Thursday, March 15, 2012

Opera Batak: Pagelaran opera batak memerlukan persiapan yang matang


Opera Batak:
Pagelaran opera batak memerlukan persiapan yang matang

Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) akan menampilkan opera batak dalam empat bahasa pad satu panggung. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Karo, Simalungun, Toba dan Indonesia. Hal ini adalaha suatu pencapaian baru dalam kesenian opera batak karena biasanya opera batak identik dengan bahasa Toba, tapi opera kali ini juga akan mengangkat bahasa Karo dan Simalungun. Bahasa Indonesia akan digunakan untuk menjembatani para penonton yang tidak menguasai bahasa-bahasa batak tersebut.

Pagelaran opera tersebut akan berlangsung di Taman Budaya Sumatera Utara, Medan pada tanggal 11-12 Maret 2011. Pagelaran kali ini akan berjudul Si Jonaha (Si Jenaka). Dalam pagelaran opera batak kali ini dikisahkan tentang Si Jonaha yang pintar mengakali orang. Ketika kecil Si Jonaha tinggal bersama pamannya di tanah Karo, lalu ketika beranjak remaja ia pindah ke Simgalungun dan akhirnya menetap di tanah Toba ketika ia dewasa. Kisah konyolnya akan menghiasi seluruh rangkaian komedi dalam opera ini.

Opera ini adalah hasil karya Thompson HS yang menjadi sutradara sekaligus penulis naskah dan menampilkan maestro opera batak Alister Nainggolan dan Zulkaidah boru Harahap. Pagelara ini adalah hasil produksi dari Ojax Manalu yang bertindak sebagai pemimpin produksi.

Sejarah dari kesenian opera batak itu sendiri dapat ditelusuri hinga ke tahun 1925 ketika Tilhang Gultom mendirikan sebuah kelompok seni bernama Tilhang Parhasapi. Kelompok seni itu mempertunjukkan cerita-cerita yang menggambarkan kehidupan masyarakat batak, digabung dengan nyanyian, tarian dan musik batak. Ketika itu alat-alat musik yang dipergunakan masih sangat sederhana, yaitu hanya menggunakan hasapi (kecapi).

Beberapa waktu kemudian Tilhang Parhasapi berubah nama menjadi Tilhang Opera Batak. Setelah Tilhang Gultom meninggal dunia, kelompok opera ini diteruskan oleh puteranya yang bernama Gustafa Gultom yang kemudian pada tahun 1954 mengganti nama kelompok opera ini menjadi SERINDO (Seni Ragam Indonesia).

Pada tahun 1971, para pendiri SERINDO mendapat penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI atas jasanya membina, menggali, melestarikan serta mengembangkan unsur-unsur kesenian daerah batak. (sig)

Sumber:
http://www.adatbataktoba.davidsigma.com/opera-batak/

No comments:

Post a Comment