Wednesday, June 3, 2015

Raja Sisingamangaraja XII Gugur Bersama Dua Putranya

Raja Sisingamangaraja XII Gugur Bersama Dua Putranya

Raja Sisingamangaraja XII gugur bersama dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi serta putrinya Lopian. Drama teatrikal Perjuangan Sisingamangaraja ini dipentaskan dalam rangka Hari Pahlawan, Senin (10/11), di Alun-alun Kota Gunung Tua. (ASMAR SIREGAR/METRO TABAGSEL)
Raja Sisingamangaraja XII gugur bersama dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi serta putrinya Lopian. Drama teatrikal Perjuangan Sisingamangaraja ini dipentaskan dalam rangka Hari Pahlawan, Senin (10/11), di Alun-alun Kota Gunung Tua. (ASMAR SIREGAR/METRO TABAGSEL)
METROSIANTAR.com, PALUTA – Raja Sisingamangaraja XII gugur bersama dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi serta putrinya Lopian dalam pertempuran dengan Belanda di pinggir sungai Aek Sibulbulon, perbatasan Tapanuli Utara dan Dairi sekarang pada tahun 1907.
Raja Sisingamangaraja XII gugur diterjang peluru marsuse Belanda pimpinan Kapten Christoffel.
Kisah heroik ini kembali ditampilkan pada upacara peringatan Hari Pahlawan di Alun-alun Kota Gunung Tua, Kecamatan Padang Bolak, dalam bentuk drama teatrikal perjuangan Raja Sisingamangaraja XII.

Drama ini ditampilkan puluhan siswa-siswi SMA Negeri 1 Padang Bolak bekerjasama dengan personel Kompi 123 Rajawali C Gunung Tua dan berhasil memukau para penonton dan sebagian penonton terlihat menyeka air mata karena terharu.
Hadir pada kegiatan ini antara lain Wabup H Riskon Hasibuan SE, Wakil Ketua DPRD Paluta H Hariro Harahap SE MSi dan Basri Harahap, Plt Sekda Paluta Tongku Palit Hasibuan SE Ak MSi, Danramil 05/PB Kapten (Inf) Himsar Harahap, Komandan Kompi 123 Rajawali C Kapten (Inf) Zulpikar Siregar, Kapolsek Padang Bolak AKP J Butar-butar, Kajari Gunung Tua Arie Sudihar SH Mhum, para veteran serta undangan lainnya.
Drama teatrikal yang mengisahkan perjuangan Raja Sisingamangaraja XII yang dengan segala upaya mempertahankan Tanah Batak dari tangan penjajah, dimulai dari salah satu siswa SMA Negeri 1 Padang Bolak yang berperan sebagai Sisingamangaraja XII yang muncul ke lapangan.
Sisingamangaraja XII dinobatkan menjadi Raja Batak di usia 19 tahun. Sampai pada tahun 1886, hampir seluruh Sumatera sudah dikuasai Belanda kecuali Aceh dan Tanah Batak yang masih berada dalam situasi merdeka dan damai di bawah pimpinan Raja Sisingamangaraja XII yang masih muda.
Rakyat bertani dan beternak, berburu dan sedikit-sedikit berdagang. Raja Sisingamangaraja XII dikenal dengan anti perbudakan, anti penindasan dan sangat menghargai kemerdekaan. Belanda pada waktu itu masih mengakui Tanah Batak sebagai De Onafhankelijke Bataklandan (Daerah Batak yang tidak tergantung pada Belanda).
Tahun 1907, pasukan Belanda yang dinamakan pasukan Kolonel Macan atau Brigade Setan mengepung Sisingamangaraja XII. Tetapi Sisingamangaraja XII tidak bersedia menyerah. Ia bertempur sampai titik darah penghabisan. Boru Sagala, isteri Sisingamangaraja XII, ditangkap pasukan Belanda. Ikut tertangkap putra-putri Sisingamangaraja XII yang masih kecil, Raja Buntal dan Pangkilim. Menyusul Boru Situmorang, Ibunda Sisingamangaraja XII juga ditangkap, menyusul Sunting Mariam, Putri Sisingamangaraja XII dan pengikutnya yang lain.
Tahun 1907, di pinggir sungai Aek Sibulbulon, di suatu desa yang namanya Si Onom Hudon, di perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang, gugurlah Sisingamangaraja XII oleh peluru marsuse Belanda pimpinan Kapten Christoffel.
Sisingamangaraja XII gugur bersama dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi serta putrinya Lopian.
Demikianlah sepenggal kisah Raja Sisingamangaraja XII yang di bawakan oleh pelajar SMA Negeri 1 Padang Bolak yang dibimbing Kepala Sekolah H Ali Usman Siregar SPd dan Pangudutan Dalimunthe selaku pelatih.
Kepala Sekolah H Ali Usman Siregar melalui guru pelatih Pangudutan Dalimunthe mengatakan bahwa perjuangan Raja Sisingamangaraja XII tak mengenal kata menyerah, tanpa mau berunding dengan penjajah, tanpa pernah ditawan, gigih, ulet, militan. Raja Sisingamangaraja XII selama 30 tahun, selama tiga dekade, telah berjuang tanpa pamrih dengan semangat dan kecintaannya kepada tanah air dan kepada kemerdekaannya yang tidak bertara.
“Itulah yang dinamakan semangat juang yang perlu diwarisi seluruh bangsa Indonesia, terutama bagi generasi muda,” sebut Parudutan Dalimunthe
Pantauan Metro Tabagsel, saat drama teatrikal berlangsung, terlihat sejumlah penonton khususnya para veteran menangis tersedu-sedu, terlebih di saat Raja Sisingamangaraja XII gugur bersama dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi serta putrinya Lopian. (mag-02)

Sumber:
http://www.metrosiantar.com/2014/11/11/164458/raja-sisingamangaraja-xii-gugur-bersama-dua-putranya/

No comments:

Post a Comment