Friday, March 23, 2012

SEJARAH BATAK - II

SEJARAH BATAK - II


1293 – 1339 M
Penetrasi orang-orang Hindu yang berkolaborasi dengan Bangsa Jawa mendirikan Kerajaan Silo, di Simalungun, raja pertama bernama Indra Warman dengan pasukan yang berasal dari Singosari. Pusat Pemerintah Agama ini berkedudukan di Dolok Sinumbah. Kelak direbut oleh orang-orang Batak dan di atasnya didirikan cikal bakal kerajaan-kerajaan Simalungun dengan identitas yang terpisah dengan Batak. Kerajaan Silo ini terdiri dari dua level masyarakat; Para Elit yang terdiri dari kaum Priayi Jawa dan masyarakat yang terdiri dari kelompok Marga Siregar Silo.

1331 – 1364 M
Di Nusantara, Kerajaan Majapahit tumbuh menjadi sebuah Negara Superpower. Sebelumnya, Sebagian Eropa Barat dan Timur sampai ke Kazan Rusia, Asia Tengah dan Afrika Utara dan tentunya Timur Tengah didominasi Kekuatan Arab yang juga menguasai Samudera India, Atlantik dan sebagin Samudera Pasifik.. Kekuatan Persia-Mongol tampak di India, Pakistan, Banglades dan sebagian China dan Indo-Cina serta beberapa kepulauan Nusantara, mereka tidak kuat di laut. China menguasasi sebagian Samudera Pasifik khususnya laut China Selatan. Sementara itu di pedalaman Eropa manusia masih hidup dalam pengaruh Yunani dan Romawi yang Animis, mereka kemudian menjadi perompak dan pembajak laut. Di daerah Nusantara kaum Hokkian menguasasi jaringan ‘garong’ perompak yang terkadang lebih kuat dari kerajaan-kerajaan kecil melayu. Para pembajak laut Eropa sesekali diboncengi kaum Fundamentalis Yahudi dan pendatang baru; kaum trinitas Gereja Barat yang berseberangan dengan Gereja timur yang unitarian dan menaruh dendam kesumat atas kejayaan Arab.
Prapanca, seorang pujangga Majapahit abad ke-14, yang masyhur mengatakan di dalam Negara Kertagama bahwa Barus merupakan salah satu negeri Melayu yang penting di Sumatera. Negeri Barus menjadi terkenal karena masyarakat Batak di Sumatera saat itu, Batak Pesisir, menggunakan Bahasa Melayu sebagai Lingua Franca.
1339 M
Pasukan ampibi Kerajaan Majapahit melakukan infiltrasi di muara Sungai Asahan. Dimulailah upaya invasi terhadap Kerajaan Silo. Raja Indrawarman tewas dalam penyerbuan tersebut. Kerajaan Silo berantakan, keturunan raja bersembunyi di Haranggaol.
Pasukan Majapahit di bawah komando Perdana Menteri Gajah Mada, mengamuk dan menghancurkan beberapa kerajaan lain; Kerajaan Haru Wampu serta Kesyahbandaran Tamiang (sekarang Aceh Tamiang) yang saat itu merupakan wilayah kedaulatan Samudra Pasai.
Pasukan Samudra Pasai, di bawah komando Panglima Mula Setia, turun ke lokasi dan berhasil menyergap tentara Majapahit di rawa-rawa sungai Tamiang. Gajah Mada bersama pengawal pribadinya melarikan diri ke Jawa meninggalkan tentaranya terkepung oleh pasukan musuh.
Para Keturunan Indrawarman kembali ke kerajaan dan mendirikan kerajaan baru bernama Kerajaan Dolok Silo dan Kerajaan Raya Kahean.
1339 M
Kerajaan Dolok Silo dan Raya Kahean berakulturasi menjadi kerajaan Batak Simalungun, namun tetap berciri khas Hindu Jawa absolut. Konon kerajaan ini mampu berdiri selama 600 tahun. Menjadi dinasti tertua di kepulauan Indonesia di abad 20. Sekitar 250 tahun lebih tua dari Dinasti Mataram di Pulau Jawa.
Pada saat yang sama dua kerajaan lain muncul kepermukaan; Kerajaan Siantar dan Tanah Jawa. Raja di Kerajaan Siantar merupakan keturunan Indrawarman, sementara Tanah Jawa, dipimpin oleh Raja Marga Sinaga dari Samosir. Penamaan tanah Jawa untuk mengenang Indrawarman.
1350 M
Kelompok Marga Siregar bermigrasi ke Sipirok di Tanah Batak Selatan.
1416 – 1513 M
Pasukan Cina dibawah komando Laksamana Haji Sam Po Bo, Cheng Ho, dalam armada kapal induk mendarat di Muara Labuh di muara Sungai Batang Gadis. Salah satu misi mereka yakni mengejar para bandit dari suku Hokkian tercapai. Sebelum berangkat, pasukan Cheng Ho yang berjumlah ribuah itu mendirikan industri pengolahan kayu dan sekaligus membuka pelabuhan Sing Kwang atau Singkuang dalam lidah lokal yang berarti Tanah Baru.
1416-1513 M
Orang-orang Tionghoa yang beragama Islam mulai berdatangan ke Sing Kwang dan berasimilasi dengan penduduk khususnya kelompok marga Nasution. Para Tionghoa tersebut membeli Kayu Meranti dari pengusaha setempat dan mengirimkannya ke Cina daratan untuk bahan baku tiang istana, kuil dan tempat ibadah lainnya.
1419-1444 M
Nicolo Di Conti dari Venesia tahun 1419-1444 mengadakan perjalanan ke Barus dan menyebutkan kapur dalam bukunya. Seorang navigator atau mualim Arab Ahmad bin Majid menulis dalam bukunya Kitab al-Fawa’id fi usul al-Bahr wa al-Qawaid (c 1489-1490) bahwa kapur Barus ada di bagian utara Sumatera yaitu antara garis katulistiwa sampai tiga derajat lintang utara (Marsden 1811: 149f)
1450-1500 M
Islam menjadi agama resmi orang-orang Batak Toba, khususnya dari kelompok marga Marpaung yang bermukim di aliran sungai Asahan. Demikian juga halnya dengan Batak Simalungun yang bermukim di Kisaran, Tinjauan, Perdagangan, Bandar, Tanjung Kasau, Bedagai, Bangun Purba dan Sungai Karang.
Perubahan terjadi di konstelasi politik dunia. Para bajak laut Eropa mulai mencari target operasi baru di kepulauan Nusantara yang hilir mudik dilalui para pedagang-pedagang Internasional; Arab, Afrika, India, Gujarat, Punjabi, Yunnan dan tentunya kelompok bajak laut lokal; Hokkian.
1450-1818 M
Kelompok Marga Marpaung menjadi supplier utama komoditas garam ke Tanah Batak di pantai Timur. Splendid isolation Bangsa Batak mulai terkuak. Yang positif bisa masuk namun tidak yang negatif.
Mesjid pribumi pertama didirikan oleh penduduk setempat di pedalaman Tanah Batak; Porsea, lebih kurang 400 tahun sebelum mesjid pertama berdiri di Mandailing. Menyusul setelah itu didirikan juga mesjid di sepanjang sungai Asahan antara Porsea dan Tanjung Balai. Setiap beberapa kilometer sebagai tempat persinggahan bagi musafir-musafir Batak yang ingin menunaikan sholat. Mesjid-mesjid itu berkembang, selain sebagai termpat ibadah, juga menjadi tempat transaksi komoditas perdagangan. Siapapun berhak membeli, tidak ada diskriminasi agama. Toleransi antara Islam dan agama orang Batak yakni parmalim berlangsung begitu erat dan hangat.
1451 M
Mazhab Syafii berkembang pesat di Tanah Batak. Khusunya bagi mereka yang mendiami area Padang Lawas, di daerah Sungai Rokan dan Sungai Barumun. Didirikan mesjid-mesjid di Daludalu, Tambusai, Langgapayung dan Sunggam.
Juga orang-orang marga Marpaung, pedagang garam di daeran pengaliran Sungai Asahan. Pada tahun 908H/1501M didirikan mesjid di Porsea Uluan. Dekat jembatan panjang yang sekarang.
Mazhab Syafii juga berkembang pesat di komunitas Batak Simalungun khususnya daerah Tinjauan, Perdagangan, Bandar, Bedagai dan Bangun Purba. Mereka kebanyakan berasal dari marga Sinaga dan Damanik. Pada zaman modern sekarang ini (2006) di Simalungun telah terpilih langsung dalam pilkada Kabupaten Simalungun seorang putera daerah Zulkarnaen Damanik sebagai Bupati Simalungun.
1508 M
Kerajaan Haru Wampu yang berpopulasi orang-orang Batak Karo diinvasi oleh Kesultanan Aceh. Dalam perkembangan politik berikutnya para keturunan Raja Haru Wampu mendirikan kerajaan baru yang menjadi cikal bakal Kesultanan Langkat.
1508-1523 M
Kesultanan Haru Delitua tetap eksis di daerah pengairan Sungai Deli namun kedulatannya berada dalam otoritas Kesultanan Aceh. Penduduknya merupakan Batak Karo yang sudah memeluk agama Islam. Setelah melemahnya dominasi Kesultanan Aceh, Kesultanan ini bertransformasi menjadi Kesultanan Deli.
Kelompok bajak laut Eropa setelah beberapa lama dikucilkan karena perangai ‘garongnya’ mulai memperkenalkan diri kepada kerajaan-kerajaan nusantara sebagai ‘pedagang damai’. Taktik ini diambil agar mereka dapat melakukan penetrasi ke wilayah kerajaan untuk pemetaan dan penentuan titik-titik serangan untuk devide et impera.
1510 M
Dinasti Sori Mangaraja, yang berpusat di Sianjur Limbong Mulana, dikudeta oleh Kelompok Marga Manullang. Kejayaan dinasti ini, setelah 90 generasi berturut-turut memerintah, lenyap. Dinasti ini sendiri terdiri dari Kelompok Marga Sagala dari kubu Tatea Bulan.
1511 M
Pada permulaan abad-16, Tome Pires-seorang pengembara Portugis- yang terkenal dan mencatat di dalam bukunya Suma Oriental bahwa Barus merupakan sebuah kerajaan kecil yang merdeka, makmur dan ramai didatangi para pedagang asing.
Dia menambahkan bahwa di antara komoditas penting yang dijual dalam jumlah besar di Barus ialah emas, sutera, benzoin, kapur barus, kayu gaharu, madu, kayu manis dan aneka rempah-rempah.
Seorang penulis Arab terkenal Sulaiman al-Muhri juga mengunjungi Barus pada awal abad ke-16M dan menulis di dalam bukunya Al-Umdat Al-Muhriya fi Dabt Al-Ulum Al-Najamiyah (1511 M) bahwa Barus merupakan tujuan utama pelayaran orang-orang Arab, Persia, dan India. Barus, tulis al-Muhri lagi, adalah sebuah pelabuhan yang sangat terkemuka di pantai Barat Sumatera.
Pada pertengahan abad ke-16 seorang ahli sejarah Turki bernama Sidi Ali Syalabi juga berkunjung ke Barus, dan melaporkan bahwa Barus merupakan kota pelabuhan yang penting dan ramai di Sumatera.
Sebuah misi dagang Portugis mengunjungi Barus pada akhir abad ke-16, dan di dalam laporannya menyatakan bahwa di Kerajaan Barus, benzoin putih yang bermutu tinggi didapatkan dalam jumlah yang besar. Begitu juga kamfer yang penting bagi orang-orang Islam, kayu cendana dan gaharu, asam kawak, jahe, cassia, kayu manis, timah, pensil hitam, serta sulfur yang dibawa ke Kairo oleh pedagang-pedagang Turki dan Arab. Emas juga didapatkan di situ dan biasanya dibawa ke Mekkah oleh para pedagang dari Minangkabau, Siak, Indragiri, Jambi, Kanpur, Pidie dan Lampung.
1516-1816 M
Di Daerah Batak Selatan, dengan populasi Tatea Bulan, Dinasti Sori Mangaraja meneruskan pengaruhnya di Sipirok. Secara de jure diakui oleh masyarakat Marga Siregar, Harahap dan Lubis. Secara mayoritas masyarakat marga Nasution juga memberikan pengakuan sehingga Dinasti Sisingamagaraja yang memerintah tanah Batak seterusnya, berpusat di Bakkara, tidak mendapat pengakuan yang menyeluruh.
Dinasti Sorimangaraja:
1. Sorimangaraja I-XC (1000 SM-1510M)
2. Sorimangaraja XC (1510). Dikudeta oleh orang-orang marga Simanullang
3. Raja Soambaton Sagala menjadi Sorimangaraja XCI
4. Sorimangaraja CI (ke-101) 1816 M dengan nama Syarif Sagala masuk Islam.
1513 M
Kesultanan Aceh merebut pelabuhan-pelaburan pantai barat Pulau Andalas, untuk dijadikan jalur baru perdagangan internasional ke Maluku via selat Sunda. Bajak laut Portugis menutup dan melakukan aksi bajing loncat di Selat Malaka. Portugis mulai membawa kebencian agama ke Nusantara; diskriminasi agama diterapkan dengan melarang pedagang Islam melalui Malaka. Cina Islam, Arab dan penduduk nusantara menjadi korban pelecehan gaya Eropa.
Pengaruh internasionalisasi pelabuhan di Andalas, penduduk lokal Batak di lokasi tersebut; Singkil, Pansur, Barus, Sorkam, Teluk Sibolga, Sing Kwang dan Natal memeluk Islam setelah sebelumnya beberapa elemen sudah menganutnya.
Kelompok Marga Tanjung di Pansur, marga Pohan di Barus, Batu Bara di Sorkam kiri, Pasaribu di Sorkam Kanan, Hutagalung di Teluk Sibolga, Daulay di Sing Kwang merupakan komunitas Islam pertama yang menjalankan Islam dengan kaffah.
1513-1818 M
Komunitas Hutagalung dengan karavan-karavan kuda menjadi komunitas pedagang penting yang menghubungkan Silindung, Humbang Hasundutan dan Pahae. Marga Hutagalung di Silindung mendirikan mesjid lokal kedua di Silindung.
Di Jerman, Kaum Protestan melepaskan diri dari hegemoni Gereja Katolik Roma.
1513 M
Puncak perkembangnya mazhab syiah di Tanah Batak. Dengan cirri khasnya; perayaan Tabut Hassan dan Hussein. Mereka itu adalah orang-orang Batak di tanah Pesisir Barat, Barus, Teluk Sibolga, dan Natal. Mereka kebanyakan dari marga Pohan.
Juga pada komunitas Hutagalung, pedagang garam di tepi teluk Sibolga. Pada tahun 921H/1514M didirikan mesjid syiah di kampung Hutagalung, Horian di Silindung. Komunitas Hutagalung yang menguasai alur perdagangan di teluk Sibolga, sampai ke daerah Silindung, Humbang dan Pahae ini, mendirikan banyak mesjid di Silindung sebelum akhirnya diruntuhkan Belanda saat menjajah tanah Batak. Tokoh Hutagalung yang terkenal saat ini, yang terdokumentasi, adalah Amir Hussin Hutagalung, bergelar Tuanku Saman lahir 1819M dan meninggal tahun 1837M, yang semasa dengan Tuanku Rao; Amiruddin Sinambela. Ayah dari Tuanku Saman adalah Kulipah Abdul Karim Hutagalung yang menjadi imam mesjid di Silindung. Yang terakhir ini diyakini telah berubah menjadi Sunni
Mazhab Syiah juga berkembang di komunitas Batak Karo Dusun di Deli Tua.
1523 M
Orang-orang Eropa tidak sabar untuk menjarah Nusantara. Kesultanan Karo Muslim di Haru Delitua dimusnahkan oleh kaum Portugis. Ratu Putri Hijau, yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan raja-raja Aceh, tewas. Sambil berzikir sang ratu diikat di mulut meriam lalu diledakkan. Kebrutalan perang diperkenalkan oleh bangsa Eropa.


Sumber:

No comments:

Post a Comment