalirkan darah di setiap jengkal daging. Berulang2 sampai diyakini bahwa ilmunya telah lenyap. Sang pesakitan dibawa menuju "sakkalan"-nya. Jika sakkalan (tatakan) jaman sekarang terbuat dari kayu atau plastik, jaman dulu dari batu. Leher sudah siap, tergeletak pasrah menunggu maut. Sang algojo pun menghunus senjata (tidak jelas apakah pedang, pisau, golok, atau tangan kosong). Dalam sekali tebas, Putuslah kepala, putuslah nyawa, lenyaplah si durjana. Gembira menyaksikan suksesnya eksekusi. (bila tidak putus dalam sekali tebas, sang algojo juga akan dipenggal) Tubuh tanpa kepala berkelojotan lalu diam tak bergerak. Tak bernyawa. tak ada lagi helaan nafas, hanya cucuran darah di setiap pembuluh. Selanjutnya dibawa ke meja di hadapan para raja (lihat di gambar kedua). Para raja mendapatkan jatah istimewa.. hati, ginjal, jantung, dll. Sementara daging akan dicacah, dipotong kecil2 dan dibagikan kepada seluruh rakyat. Semua kebagian, semua dapat, adil, dan merata. Kepala akan dibuang ke danau toba. Sejak hari itu, selama 7 hari ke depan, rakyat tidak diperbolehkan memanfaatkan air danau untuk keperluan sehari2. Baik untuk minum, mandi, mencuci, mencari ikan, dll. Makanya bbrp hari sebelum eksekusi, rakyat harus bersiap2 untuk kebutuhan 7 hari ke depan, mengumpulkan cadangan air atau mencuci pakaian-pakaian. Dipercaya, selama 7 hari itu, arwah si empunya kepala masih berkeliaran di sekitar danau. Inilah dasar larangan itu.

Makam Raja Ompu Naibatu Sidabutar

Ompu Naibatu sidabutar adalah seorang raja yang pintar pada zamannya. Oleh karena kepintaran raja ini dalam mengatur masyarakatnya maka hasil negeri ini jauh lebih banyak dari daerah – daerah lain maka rakyatnya juga hidup makmur. Karena kemakmurannya, negeri ini disebut juga TOLMOK karena perkembangan zaman kemudian penyebutannya menjadi TOMOK. Semasa hidupnya, raja ini berpesan apabila kelak ia meninggal maka ia dimakankan di dalam batu. Pada umur 115 tahun, raja ini meninggal kemudian mayatnya dibungkus dengan selendang batak yaitu ulos sibolang dengan warna biru – biru hitam. Dan sesudah tujuh hari maka ditanamlah satu pohon yang bernama POHON ARI – ARA yang berarti pohon peringatan, pohon ini merupakan pohon yang sangat besar.
Diatas makamnya terdapat patung anak kecil, beliau ini sangat sayang kepada anak – anak, apalagi cucunya. Jika ia akan pergi ke suatu tempat maka cucunya akan selalu ia bawa tetapi bukan ditimang / digendong malahan akan ditaruh dipundaknya, karena cara ini sangat bermakna bagi beliau yaitu beliau selalu menjunjung lebih tinggi generasinya daripada dia sendiri.

Makam Raja Ompu Soributu Sidabutar

Raja Ompu Soribuntu Sidabutar adalah cucu dari Raja Ompu Naibatu Sidabutar yang menggantikannya menjadi raja. Raja ini mempunyai ciri khas rambut yang panjang karena rambut raja ini tidak dapat dipotong dari kecil dan mempunyai kekuatan yang terletak di rambutnya. Dibawah dakunya terdapat suatu patung, patung itu adalah patung dari Tengku Muhammad said dari Aceh, karena kekuataan ilmu gaib sang raja sudah terkenal dimana – mana, maka Muhammad Said datang untuk belajar ilmu tersebut dari sang raja sekaligus untuk menyebarkan agama Islam. Penyebaran agama ini tidak berhasil disebabkan rakyat telah menganut agama PARMALIN, yaitu agama yang mempunyai kemiripan dengan agama Islam. Karena Muhammad Said adalah seorang yang pintar, maka secara diam – diam ia mempelajari pantangan – pantangan orang batak Parmalin, dimana salah satu pantangannya adalah tabu berhadapan pedang dengan seseorang yang bugil.

Muhammad Said diangkat menjadi komando pasukan oleh raja, suatu ketika negeri ini dikepung oleh tentara musuh dari segala arah. Muhammad Said beserta tentaranya dikelilingi 360 derajat, hal ini membuat Muhammad Said bingung tetapi dalam kebingungannya Muhammad Said teringat akan pantangan orang batak yang tabu berhadapan pedang dengan seorang yang bugil, maka Muhammad Said memerintahkan tentaranya untuk bugil. Melihat itu tentara musuh lari dan meninggalkan senjata berupa pedang. Pedang itu kemudian dikumpulkan dan dibawa kehadapan raja. Berkatalah Muhammad Said kepada raja “ hi sang raja, kita sudah menang “. Raja berkata “ kalau memang menang, dimanakah tawanan? “ “ tidak ada terjadi pertempuran hai sang raja, karena saya melakukan pantangan – pantangan batak “ jawab Muhammad Said. “ itu adalah perbuatan yang tabu, mengapa engkau melakukannya? “ Tanya raja. “ ini memang adalah hal tabu, tetapi dalam perang segala strategi adalah halal “ jawab Muhammad Said. Kemudian Muhammad Said pulang ke negerinya karena ia teringat akan anak beserta istrinya.

Di belakang makam raja terdapat patung seorang wanita. Wanita itu bernama ANTING MALELA, dia adalah pacar raja. Pada masa dahulu Anting Malela adalah primadona, semua raja ingin menjadikannya istri, tetapi hanya Raja Ompu Soribuntu Sidabutar yang bisa mencuri hatinya. Ketika tiba hari pernikahan dan semua raja telah diundang, tiba – tiba Anting Malela menjerit dan berkata kepada raja “ saya tidak mencintaimu lagi dan saya tidak mau menikah dengan kamu, batalkan pernikahan ini “. Penyebab dari batalnya pernikahan ini adalah karena diantara raja – raja undangan ada yang mengirimkan black magic ke tubuh Anting Malela untuk melinglungkan pikiran gadis itu.

Black magic dalam bahasa bataknya adalah DORMASIJUNDE, yang kegunaannya untuk merusak wanita. Setelah Raja Ompu Soribuntu Siadabutar tahu bahwa Anting Malela terkena guna – guna, maka raja mencoba mengobati dengan menggunakan kekuatannya, tetapi tidak berhasil. Pertemuan dua kekuataan yang berbeda dalam tubuh gadis itu menyebabkan Anting Malela menjadi hilang ingatan / gila. Anting Malela lalu pergi dan meninggalkan daerah Tomok hingga hari ini. Kemudian raja menikah dengan seorang perempuan yang bermarga Samosir, beliau dikaruniai 5 anak laki – laki dan 2 anak perempuan. Raja mencapai umur 105 tahun dan meninggal dunia. Dan digantikan oleh SOLOMPOAN SIDABUTAR, yang merupakan raja terakhir dan yang pertama memeluk agama Kristen Protestan.

Sumber:
http://uwizusu.blogspot.com/2010/03/artefak-danau-toba.html

No comments:

Post a Comment