Friday, March 16, 2012

Candi Portibi, Satu Bukti Kejayaan Masyaraakat Batak


  • Candi Portibi, Satu Bukti Kejayaan Masyaraakat Batak
    Sabtu, 26 Juni 2010 21:36

    Tabagsel, KABARSUMUT.com - Sama seperti di Jawa,di Sumatera utara juga terdapat Candi peningglan Hindu ataupun Budha, seperti Candi Syiwa di Madina, juga Candi Portibi di Paluta, Tabagsel Sumatera Utara.

    Candi-candi di Sumatera punya perbedaan khas dengan candi-candi di Jawa dalam hal bahan pembuatnya. Karena di Sumatera tidak tersedia cukup banyak batu gunung, maka semua candi di Sumatera yang sudah ditemukan terbuat dari bata merah, dan masyarakat Batak saat itu sudah mempunyai kebudayaan dan keterampilan yang lebih baik, dan dapat mengolah bahan bangunan dengan cara lebih baik, seperti pembuatan batu bata untuk bahan pembuatan candi.

    Namun bahan olahan tersebut harus hancur terkikis jaman, candi-candi di Sumatera lebih rapuh daripada candi-candi di Jawa sehingga kondisinya hampir rusak total saat ditemukan.

    Candi Portibi merupakan peninggalan sejarah Batak yang terletak di kabupaten Paluta ( padang Bolak )  Propinsi Sumatera Utara, Kurang lebih 375 – 400 Km dari Medan bila melalui jalur darat, dan hanya 60 Km dari kota Padang sidempuan.

    Kerajaan Portibi di tanah Batak merupakan kerajaan kuno yang sangat unik. Keunikannya terletak di berbagai segi. Keunikan itu misalnya dalam defenisi nama kerajaan tersebut; Portibi.
    Portibi dalam bahasa Batak artinya Dunia atau Bumi. Jadi bila kita artikan Kerajaan Portibi secara leterleks maka berarti Kerajaan Dunia.

    Berbeda dengan kerajaan-kerajaan Batak kuno lainnya, Kerajaan Portibi merupakan kerajaan yang sudah maju dengan sistem bendungan, irigasi dan persawahan selain tambang emas. Kerajaan ini telah dilengkapi dengan sistem pertahanan yang kuat dengan benteng-benteng yang terbuat dari batu berukit. tidak seperti di tempat lain di tanah Batak yang hanya terbuat dari batu gunung yang belum diolah.

    Diduga, kerajaan Portibi sangat erat kaitannya, atau paling tidak, merupakan sekutu dan aliansi kerajaan Batak lainnya, yakni Kerajaan Pane (apaneli ) yang sangat masyhur di dunia Cina dan Arab kuno sebagai pintu masuk ke Sumatera dari arah Timur. Pelabuhan Kerajaan Pane ( Paneli) , di sekitar sungai Barumum dan Batang Pane, Aslab - Tapsel sekarang, merupakan alternarif untuk mendapatkan kapur barus, kemenyan dan emas dari pedalam Sumatera yang dibawa dari daerah pedalaman dan pantai Barat melalui darat ke pantai Timur.

    Bermula dari ekspedisi pasukan Rajendra Cola (lebih kurang tahun 1100 M ) melalui pantai Natal, terus masuk ke daerah-daerah sekitar sungai Barumun, Padang Lawas yang sekarang dikenal dengan Portibi dan beberapa wilayah di sekitar Sungai Batang Angkola di Angkola setelah menguasai Sri Langka.

    Di sekitar daerah tersebut mereka mendirikan kerajaannya dimana sebelumnya telah eksis masyarakat tambang Batak dengan pendatang dari berbagai penjuru dunia terutama dari masyarakat Hindu. Mereka mendirikan koloni lengkap dengan Candi yang sekarang dikenal dengan Biara Sipamutung, sebuah Hindu Temple Complex yang diperkirakan jauh lebih besar dari komplek candi hindu Prambanan di Pulau Jawa.

    Sampai sekarang di daerah Portibi, masih terdapat Candi Bahal I, III dan III. Masih di daerah yang dinamakan Bahal tersebut terdapat sebuah candi terletak di pinggir sungai Batang Pane, sekitar 300 meter dari candi Bahal I. Candi-candi juga terdapat pada desa Bara, Aloban, Rondaman Lombang, Saba Sitahul-tahul dan lain-nya.

    Terdapat juga bendungan kuno raksasa di desa Aloban (rura Sitobu). Berukuran panjang sekitar 150 meter, lebar sekitar 15 m, juga bendungan lainnya di Sihaborgoan. Kedua bendungan tersebut tidak lagi diketahui oleh masyarakat sejarahnya karena diperkirakan seumur dengan candi-candi tersebut. .

    Namun yang disayangkan  keberadaan peninggalan sejarah berupa candi purbakala ini kian waktu kian terpuruk kelestariannya. Semua bekas peninggalan tambang kuno tersebut, kini hanya jadi onggokan puing yang terabaikan hingga sekarang.(ab)



No comments:

Post a Comment