Pages

Sunday, May 10, 2015

BARUS, DIPADATI SEJARAH DAN JEJAK PERADABAN. INTIP KESERUAN KITA DI BARUS YUK :)

BARUS, DIPADATI SEJARAH DAN JEJAK 

PERADABAN. INTIP KESERUAN KITA DI BARUS YUK :)

  • Posted by : 
  • at : Sabtu, 20 Desember 2014

Hari ke 3 merupakan versi ceria nan lemah lembut karena kami dibimbing oleh seorang yang ceria dan lemah lembut juga (kak sarah).

Destinasi pertama yang kami kunjungi adalah makam papan tinggi,  Makam Papan Tinggi terletak di Desa Penanggahan, Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah. Berada sekitar 65 Km dari Kota Sibolga atau 75 Km dari Kota Pandan sebagai Ibukota Kabupaten Tapanuli Tengah.

image
Tugu masuk ke Papan tinggi
Kali ini kondisi tubuh harus benar-benar fit , karena kita akan mendaki 700 anak tangga.

Kala itu terik  matahari menantang kami , dengan niat yang kuat kami tak menghiraukan tantangnnya itu . Tangga demi tangga di naiki , bagi yang muslim sebaiknya bertasbih melafaskan nama Allah disetiap menaiki anak tangga  .

image
Tangga yang dibuat permanen menuju makam Papan tinggi
Setengah perjalanan pun telah dilewati,  seakan akan sedang berada dibulan sulit rasanya untuk bernafas normal  ,Jantung berdetak kencang dan muka mulai memucat, kaki beratnya bukan main, letih luar biasa melanda kami, namun letih itu terbantahkan dengan pemandangan yang disuguhkan.  Laut dan bukit membentang luas, memberi warna yang sejuk dipandang mata, dari kejauhan dapat pula kita lihat pulau mursala dan gugusan pulau lainnya . Subhanallah Indahnya .

image

image

image
Pemandangan selama menuju makam 
Tanpa terasa  tibalah kita dimakam papan tinggi , makam ini terletak dilingkungan yang luasnya sekitar  250 Meter persegi  yang dipagar disekelilingnya . . Panjang makam sekitar 7 meter dengan tinggi batu nisan mencapai 1,5 meter. Di batu nisan yang terbuat dari batu cadas dengan berat ratusan kilogram tertulis nama Syekh Mahmud Fil Hadratul Maut yang ditahrikhkan pada tahun 34 H sampai 44 H yang berarti hidup pada masa Umar Bin Khattab sebagai khalifah. Bahkan lebih dahulu dibanding masa wali di tanah Jawa. Sejarah mencatat Barus memang menjadi tempat pertama kalinya Islam masuk di Indonesia.

image
Pintu masuk makam 
image

image

image

image

image
selain diberikan banyak informasi mengenai makam , kita juga baca doa bersama yang dipandu oleh Guide lokal 
Menurut sejarahwan kota Barus, Djamaluddin Batubara mengatakan, tokoh utama yang dimakamkan di Makam Papan Tinggi adalah penyebar agama Islam yang berasal dari Hadramaut, Yaman. Makam beliau berupa makam panjang, dengan batu nisan putih setinggi 1,5 meter berukir aksara Persia dan Arab kuno.

Belum diketahui secara pasti tahun kedatangan Syekh Mahmud ke tanah Barus. Namun melihat corak nisan makam dan jenis kaligrafi yang tertulis, serta unsur arkeologis lainnya, diperkirakan Syekh Mahmud telah hadir di Barus sejak abad ke-9 Masehi.

Mengenai kota Barus sendiri, dahulunya merupakan kota pelabuhan terbesar yang pernah ada di nusantara, jauh sebelum adanya Bandar Malaka dan Samudera Pasai di tanah rencong. Barus mengokohkan dirinya sebagai penghasil kapur barus (kamper) yang terkenal hingga seluruh dunia. Sehingga kota ini dinamakan Barus.

Sejarah mencatat, sejak abad ke-9 kota Barus sudah dikenal sebagai kota dagang. Di masa itu komoditi yang sangat digandrungi semisal buah pala, cengkeh, lada, kulit manis, merica, kemenyan dan kayu bulat, diperdagangkan di Barus. Konon bahan-bahan pembalseman para raja Mesir didatangkan dari Barus.

Barus yang dikenal sebagai kota perdagangan antarbangsa, sangat dimungkinkan terjadinya kotak budaya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Berkenaan dengan itu pula, berdatangan rombongan mubaligh asal tanah Arab ke negeri niuntuk tujuan penyebaran agama Islam yang dilatarbelakangi perdagangan. Para mubaligh menghabiskan waktunya untuk syiar Islam di daerah baru. Mereka menopang hidupnya dengan berdagang.

Hadirnya Sykeh Mahmud di tanah Barus merupakan salah satu tesis tentang keberadaan penyebar Islam sejak agama ini pertama kali disyiarkan. Arkeolog dan ahli kaligrafi Arab kuno asal Perancis, Prof. Dr. Ludwig Kuvi menyatakan dengan tegas bahwa bukti arkeologis berupa pahatan batu nisan makam Syekh Mahmud menunjukkan beliau adalah seorang pendatang yang telah lama tinggal di Barus. Batu nisan makam Syekh Mahmud bukan batu biasa yang digunakan oleh penduduk Barus, melainkan sejenis batu yang didatangkan dari India. Maka, hampir mustahil Syekh Mahmud seorang biasa yang tidak terlalu dikenal oleh masyarakat Barus. Ukiran batu ayat-ayat Al-Qur’an dan pesan singkat yang Nampak samar memberi isyarat bahwa beliau seorang mubaligh besar.

Teori kedatangan Syekh Mahmud di tanah Barus diperkuat dengan pembuktian yang dilakukan oleh sejarahwan Belanda, Dr. Ph. S. Van Ronkel. Sejarahwan Belanda ini menyatakan Syekh Mahmud merupakan penyebar ajaran Islam yang pertama di Tapanuli. Da’wah Syekh Mahmud berhasil menyentuh tokoh etnis Batak, Raja Guru Marsakkot, yang akhirnya memeluk agama Islam.

Salah satu ukiran batu pada nisan makam Syekh Mahmud yang berbunyi: “Fa Kullu Syai’un Halikun Illa Wajhullah” yang berarti, “Maka segala sesuatunya hancur kecuali Dzat Allah”. Menurut Djamaluddin Batubara, nilai Islam yang disampaikan Sykeh Mahmud kepada masyarakat Barus adalah ajaran Tauhid, yakni mengajak masyarakat pesisir Tapanuli untuk meng-esa-kan Tuhan, Allah SWT.

Source :
  • Masjid dan Makam Bersejarah di Sumatera, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, 2008
  • Claude Guillot, Daniel Perret, Atika Suri Fanani (Translator), Marie-France Dupoizat, Untung Sunaryo, Heddy Surachman, Barus: Seribu Tahun Yang Lalu, KPG, 2008
Usai kami berziarah dan menikmati pemandangan di Bumi barus kamipun kembali untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya . Untuk turun ,kita tak terlalu letih seperti menaiki anak tangga .,Selama menuruni anak tangga , aku benar-benar tak bisa berhenti melirik kesegala arah .

Tangga demi tangga dituruni dan tibalah kami di post peristirahatan , kita bisa beristirahat sejenak sebelum meninggalkan lokasi papan tinggi .

image

Destinasi selanjutnya yang kami kunjungi adalah Makam Mahligai . tidak berapa jauh dari Makam Papan TInggi. Pada kompleks makam ini, terdapat 43 nisan tua yang berukir aksara Arab kuno dan Persia.

image

image

image

image

Konon, nama makam ini diambil dari sebuah istana kecil pada zaman dahulu yang dibangun oleh Tuan Syekh Abdul Khatib Siddiq. Setelah wafat, Syekh Siddiq dimakamkan di Makam Mahligai. Selain beliau, sejumlah ulama besar penyebar Islam lainnya dimakamkan disini, diantaranya Syekh Rukunuddin, Syekh Ushuluddin, Syekh Zainal Abidin Ilyas, Syekh Ilyas, Syekh Imam Khotib Mu’azzamsyah Biktiba’I, Syekh Syamsuddin, Tuanku Ambar, Tuan Kepala Ujung, Tuan Sirampak, Tuan Tembang, Tuanku Kayu Manang, Tuanku Makhdum.

Usai berziarah , kami melanjutkan perjalanan di pantai Kahona yang berada di di Dusun Sisangge-sangge, Desa Lobuatua, Kecamatan Andam Dewi.

image
image

Pantai Kahona merupakan sebuah teluk kecil yang memiliki Pantai sepanjang 5 km, mulai dari Kualo Simamatco sampai dengan Kualo Sipaubat, dengan Pasir Putih halus dan pantai yang landai.

Setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan , kita bisa beristirahat sambil menikmati indahnya pemandangan di pantai ini .

image

Selain bersantai , kami juga disuguhi ikan bakar dan sambal sombom khas Tapanuli tengah . kalau ke Tapanuli tengah , jangan sampai gak ngerasai sambel yang satu ini . Endessss bangeet euy
  • Beautiful sunset in Tapteng , unforgettable moment 
image

image

image










Sumber:
http://tiventure.blogspot.com/2014/12/barus-dipadati-sejarah-dan-jejak.html

No comments:

Post a Comment