Pages

Thursday, April 10, 2014

SISA PENINGGALAN HINDU DI TAPANULI

SISA PENINGGALAN HINDU DI TAPANULI

Oleh: Edward Simanungkalit


 

Di kawasan Padang Lawas banyak ditemukan candi yang dikenal dengan nama Candi Portibi yang diperkirakan berasal dari abad ke-11 Masehi. Candi Portibi tersebut merupakan peninggalan Buddha yang mirip seperti candi di Muara Takus, Jambi. Sementara di tempat lain di Simangambat, Madina  masih ditemukan candi  dan situs peninggalan Hindu masa lampau yang akan menjadi pembahasan pada kesempatan ini.

 

1.    Candi Simangambat

 

Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim dan perdagangan yang banyak berhubungan dengan kerajaan-kerajaan di daerah lain hingga jauh ke berbagai kawasan di Asia Selatan, Tenggara dan Timur. Kerajaan ini juga mengembangkan ajaran Buddha dan dikenal sebagai pusat pengajaran Buddha, khususnya Buddha Mahayana. Hal ini tampak dari berbagai peninggalan masa lalu yang banyak bercirikan Buddha. Meskipun demikian, kehidupan beragama dari masyarakat di wilayah kerajaan Sriwijaya bukan hanya agama Buddha Mahayana saja, tetapi ajaran dan agama lainpun juga ada berkembang. Bukti-bukti arkeologis yang ditemukan berupa arca batu ada yang bercirikan agama Hindu, Tantri dan Wajrayana. Arca Hindu ditemukan juga di Palembang berupa arca Ganesha (abad ke-9 M) dan arca Syiwa yang membuktikan bahwa di Sriwijaya terdapat kelompok masyarakat pemeluk agama Hindu  (Taim, 2010:1-4). Dapat disimpulkan bahwa penganut agama Buddha dan agama Hindu hidup berdampingan di dalam masyarakat kerajaan Sriwijaya walaupun penganut agama Buddha lebih dominan.

  http://sopopanisioan.blogspot.com

Selain Candi Portibi di Padang Lawas yang bercirikan Buddha, maka masih ada ditemukan Candi di Simangambat yang pertama kali dilaporkan Schnitger pada tahun 1937. Dikatakannya bahwa candi ini berupa candi batu bata yang sudah runtuh terdiri dari bangunan induk dan beberapa perwara (Schnitger, 1937). Tim Puslitbang Arkenas melakukan penggalian pertama kalinya pada tahun 2008 di mana ditemukannya pintu masuk candi yang berada di sisi timur dan lain-lain. Penelitian ini dilanjutkan pada tahun 2009 oleh tim Puslitbang Arkenas bersama tim dari Balai Arkeologi Medan hingga 80% bagian dari candi berhasil ditampakkan (Taim, 2010:2-3). Penelitian yang dilakukan oleh tim Puslitbang Arkenas dan tim Balai Arkeologi Medan ini banyak diberitakan oleh media-massa pada saat itu.

 

Candi Simangambat ini berada di Simangambat, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal. Candi ini letaknya sekitar 100 meter di sebelah timur dari jalan raya antara Simangambat – Penyabungan. Penggalian yang dilakukan di situs itu menghasilkan beberapa artefak sebagai temuan. Candi ini berukuran 4 x 4 m dengan pintu candi berada di  sisi timur. Bahan bangunan terdiri dari bata dan batu pasiran, umumnya bahan bata berada pada bagian dalam. Pada penggalian tahun 2009, di bawah makara candi ditemukan arca Nandi, sehingga dengan adaya temuan ini, maka dapat dipastikan bahwa Candi Simangambat merupakan candi berunsur agama Hindu (Taim, 2010:3-4). Banyak lagi uraian secara teknis tentang candi ini, tetapi untuk menyerdehanakannya dlakukan dengan meringkas seperti ini.

 Embedded image permalink

Di antara peninggalan Tantrayāna atau Wajrayāna di Candi Portibi, Padang Lawas, maka ada juga peninggalan Hindu, seperti peninggalan di Simangambat, Bonan Dolok, Porlak Dolok (Schnitger, 1937: 14--15, 17). Dengan ditemukannya arca Ganesha di Porlak Dolok sekitar 2 km dari Candi Simangambat, maka dapat dikatakan bahwa gugusan candi Hindu lebih terkosentrasi pada wilayah Mandailing Natal dan sekitarnya. Arca Ganeśa yang ditemukan di Porlak Dolok pada bagian tubuhnya terdapat prasasti dan angka tahun 25 Oktober 1213 Masehi (Schnitger, 1937: 17; Damais, 1952: 100--101).

  http://sopopanisioan.blogspot.com

Meskipun pada arca Ganesha di Porlak Dolok terdapat angka tahun 1213 M, tetapi belum dapat dipastikan apakah arca tersebut adalah semasa dengan CandiSimangambat. Teknologi dalam konstruksi candi menggunakan  sistem batu isian adalah sama seperti yang ditemukan pada candi-candi tua di Batu Jaya, Jawa Barat dan Kedulan, Jawa Tengah  abad ke- 9 Masehi. Gaya seni yang terdapat pada relief makara dan kala berbeda dengan yang ada di candi-candi Padang Lawas pada umumnya, sehingga memberikan kemungkinan bahwa Candi Simangambat berasal dari masa yang berbeda dengan candi-candi Padang Lawas itu. Keberadaan  Candi Simangambat bercorak Hindu di wilayah Mandailing Natal membuat semakin terbuka khasanah keagamaan Hindu di Sumatera Utara (Taim, 2010:4-5). Sementara Eri Sudewo dari Balai Arkeologi Medan mengatakan bahwa jejak situs Candi Simangambat ini lebih tua daripada Candi Bahal di Padang Lawas dan kemungkinan ada sejak abad ke-9 sampai ke-10 Masehi (Kompas, 25/06-2009).

 

Candi Simangambat yang telah dibicarakan di atas terletak di Kabupaten Mandailing Natal. Candi ini merupakan candi peninggalan Hindu kuno.  Candi Simangambat berbeda dari Candi Portibi di Padang Lawas. Candi Portibi merupapan candi Buddha yang berasal dari abad ke-11 Masehi. Sedang Candi Simangambat diperkirakan berasal dari abad ke-9 Masehi. Keberadaan candi ini menunjukkan kepada kita sekarang ini bahwa sudah  kehidupan masyarakat yang teratur dan tertata rapi di masa lalu. Masyarakat yang teratur dan tertata rapi inilah yang membangun candi Simangambat dengan penguasaan teknologi sebagaimana ditunjukkan melalui bangunan candi tersebut. Jelas, bahwa pada abad ke-9 Masehi sudah ada masyarakat dengan penguasaan teknologi yang memadai di Tapanuli.

 

2.    Situs Hopong

  http://sopopanisioan.blogspot.com

Di dusun Hopong, kecamatan Simangumban, Pahae, Tapanuli Utara ada ditemukan situs sejarah yang berciri Hindu. Tempat situs ini agak jauh ke dalam, sehingga agak sulit menjangkau tempat tersebut. Benda-benda sejarah banyak ditemukan di sana seperti patung, situs batu, dan gua. Benda-benda tersebut sudah banyak yang rusak maupun yang hilang. Meskipun demikian, ada lebih dari sepuluh patung yang masih utuh, tetapi ada juga yang disimpan oleh penduduk setempat.  Akan tetapi, sampai sekarang belum pernah ada dilakukan penelitian di sana. Entah kenapa situs ini dibiarkan saja begitu dan tidak dijamah melalui penelitian ilmiah.

 

Benda -benda bersejarah di situs Hopong ini membutuhkan keterlibatan pemerintah dan masyarakat di sekitar kawasan Dusun Hopong untuk menjaga, merawat dan melestarikannya. Situs sejarah di Dusun Hopong itu merupakan bukti adanya kehidupan di kawasan tersebut sejak zaman Hindu kuno. Benda-benda dan situs bersejarah itu membutkikan bahwa sejak dahulu kala sudah ada kehidupan yang tertata dengan sangat baik. Ini merupakan salah satu kekayaan kita. Di sana masih tersisa beberapa peninggalan Hindu yang sangat berharga berupa patung (Waspada, 16/05-2011).

 

Bila kita menghubungkan situs Hopong ini dengan Candi Simangambat sebelumnya, maka mungkin saja ada hubungannya yang sama-sama berciri Hindu dan berasal dari zaman yang sama. Jarak situs Hopong dengan Candi Simangambat tersebut dapat dikatakan tidak terlalu jauh. Oleh karena itu, menarik untuk mencermati kedua situs ini dan hubungannya. Untuk itulah diperlukan penelitian yang lebih mendalam terhadap situs Hopong ini dengan melibatkan arkeolog dan para ilmuwan lainnya. Di sinilah perlunya Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Utara memprakarsai usaha penelitian ilmiah atas situs tersebut di samping menjaganya dari pencurian dan perusakan. ***

 

 

Telah dimuat di:
Harian BATAK POS
Edisi Sabtu, 23 Februari 2013 

 http://sopopanisioan.blogspot.com

 

 

 

No comments:

Post a Comment