Pages

Thursday, April 10, 2014

PENINGGALAN SISA KEJAYAAN BARUS

PENINGGALAN SISA KEJAYAAN BARUS
Oleh: Edward Simanungkalit  


BARUS, kota kecil di pantai barat Sumatera Utara, memiliki catatan perjalanan sejarah yang sudah demikian panjang dan pernah termashyur ke berbagai belahan dunia sebagai bandar niaga internasional. Kota pelabuhan ini ramai dikunjungi pedagang-pedagang berbagai bangsa dan banyak juga yang menetap di sana. Sisa-sisa peninggalan dari sejarah masa lalu itu masih dapat dilihat, sehingga dapat menjadikan Barus menjadi tempat wisata sejarah, wisata rohani dan wisata alam.

Peninggalan-peninggalan sejarah yang terdapat di Barus dapat menjadikannya sebagai tempat wisata sejarah. Sedang peninggalan-peninggalan yang berhubungan dengan agama dapat menjadikan Barus sebagai tempat wisata rohani. Demikian juga dengan pantai yang dulu dijadikan sebagai pelabuhan memiliki keindahan yang sekarang sudah dijadikan menjadi objek wisata alam.

1.       Makam Kuno
Makam kuno yang berasal dari makam para tokoh Islam di masa lalu banyak ditemukan di Barus. Makam kuno yang dapat ditemukan di sana seperti:

Makam Papan Tinggi, yang terdapat di puncak bukit papan tinggi di mana tangganya memiliki  700 anak tangga lebih dengan  tingkat kemiringan 45 derajat. Di kompleks Makam Papan Tinggi terdapat makam istimewa yang memiliki panjang 9 meter, dengan nisan putih setinggi 1,5 meter berukir aksara Persia dan Arab kuno. Makam ini dikelilingi beberapa makam sederhana dengan nisan makam berupa batu yang ditegakkan tanpa adanya tanda sama sekali. Kompleks makam dikelilingi pagar dan dinaungi pohon besar. Menurut Djamaluddin Batubara, bahwa makam istimewa tersebut adalah makam dari Syekh Mahmud, penyebar agama Islam pertama yang berasal dari Hadramaut, Yaman.





 Makam Mahligai, merupakan makam yang berada di atas tanah seluas sekitar 3 hektar di Desa Dakka dan tidak berapa jauh dari Makam Papan Tinggi. Makam yang paling utama di Makam Mahligai ialah makam dari Syech Rukhunuddin yang dianggap merupakan murid dari Syech Mahmud yang dimakamkan di Makam Papan Tinggi.
Penulis di Makam Mahligai (19-03-2008)

Syech Mahmud merupakan penyebar Islam pertama, sedangkan 43 Aulia lagi merupakan para pengikut atau muridnya yakni Syech Rukhunuddin, Tuanku Batu Badan, komplek Bukit Hasang, Tuanku Ambar, Tuan Kepala Ujung, Tuan Sirampak, Tuan Tembang, Tuanku Kayu Manang, Tuanku Makhdum, Syech Zainal Abidin Ilyas, Syech Ahmad Khatib Siddiq, Imam Mua’azhamsyah, Imam Chatib Miktibai, Tuanku Pinago, Tuanku Sultan Ibrahim bin Tuanku Sultan Muhammadsyah Chaniago, dan Tuan Digaung yang kesemua makam-makam itu berada di sekitar kota tua Barus.

Selain makam-makam kuno para tokoh Islam tadi, ada juga makam-makam Tionghoa kuno ditemukan di Barus. Hal ini melengkapi hasil penggalian arkeologi yang pernah dilakukan di sana pada tahun 1995 di mana banyak ditemukan keramik-keramik dari Guangdong abad ke-9. Semuanya ini membuktikan bahwa orang-orang  Tionghoa sudah pernah tinggal di Barus.

2.       Tempat Indah dan Bersejarah
Salah satu hal yang tidak diragukan lagi ialah tentang sudah pernah berdirinya gereja di Barus di masa lalu dan Kristen sudah hadir di sana pada abad ke-7. Gereja yang pernah berdiri tersebut ialah Gereja Katolik Bunda Perawan Murni  Maria (Wikipedia). Gereja tersebut diperkirakan tadinya berdiri di Aek Busuk, Lobutua, Barus, tapi sekarang telah hilang sama sekali bekasnya.

Sumur Andam Dewi di Lobutua merupakan bekas tempat pemandian putri Andam Dewi. Andam Dewi adalah seorang putri cantik dari Raja Muda di sana. Oleh karena kecantikannya, sehingga konon dia menjadi rebutan termasuk raja Kerajaan Marina dari Madagaskar. Tempat ini menjadi salah satu peninggalan masa lalu yang masih tersisa.

Pantai Sitiris-tiris dan Pantai Kahona  merupakan pantai indah di Lobutua, Barus yang banyak dikunjungi orang dari berbagai daerah. Tempat ini merupakan salah satu objek wisata andalan Tapanuli Tengah yang menonjol dengan keindahan pasir pantainya. Di sinilah pelabuhan internasional di Lobutua, Barus pada zaman dahulu kala yang ramai dilayari kapal dari berbagai penjuru bumi.
http://sopopanisioan.blogspot.com
Sumur Nommensen di Barus Utara merupakan sumur yang dulu dipergunakan oleh L.I. Nommensen ketika masih di Barus sebelum melanjutkan perjalanan ke pedalaman. Dari Barus, Nommensen memasuki pedalaman melalui Tukka di dekat Pakkat dan sempat mendirikan gereja di sana. Nommensen ialah misionaris RMG dari Jerman yang kemudian hari mendirikan gereja Batak.

Sopo Godang Raja Uti  ada juga didirikan di Lobutua, Barus. Sopo Godang ini tidak terlalu jauh dan hanya sekitar 50 meter dari tempat penggalian dalam penelitian arkeologi yang dilakukan oleh Tim Indonesia – Perancis. Tidak jauh dari Sopo Godang  Raja Uti itu ada Ruma Parsaktian Agama Suku Batak.
Penulis di Sopo Godang Raja Uti (Barus, 05/07-2008)

Benteng Portugis ada juga di Barus dan benteng tersebut persis berada di tepi pantai. Benteng ini merupakan bagunan tua peninggalan bangsa Portugis yang pernah singgah di Tapanuli Tengah. Luasnya lebih kurang setengah dari lapangan sepak bola tampak tidak dirawat, sedang dulunya ada rumah tua di dalam benteng yang kini hanya tinggal pondasi saja. Bangunan benteng yang berasal dari abad ke-16 ini  terbuat dari cor semen dan batu kerikil yang sebagian sudah terkikis (dari berbagai sumber).
http://sopopanisioan.blogspot.com
Semuanya peninggalan kuno dan tempat yang dikemukakan di atas merupakan sisa-sisa peninggalan dari masa kejayaan Barus dahulu kala. Masih ada benda-benda kuno dan prasasti dari Barus di museum-museum ditambah dengan dua buah kronik sejarah dua dinasti yang pernah berkuasa di Barus di masa lalu yang kini tersimpan di perpustakaan nasional.  Semua uraian di atas memberikan gambaran  tentang kejayaan Barus di masa lalu sebagai bandar niaga internasional sekaligus menunjukkan Barus sebagai kota tertua di Indonesia. ***



Telah dimuat di:
Harian BATAK POS
Edisi Sabtu, 8 Desember 2012 
http://sopopanisioan.blogspot.com




No comments:

Post a Comment