Sunday, January 10, 2016

HUTA SIALLAGAN (AMBARITA)

HUTA SIALLAGAN (AMBARITA)
Oleh: Uli Kozok

23 September 2014:
Kepada mereka yang tempohari ikut nimbrung di FB Saut Situmorang soal Huta Siallagan – perkampungan yang dikelilingi batu besar termasuk di antara Batu Persidangan yang konon dipakai sebagai tempat eksekusi hukuman mati. Berbagai cerita yang sedap-sedap ngeri disajikan kepada para wisatawan yang berkunjung kepada situs tersebut. Antara lain diceritakan bahwa situs megalit tersebut berusia 300 tahun, dan bahwa para tahanan dieksekusi di situ dengan cara yang paling kejam.

Ini keterangan yang saya peroleh dari Bapak Jean-Pierre Barbier-Mueller yang di antara tahun 1974 dan 1978 beberapa kali singgah di Huta Siallagan untuk mewawancarai penduduk: Awalnya, di sekitar tahun 1920an, hanya ada satu batu di Huta Siallagan yang selalu kalah dengan batu Raja Sidabutar di Tomok. Kesal karena para wisatawan hanya berkunjung ke Tomok maka Raja Hendrik Siallagan mulai membangun berbagai jenis pahatan batu termasuk patung, kursi, dan meja. Pembangunan berlangsung selama beberapa tahun dan selesai dibangun pada sekitar tahun 1937. Karena batu-batu pahatan Raja Hendrik maka Ambarita akhirnya menjadi atraksi wisata yang tidak kalah lagi dengan Tomok.
Ketika berkunjung ke sana tahun 1974 kata Pak Jean-Pierre yang kini berusia 83 tahun, tidak ada cerita bahwa batu-batu itu dipakai sebagai batu persidangan. Soalnya orang tahu semua bahwa Raja Hendriklah yang membangunnya untuk mendatangkan wisatawan. Jadi kisah yang berdarah yang selama ini diceritakan kepada wisatawan baru muncul setelah tahun 1970an. Cerita tsb. memang hanya isapan jempol belaka (tetapi sangat laris buat sibontar mata yg berkunjung ke sana) karena pada waktu batu persidangan didirikan Samosir sudah lama berada di bawah kekuasaan Belanda.



Sumber:
https://www.facebook.com/uli.kozok/posts/10152401523869849





No comments:

Post a Comment