KERAJAAN-KERAJAAN DI SIMALUNGUN
Oleh: Edward Simanungkalit
Dalam sejarahnya ada 3 (tiga) fase kerajaan yang pernah berkuasa dan memerintah di Simalungun. Adapun pada fase pertama adalah fase kerajaan yang dua (harajaon na dua), yaitu: kerajaan Nagur (marga Damanik) dan Batanghio (marga Saragih). Sedang fase kedua adalah
kerajaan berempat (harajaon na opat),
yaitu: kerajaan Siantar (marga Damanik), kerajaan Panai (marga Purba
Dasuha), kerajaan Silau (marga Purba Tambak), dan kerajaan Tanoh Jawa
(marga Sinaga).
Fase ketiga adalah
kerajaan yang tujuh (harajaon na pitu), yaitu: kerajaan Siantar (marga
Damanik), Panai (marga Purba Dasuha), Silau (marga Purba Tambak), Tanoh
Jawa (marga Sinaga), Raya (marga Saragih Garingging), Purba (marga Purba
Pakpak) dan Silimakuta (marga Purba Girsang) (Damanik, 2010:1-2). Fase
ketiga ini dimulai dari tindakan pemerintah Belanda menyusun
pemerintahan di wilayah Simalungun dengan memperlakukan Belsuit Gubernur
General Hindia Belanda Stbl. No 531 tahun 1906 dengan susunan
pemerintah Swapraja, terdiri dari tujuh wilayah Kerajaan yang disebut
dengan “Raja Napitu” (Raja yang Tujuh) (awisaragih.blogspot.com).
http://sopopanisioan.blogspot.com
1. Kerajaan Nagur
Kerajaan
Nagur adalah kerajaan Dinasti Damanik yang pernah berdiri
di Simalungun. Berbagai sumber asing seperti Cheng Ho dan Ma Huan dari
Tiongkok ada melaporkan tentang kerajaan Nagur ini yang dikompilasi oleh
Groenevelt. M.O. Parlindungan, dalam bukunya Tuanku Rao (2007),
mengemukakan bahwa Kerajaan Nagur bangkit pada abad ke-5 dan runtuh pada
abad ke-12. Namun demikian, Cheng Ho melaporkan tentang Nagur dengan
nama 'Nakkur', 'Nakureh', atau 'Japur', yang dikunjunginya sebanyak tiga
kali hingga pada tahun 1423. Sedang dalam laporan Ma Huan bahwa nama
Nagur adalah ‘Napur’ merupakan kerajaan ‘Batta’. Tome Pires (1512-1515)
maupun Mendez Pinto (1539), Marco Polo (1292), Augustin de Beaulieu
(1621), dan Ibnu Batutah (1345) banyak menyinggung nama Nagur yang
berdekatan dengan Aru. (Damanik, 2009:1-2).
Demikian
juga dalam tulisan lainnya seperti tulisan T. Lukman Sinar, SH (1974),
TM Lah Husni (1976), Tarikh Aceh Jilid II, dan Brahmo Putro (1984) ada
juga menyinggung kerajaan Nagur. Manuskrip yang ada dan meriwayatkan
tentang kerajaan Nagur adalah Parpadanan Na Bolak. Sedang Djahutar
Damanik (1984) dan Sejarah Simalungun (TBA Tambak, 1976) juga telah
mencoba menyajikan tentang kerajaan Nagur (Damanik, 2009:3-4). Kerajaan
ini menguasai wilayah sampai ke Hulu Padang-Bedagai dan Hulu Asahan.
Lokasi kerajaan Nagur
adalah di Pematang Kerasaan sekarang dekat kota Perdagangan ditandai
lewat adanya konstruksi tua bekas kerajaan Nagur dari ekskavasi yang
pernah dilakukan (Tideman, 1922:51).
http://sopopanisioan.blogspot.com
2. Kerajaan Batanghio
Mengenai
Kerajaan Batanghio, Tideman (1922) ada menulis dalam laporannya
mengenai Simalungun. Kerajaan ini terletak di Tanah Jawauri (Tanoh Jawa)
(Tideman, 1922, Kroesen 1904 : 557). Batanghio pada awalnya dipercaya
sebagai partuanon Nagur, tetapi kemudian status Batanghio diangkat
menjadi kerajaan dari marga Saragih. Kerajaan Nagur dan Kerajaan
Batanghio di atas itulah kemudian yang biasa disebut dengan kerajaan
yang dua (harajaon na dua) sebagai fase pertama. Sekitar tahun
1293-1295, kerajaan Nagur dan Batanghio diinvasi kerajaan Singasari pada
masa
pemerintahan raja Kertanegara. Ekspedisi yang dikenal dengan ekspedisi
Pamalayu ini kemudian mendirikan Kerajaan (Dolog) Silou pada akhir abad
XIV (Damanik, 2008:2-3).
3. Kerajaan Siantar
Kerajaan
Siantar bersama-sama dengan kerajaan Tanah Jawa, Dolok Silau dan Pane
yang masing-masing dikuasai marga Damanik, Sinaga, Dasuha dan Purba
dibentuk oleh Aceh menjadi kerajaan yang empat (harajaon na opat). Ini
terjadi pada abad ke-16 di masa Iskandar Muda berkuasa yang merencanakan
unifikasi Sumatera Timur di bawah kekuasaan Aceh (Damanik, 2008:1).
Kerajaan Siantar dari marga Damanik Bariba dengan wilayah bagian tengah
dari Pantai Timur Sumatera sampai pegunungan Simanuk-manuk terus laut
tawar sekitar daerah Tambun Rae Sipolha, sedang wilayah bagian timur
pesisir pantai yang diserobot kolonial Belanda masuk kepada kesultanan
Asahan (awisaragih.blogspot.com). Raja terakhir dari dinasti keturunan
marga Damanik yaitu Tuan Sangnawaluh Damanik (1882-1904), yang memegang
kekuaaan sebagai raja ke-14 dari Dinasti Siantar (1350-1904). Kerajaan
Siantar di Pematang Siantar.
4. Kerajaan
Panei
Kerajaan
Panei adalah marga Purba Sidasuha dengan wilayah bagian pedalaman
sampai ke pegunungan simanuk-manuk terus kelaut Tawar sekitar daerah
Salbe Tigaras. Menurut sejarah Kerajaan Dolok Silau dari kitab Pustaha Bandar Hanopan di
Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun bahwa Purba Dasuha adalah
marga yang muncul kemudian dari Kerajaan Silau di Simalungun sekitar
tahun 1450. Tuan Suha Bolak yang mendirikan Kerajaan Panei merupakan
anak dari Raja Silau
bermarga Purba Tambak, tetapi kemudian dirubah marganya menjadi Purba
Dasuha. Raja Panei terakhir bernama Tuan Bosa Sumalam Purba Dasuha wafat
pada tanggal 3 Maret 1946 dan istana raja juga turut dibakar (Dasuha,
2005:2). Kerajaan Panei di Pematang Panei.
Kerajaa
Dolok Silau marga Purba Tambak dengan wilayah di bagian utara pantai
Timur Sumatera sampai pegunungan ke laut Tawar sekitar daerah Tongging.
Haranggaol. Marga Purba Tambak, istilah yang digunakan untuk menyatakan
keturunan dari satu golongan dari Kerajaan Silau. Keturunan Purba Tambak
pertama bernama Jigou dengan gelar Penghulu Tambak Bawang. Keturunan
kedua juga bergelar Penghulu Tambak Bawang hingga dinobatkan menjadi
Raja Silau, yang berkedudukan di Silau Bolak, sekaligus memulai sejarah
adanya Kerajaan Dolok Silau. Raja Dolok Silau yang ke-13 bergelar Tuan
Bandar Alam
Purba Tambak yang merupakan raja terakhir hingga terjadinya revolusi
sosial di Sumatera Timur (localnews2008). Kerajaan Dolok Silau di
Pematang Dolok Silau.
http://sopopanisioan.blogspot.com
6. Kerajaan Tanoh Jawa
Kerajaan
Tanah Jawa marga Sinaga dengan wilayah bagian hilir pantai Timur
Sumatera sampai ke pegunungan Simanuk-manuk terus ke laut tawar sekitar
daerah Panahatan perapat. Menurut versi Simalungun, Sinaga menjadi salah
satu dari 4 marga asli suku Simalungun saat terjadi “Harungguan Bolon”
(permusyawaratan besar) antara 4 raja besar (Raja Nagur, Raja Banua
Sobou, Raja Banua Purba, Raja Saniang Naga) untuk tidak saling menyerang
dan tidak saling bermusuhan (marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh).
Keturunan
dari Raja Saniang Naga di atas adalah marga Sinaga di Kerajaan Tanah
Jawa, Batanghio di Asahan. Saat kerajaan Majapahit melakukan ekspansi di
Sumatera pada abad XIV, pasukan dari Jambi yang dipimpin Panglima
Bungkuk melarikan diri ke kerajaan Batanghiou dan mengaku bahwa dirinya
adalah Sinaga. Menurut Taralamsyah Saragih, nenek moyang
mereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan marga Sinaga
Dadihoyong setelah ia mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang marga Sinaga dari kerajaan Batangiou dalam suatu ritual adu sumpah (Sibijaon).
Walaupun begitu ada juga yang menyebutkan bahwa Sinaga keturunan raja
Tanoh Djawa berasal dari daerah Naga Land (Tanah Naga) di India Timur
yang berbatasan dengan Myanmar (Wikipedia: Sinaga). Raja pertama dari
Kerajaan Tanah Jawa ialah Tuan Sorgalawan Sinaga. Tuan Kaliamsjah
merupakan raja ke-12 hingga terjadinya revolusi berdarah
(sinagaeone.bolgspot.com).
7. Kerajaan Raya
Marga Saragih pertama (Hasusuran-1) itu sendiri muncul saat salah seorang Puanglima (Panglima) dari kerajaan Nagur
dijadikan menantu oleh Raja Nagur dan selanjutnya mendirikan satu kerajaan baru di Raya (di
sekitar daerah yang kini disebut Pematang Raya. Tuan Pinang Sori
merupakan Raja yang pertama menjadi Raja Raya. Raja terkenal dari
kerajaan Raya ini ialah Tuan Rondahaim Saragih Garingging, yang gagah
perkasa melawan Belanda yang tidak pernah dapat dikalahkan Belanda
sampai akhir hayatnya. Tuan Yan Kaduk Saragih Garingging merupakan raja
terakhir yang ke-17 dari dinasti ini yang berakhir pada masa revolusi
berdarah tahun 1946 (Wikipedia: Saragih).
http://sopopanisioan.blogspot.com
8. Kerajaan Purba
Rumah
Bolon Pematang Purba sendiri merupakan kediaman Raja Purba yang pertama
kali diduduki Tuan Pangultop-ultop (1624-1648), yang kemudian
diteruskan secara turun-temurun dengan sebuah tradisi budaya
setempat. Raja terakhir yang memimpin adalah Raja Tuan Mogang, yang
konon jasadnya hingga kini belum ditemukan. Disinyalir raja ini wafat
ketika revolusi sosial berlangsung di Simalungun pada tahun 1947
(tonggo.wordpress.com). Kerajaan Purba di Pematang Purba.
9. Kerajaan Silimakuta
1. Tn Gomok Saragih Garingging I Pematang Raya Radja Raya
2. Tn Bosar Sumalam Purba Dasuha I Pematang Panei,.Radja Panei
3. Tn Sang Madjadi Sinaga Dadihoyong I Pematang Tanah Djawa,Radja Tanah Djawa
4. Tn Ragaim Purba Tambak I Pematang Dologsilou,Radja Dologsilou
5. Tn Padiraja Purba Girsang I Naga Saribu,Radja Silimakuta
6. Tn Sawadin Damanik I Pematang Siantar ,Radja Siantar
7. Tn Karel Tanjung ( Parjabayak ) Purba PakPak I Pematang Purba.Radja Purba
Demikianlah kerajaan-kerajaan yang pernah bangkit di Tanah Simalungun terdiri dari tiga fase yang berakhir pada fase ketiga. Kerajaan-kerajaan yang tujuh pada fase terakhir dari kerajaan di Simalungun ini berakhir dengan terjadinya revolusi berdarah pada tahun 1946 di Sumatera Timur. ***
Telah dimuat di:
Harian BATAK POS
Edisi Sabtu, 19 Januari 2013
http://sopopanisioan.blogspot.com
No comments:
Post a Comment