Pages

Friday, October 24, 2014

Punahnya Alat Musik Batak

Punahnya Alat Musik Batak

Minggu, 15 Juni 2014 
KEPUNAHAN alat musik Batak, adalah modernisasi yang melanda tanah Batak. Masyarakat Batak yang demikian mudahnya mengadopsi semua modernisasi dengan tidak mempertahankan tradisinya dalam upacara ritual budayanya, membuat tergerusnya budaya adiluhung mereka.
Dalam Rebana kali ini, sebuah tulisan yang disampaikan oleh Jones Gultom dengan judul Reportoar Musik Batak Toba di Antara Derasnya Zaman. Kali ini, saya tidak menyoal masalah bagian (reportoar) melainkan berbicara soal kepunahan alat musik Batak yang adiluhung itu. 
Drs. Irwansyah Harahap, MA seorang dosen etnomusikolog USU yang juga seorang musikolog itu mengatakan dalam sebuah pertemuan bahwa ada lima alat musik Batak yang sudah hilang dari tanah Batak. Hal ini menurut Irwansyah Harahap, karena tidak adanya lagi yang memakainya. Kenapa tidak ada lagi yang memakainya? Menurut penulis karena pertama, derasnya arus modernisasi yang menggerus musik etnik Batak, hingga bisa dikesampingkan oleh pemakainya. Kedua alat musik Batak yang "hilang" itu karena pengaruh agama Kristen dan Islam yang masuk ke tanah Batak, hinga musik tradisi yang kuat kaitannya dengan ritual kebudayaan jadi lenyap.
Pada dasarnya semua musik etnik dimana saja di dunia ini, erat kaitannya dengan penyembahan kepada yang Maha Kuasa (Tuhan) dalam sebuah ritual agama. Selain itu, erat kaitannya dengan adat-istiadat dan budaya etnik itu sendiri. Dengan munculnya Kristen dan Islam ke tanah Batak, membuat banyak budaya yang harus "dipangkas" oleh pengikut agama Kristen dan Islam. Kanonisasi budya pun terjadi secara lambat laun namun pasti.
Menurut Irwansyah Harahap ke lima alat musik yang sudah hilang itu adalah Mengmung, Talatoit, Saga-saga dan Sordam serta Arbab.  Mengmung adalah alat musik yang terbuat dari bambu besar. Ukuran bambu memang bervariasi di tanah Batak. Seperti diketahuii di dunia itu ada 415 spiesis bambu di dunia dan lebih separih dari spiesis bambu yang ada di dunia itu ada di tanah Batak. Tak khayal, kalau alat musik Batak banya yang terbuat dari bambu. Di Indonesia pohon bambu memang subur tumbuhnya, hingga banyak musik etnis di Indonesa terbuat dai bambu terlebihjenis musik tiupnya. Ukuran bambu terbesar dan terpanjang di dunia ada di tanah Batak. Wajar kalau kemudian Mengmong dari bambu berukuran besar dan terpanjang dengan ruasnya yang panjang pula di dunia itu dijadikan alat musik pukul.
Talatoit, Saga-saga dan Sordam adalah alat musik tiup juga terbuat dari bambu. Sordam, sampai kini masih ada beberapa orang yang b isa membuat dan memainkannya. Hanya saja para pengetua gereja dan ulama, mengaitkannya dengan animisme, hingga yang sudah memeluk Kristen dan Islam, seperti sudah tak boleh lagi memainkannya. Terlebih Sordam yang dikaitkan dengan berbagai magis karena dia juga memang mengeluarkan suara yang sangat magis, membuat orang yang sudah memeluk Kristen dan Islam seperti memusuhinya. Sordam yang dipercayai bisa memanggil roh yang sudah meninggal bahkan dipakai menjaga jemuran padi dan sebagainya.
Arbab, adalah sejenis musik gesek yang mirip dengan rebab yang ada di negeri tirai bambu Tiongkok. Memiliki dua senar dan digesek. Musik ini juga dipakai untuk memuja arwah leluhur, hingga menurut Kristen dan Islam alat musik ini tak lagi diperkenankan dipakai oleh pengikut Kristen dan Islam.
Sebenarnya ada dua jenis alat musik lagi yang sudah tak pernah lagi dilihat oleh orang Batak, yakni saluhat dan Baluhat. Terbuat dari bambu dan ukurannya lebih kecil dari suling/seruling/sulim. Batak Karo, masih memiliki Surdam (Sordam) dan Baluhat dan masih sering dimainkan. Baik Sordam, Saluhat danb Baluhat Pada Batak Toba dan Karo baik ukurannya dan bunyinya adalah sama, hanya saja teknik memainkannya dan lagu yang dibawakannya berbeda.
Kalau jenis musik ini dimainkan, maka oorang Batak Toba mengatakan, betapa dia merasa lungun mendengarnya atau memilukan. Batak Karo mengatakan, melenget, demikian sepi dan sunyi serta demikian menyayat hati. Perpaduan kata sepi dan sunyi, memang mampu mengiris-iris hati pendengarnya bahkan yang memainkannya.
Rasanya bukan hanya di kawasan Batak Toba saja, musik etnik yang banyak "tertinggalkan" oleh pemakainya, tapi penulis yakin di berbagai Batak yang Lain, seperti Mandailing, Simalungun dan Pak-pak juga adar alat-alat musik yang sudah tertinggalkan dan "menghilang". Yang menjadi pertanyaan penulis, sejauh manakah keperdulian pemerintah Kabupatennya dalam hal ini serta sejauh manakah para budayawan Batak perduli akan hal ini.  Sejauh mana pula masyarakat Batak yang memiliki finansial berlebih mamberikan perhatiannya terhadap hal ini? Hampir tidak ada.
Idris Pasaribu

Sumber:
http://analisadaily.com/news/read/punahnya-alat-musik-batak/38482/2014/06/15

No comments:

Post a Comment