ARTI BATAK
Februari 24, 2012 oleh Hesperonesia
Kata Toba dan Bata (Batak) sama-sama menggunakan dua kata dasar yang sama hanya di balik saja yaitu Tao-Bah dan Bah-Tao. Kata ba/bah mengandung arti dualisme ‘bah-agia’ dan ‘bah-aya’. Yang membahagiakan adalah ba/bua/bue (‘buah-buahan’) dan yang membahayakan adalah bah (musibah, air-bah, bencana). Sementara kata ta/tao mengarah ke poros, pusat, danau. Baik Bata ataupun Toba bisa menjadi wilayah surgawi sekaligus pusat bencana.
Sementara untuk manusianya sendiri bisa berarti ‘manusia-surgawi’ sekaligus ‘manusia yang selamat dari bencana’ karena di dalam rumpun bahasaHesperonesia kata yang berhubungan dengan to, ito, tu, tau, tao, thao, taw, tawu, umumnya memang berhubungan dengan manusia, seperti Toar (To’ar, To-Ra) Minahasa artinya ’manusia-matahari’, begitu pula kata Toraja atau Toraya, tidak jauh berbeda, kemudian Tu dalam bahasa Maori artinya; manusia atau umat manusia. Menurut tradisi Maori Tu adalah nama dewa perang dan umat manusia adalah keturunannya. Manusia oleh Hawaii di sebut Ku mengarah ke ‘aku’ dalam khasanah bahasa Indonesia. Jika kata Tora di balik tetap berhubungan dengan manusia-matahari seperti Ratu atau Latu gabungan dari kata Ra (matahari) dan Tu (manusia) yang kita ketahui sebagai gelar pemimpin pria atau wanita di berbagai tradisi Austronesia (ratu, latu, datu).
Istilah Hesperonesia saya salin dari penelitian yang di lakukan Bernd Nothofer dalam sebuah rekonstruksi bahasa-bahasa pra-sejarah kepada 30 bahasa dominan di Nusantara. Menurutnya Batak, Nias, Gayo, Simalur, Mentawai, dan Enggano, merupakan yang tersisa dari bahasa-bahasa budaya kuno di wilayah Sundaland-Barat. Ia lalu menghubungkannya dengan yang tersisa di Sundaland-Timur seperti Sulawesi Utara, Filipina Selatan, dan Borneo Utara (Embaloh, Kayan). Secara keseluruhan yang tersisa dari Sundaland ini ia sebut Hesperonesia Kuno atau Paleo-Hesperonesia (Oppenheimer). Ahli genetik, Stephen Oppenheimer, kemudian melebarkan rumpun Hesperonesia Kuno ini hingga ke Borneo timur, timur laut, termasuk para “gipsi laut” yang tersebar luas di Asia Tenggara (suku Baju, Bajo, Bajau, Bajo-Laut, Sama-Bajau).
Arti kata Batak yang paling umum di gunakan adalah; pengembara, petualang, warna bata (kemerahan), dan batang (jalur, arus, badan, tubuh, sungai, pohon, buah, biji). Jadi Batak merupakan pengembara atau petualang yang mencari tanah subur (merah), alur sungai, dan pepohonan. Pengembaraan ini berdasarkan ‘jalur-matahari’ atau ‘pengembaraan-matahari’ atau bata-ra atau raja-bata (raya-bata). Dengan tambahan kata Guru di belakang Batara maka menjadi ‘pengembaraan matahari sebagai guru (penuntun)’.
Matahari
|
Bahasa
|
Ra
|
Māori
|
Araw
|
Tagalog
|
Ari/Are
|
Toba, Minahasa
|
Ra’a
|
Rapa Nui (pulau Paskah)
|
La
|
Hawaii
|
Alo
|
Toraja
|
rau-*
|
Sera, Sissano
|
rato-*
|
Are’are
|
ra, ra’a-*
|
Oceanik
|
lara-*
|
Aru
|
lea-*
|
Ambon
|
Kata ‘guru’ juga sebenarnya berasal ari kata gur mengandung arti panas sekali(gur) atau mendidih (gura), sebutan ini sepertinya untuk satu bintang yang paling terang pada malam hari lebih kita kenal dengan nama Sirius (Yunani: “teramat panas”, “menyala-nyala”). Terlebih lagi Matahari, Bulan, dan bintang Sirius merupakan tiga benda langit utama yang umum di berbagai tradisi dunia.
Sirius sangat penting bagi pelaut-pelaut Polinesia sebagai penuntun ketika mereka menjelajahi samudra Pasifik yang luas itu. Sirius adalah pengganti matahari jika berlayar pada malam hari, di kenal sebagai ‘brenna (obor) Loki’ oleh Skandinavia, A’a (Hawaii), Ta-kuru-a (Maori), Tau-ua (kepulauan Marquesas), dan Rehua (Tahiti dan Salandia Baru). Semuanya mengandung arti sama (panas, menyala, cemerlang, dsb). Tiga bintang ini juga sesuai dengan ‘Tiga-Abadi’ atau siklus tiga karakter pada awal kehidupan (Bapak, Ibu, Anak) seperti Toba (matahari), Dekke (bulan), dan Samosir (Sirius), juga bisa di bandingkan dengan Toar-Suami/ Lumimuut/ Toar-Anak, atau Horus-Tua/ Hathor/ Horus-Anak, atau Eros I/Virgo/Eros II, dan sebagainya.
Sirius (Mesir; Sihor), dalam prosesnya, mengalami perubahan-perubahan dari bintang yang yang paling ‘panas’ menjadi konstelasi berbentuk runcing (Mesir; Sopdet, Yunani; Sothis), panah, busur-panah, pemanah (Persia, Mesir, China), lalu menjadi anjing, rubah, atau serigala (Romawi; Canis Major, Asiria; Kalbu Samash, China; Tianlang). Dari ‘panas’ hingga menjadi seekor anjing, memperkuat betapa pentingnya bintang paling terang ini sebagai penuntun ketika berlayar pada malam hari. Terkadang letak moncongnya menjadi penentu di mana letak matahari terbit.
Kuri | Anjing | Maori |
Kuri, Uri | Anjing | Tahiti |
Korii- | Anjing | Anutan |
Kurii- | Anjing | Tikopian |
gu:r | Anak anjing | Ibrani |
guryo: | Anak Anjing | Aramaik (Suriah, Kanaan) |
Cruise | Berlayar, meluncur, menjelajah | Inggris |
Cross, crux, cruz | Silang (x), Salib (+) | Inggris, Latin |
Kur | Dunia bawah, gunung, darat | Sumeria |
Kur | Mahluk dunia bawah di potong2 | Sumeria |
Kur | Gigit (moncong?) | Sumeria |
Ur | Anjing, srigala | Sumeria |
Ur | Manusia (urang, orang) | Sumeria |
Ur | Asli, pangkal, asal-muasal | Sumeria |
Uri, Uli | Anjing | Samoa |
‘uri* | Anjing | Rapanui |
‘ilio* | Anjing | Hawaii |
Koli* | Anjing | Fiji |
Sundaland sendiri dalam mitologi Batak di sebut Banua, sebuah dataran luas terdiri dari tiga tingkatan; dataran tinggi (ginjang), pesisir (tonga), dan lembah-sungai (toru). Makin ke bawah makin subur wilayahnya tetapi juga yang paling sering di timpa bencana.
Kata
|
Arti
|
Tradisi
|
Henua | Dunia | Polinesia |
Banua | Dunia, negeri, wilayah | Batak |
Banua | Wilayah atas, utara, langit | Nias |
Banua | Rumah, pemukiman | Toraja |
Banua | Rumah, Pemukiman | Dayak |
Wanua | Rumah, Pemukiman | Minahasa |
Buana | Alam, Dunia, Bumi | Nusantara |
Benua | Dataran Kontinental | Indonesia |
Bukti-bukti pembersihan hutan berusia 8000 tahun di sekeliling danau Toba (Maloney dan McCormac), menurut Oppenheimer, merupakan aktifitas setelah banjir bah terakhir dari tiga seri yang terjadi (Oppenheimer) di susul aktifitas perdagangan maritim di timur Indonesia sekitar 7000 tahun lalu. Usulan perdagangan maritim terawal ini di keluarkan oleh Wilhem Solheim, arkeolog senior yang khusus menangani sejarah di Asia Tenggara. Ia juga mencetuskan istilah JKPMN atau Jaringan Komunikasi dan Perdagangan Maritim Nusantao untuk bangsa-bangsa maritim yang lalu-lalang di kawasan samudra Asia-Pasifik tersebut. Menurutnya keturunan JKPMN sekarang adalah suku-suku laut yang tersebar luas di Asia Tenggara (suku Baju, Bajo, Bajau, Bajo-Laut, Sama-Bajau).
Usulan Solheim berdasarkan penemuan-penemuan berupa obsidian-obsidian kepulauan Admiral (Pasifik) di utara Borneo, dan sebaliknya, sisa-sisa berupa tanaman-tanaman Asia Tenggara di duga untuk stimulan (tradisi-kunyah) di temukan di Melanesia (Jarak dari Borneo ke Passifik Barat kurang lebih 3500 km) (Oppenheimer). Terlebih lagi bukti-bukti agrikultur dengan sistem drainase di temukan di Papua. Bukti-bukti tertua menunjukkan angka 9000 tahun lalu di Kuk Swamp di Papua Nugini (kuk Swamp –wikipedia) berupa talas-umbi (taro), dan kultivasi pisang dan tebu hampir 7000 tahun yang lalu.
Di temukan juga bukti keberadaan taro di kepulauan Solomon yang di duga sejak 25.000 tahun lalu, menjadikan kultivasi talas-umbi sebagai bukti agrikultur tertua di dunia (Neolitihic revolution – wikipedia). Penduduk berbahasa Papua di duga sampai ke kepulauan Solomon sekitar 30.000 tahun yang lalu (solomon islands –wikipedia).
Tiga banjir yang di maksud Oppenheimer mungkin MWP atau Meltwater Pulse (kenaikan permukaan air laut akibat es, salju, gletser, yang meleleh menjadi masa air yang besar), antara lain MWP 1A, yang terjadi sekitar 14.000 tahun lalu, MWP 1B sekitar 11.500 tahun lalu, dan MWP 1C sekitar 8000 tahun lalu (Gornitz). Permukaan air laut yang 120 meter lebih rendah di banding sekarang, naik akibat rentetan banjir-banjir tersebut. Bandingkan dengan Laut Jawa, Selat Bali, Selat Karimata, yang merupakan laut-laut dangkal dengan kedalaman rata-rata 50 meter.
Beberapa mitologi juga mengindikasikan peristiwa-peristiwa itu seperti kisah Sidhi Mantra dan Manik Angkeran dalam mitologi Bali, kedua karakter terpisah karena naiknya permukaan laut yang sekarang menjadi Selat Bali, bisa di bandingkan dengan kisah Anpu dan Bata dalam mitologi Mesir (tertulis di papirus berusia 3000 an tahun, dewa yang di sebut-sebut adalah Ennead atau Sembilan Dewa yang merupakan aspek-aspek dewa penuntas Atum, mirip Nawa Dewata dalam ajaran Bali).
—————————————————————————————————
REFERENSI;
Stephen Oppenheimer: “Eden in the East”
“Austric in India” (2009) oleh: Paul Manansala dan Torsten Pedersen
“Sumerian Lexicon” oleh; J.A Halloran
B.K Maloney dan F.G McCormac, ‘Palaeoenvironments of North Sumatra: A 30.000 Year Old Pollen Record From Pea Bullock’, dalam Indo-Pasifi Prehistory Association Bulletin, 1996 (The Chiang Mai Papers), jil.1, hal.73-81
“Sea Level Rise “ oleh: Dr. Vivien Gornitz
Tale of Two Brothers – wikipedia
The Tale of Two Brothers (reshafim.org.il/ad/egypt/texts/anpu_and_bata.htm)
Bata (god) – wikipedia
Nusantao Maritime Trading and Communication Network – Wikipedia
Sirius – Wikipedia
No comments:
Post a Comment