Friday, April 4, 2025

LELUHUR TOBA TIBA SEBELUM SI RAJA BATAK LAHIR

Seri HITA TOBA 5

LELUHUR TOBA TIBA SEBELUM SI RAJA BATAK LAHIR

Oleh: Edward Simanungkalit *

 

Arkeolog prasejarah, Prof. Dr. Harry Truman Simanjuntak dari Pusat Arkeologi Nasional yang telah malang-melintang melakukan penelitian arkeologi prasejarah selama 40 tahun lebih di Indonesia ini. Menurutnya, pada 4.300-4.100 tahun lalu, dari Yunan, penutur Austroasiatik bermigrasi ke Vietnam dan Kamboja lewat Malaysia hingga ke Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Kemudian, pada 4.000-an tahun lalu, muncul arus migrasi penutur Austronesia lewat sisi timur Indonesia. Arus migrasi itu muncul mulai dari Sulawesi, Kalimantan, dan sebagian ke selatan, seperti Nusa Tenggara, hingga menuju Jawa dan Sumatera (Kompas, 27/11-2014). Kedua ras Mongoloid yang menggunakan bahasa berbeda ini akhirnya bertemu di sekitar Jawa, Kalimantan, dan Sumatera. Penutur Austronesia ternyata lebih berhasil mempengaruhi penutur Austroasiatik, sehingga berubah menjadi penutur bahasa lain. Sebelum kedua penutur tadi datang, sudah ada ras Australomelanesoid, yang hingga sekarang hidup di wilayah Indonesia timur, seperti Papua (Kompas, 07/08-2014). Jadi, ada tiga penutur bahasa yang menjadi cikal-bakal leluhur bangsa Indonesia pada masa prasejarah, yaitu: Negrito (ras Australomelanesoid), penutur Austrosiatik, dan penutur Austronesia.

 

Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (Lembaga Eijkman/Eijkman Institute; sekarang BRIN) melalui Prof. Herawati Sudoyo, PhD. mengemukakan bahwa dari hasil penelitian mereka selama ini, migrasi leluhur Indonesia terjadi dalam 4 (empat) gelombang. Pengalaman penelitian Lembaga Eijkman di Indonesia sbb.: “Sudah ada nyaris 3 ribuan orang Indonesia dari 13 pulau dan 80 komunitas menjadi sampel analisa DNA. Hasil risetnya, sudah dimuat di jurnal ilmiah Nature.” (Detik.com, Selasa, 15 Nov. 2016). Selanjutnya, Prof. Herawati Sudoyo menjelaskan ke-4 gelombang migrasi itu sebagai berikut:

 

1. Gelombang migrasi pertama datang dari Afrika menyusuri pesisir Selatan Asia menuju Sundaland mulai dari sekitar 72.000 tahun lalu (Out of Africa).

2. Gelombang migrasi kedua datang dari China Selatan sekitar 4.300 sampai 4.100 tahun lalu. Mereka ini penutur Austroasiatik bermigrasi ke Vietnam dan Kamboja dan kemudian melewati Malaysia hingga ke Sumatera, Jawa dan Kalimantan.

3. Gelombang migrasi ketiga datang dari China Selatan dan dari Taiwan sekitar 4.000 tahun lalu . Mereka ini penutur Austronesia bermigrasi hingga ke Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.

4. Gelombang migrasi keempat datang dari India, Arab, dan Eropa pada masa millenium.

 

Demikian penjelasan Prof. Herawati Sudoyo dari Lembaga Eijkman mengenai migrasi leluhur Indonesia yang ternyata leluhur campuran (lihat: histotia.id; National Geographic, 24/05-2019). Baik menurut hasil penelitian arkeologi maupun hasil penelitian genetika tadi, bahwa leluhur orang Indonesia adalah leluhur campuran, bukan leluhur tunggal sebagai berikut:

1. Negrito (ras Australomelanosoid)K-M526*, yang bermigrasi ke Negeri Toba  setelah tenggelamnya Sundaland di sekitar 8.500 tahun lalu.

2. Penutur Austroasiatik (ras Mongoloid yang berkulit hitam), O-M95*, yang datang sekitar 4.300- 4.100 tahun lalu. Mereka ini pendukung budaya Hoabinh (Hoabinhian) terbukti dengan ditemukannya bukit-bukit kerang dan kapak Sumatralith di sepanjang pesisir Timur Sumatera bagian Utara mulai dari Deli Serdang hingga Lhok Seumawe.

3. Penutur Austronesia (ras Mongoloid yang berkulit putih), yang bermigrasi dari Taiwan (O-M110 dan O-P203) dan masuk lewat pantai Barat sekitar 4.000 tahun lalu. Pendukung budaya Dongson bermigrasi ke Negeri Toba dari Lembah Song Hong, Vietnam Utara (O-P201) dan masuk dari pantai Timur. Mereka lebih dominan 57%.

4. Penutur DravidaR-M124, dari India Barat bermigrasi ke Negeri Toba melalui Barus di pantai Barat sekitar 600 tahun lalu.

Akhirnya, disimpulkan bahwa leluhur Toba didominasi oleh penutur Austronesia dan bahasa Toba termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Leluhur Toba terdiri dari 6 gen (5 gen dari masa pra-sejarah ditambah 1 gen dari  600 tahun lalu), sehingga jelas bahwa leluhur Toba bukan leluhur tunggal melainkan leluhur campuran!

 

Ilmu pengetahuan menjelaskan bahwa leluhur Toba sudah tiba di Negeri Toba jauh  ribuan tahun lalu pada masa prasejarah di sekitar 4.000 tahun s/d 8.500 tahun lalu. Leluhur Toba ini bukan leluhur tunggal, tetapi leluhur campuran. Mereka yang datang pada masa prasejarah ini terdiri dari dua ras: Ras Australomelanesoid dan Ras Mongoloid (Ras Mongoloid yang berkulit hitam dan Ras Mongoloid yang berkulit putih). Leluhur Toba ini didominasi Ras Mongoloid, didominasi penutur bahasa Austronesia dan didominasi pendukung budaya Dongson. Begitulah penjelasan ilmu pengetahuan mengenai leluhur Toba.

 

Di kampung Sianjur Mula-mula, yang berusia 600 tahun (menurut hasil ekskavasi Balai Arkeologi Sumatera Utara), dari hasil perkawinan Dewa-Dewi yang turun dari langit tujuh lapis, lahirlah Raja Ihat Manisia. Kemudian pada generasi keenam lahir jugalah Si Raja Batak, yang disebut-sebut nenek-moyang tunggal Bangso Batak. Sementara ilmu pengetahuan menjelaskan bahwa para leluhur Toba dari masa prasejarah telah tiba di Negeri Toba sebelum Si Raja Batak lahir! Jauh sebelum Si Raja Batak lahir telah tiba leluhur Toba bergelombang, sehingga leluhur Toba itu leluhur campuran. Mereka didominasi ras Mongoloid, dominan berbahasa Austronesia, dominan berbudaya Dongson (sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Sumatera Utara). Kesimpulannya, bahwa keberadaan Si Raja Batak kabur. Leluhur Toba itu Leluhur Campuran, sehingga Si Raja Batak tertolak oleh ilmu pengetahuan!

 

Sopo Panisioan, 4 April 2025

(*) Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban

No comments:

Post a Comment