Pages

Wednesday, June 13, 2012

SEJARAH (HKBP MALANG)


SEJARAH (HKBP MALANG)

Ringkasan Sejarah HKBP Malang berikut diangkat sebagaimana aslinya dari Tata Ibadah dan Warta Jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Jl. Bromo 39 Malang 65119 .  Minggu Tahun Baru Gerejawi – Minggu Advent I, 27 Nopember 2005 dan Peringatan 50 Tahun Peresmian Pemakaian Gedung Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Malang (S.M. Sitompul)

RINGKASAN SEJARAH HKBP MALANG
(PERIODE TAHUN 1935-195S)

Pendahuluan
Syukur dan terirnakasih kepada Tuhan Yesus, Raja Gereja, yang telah mengutus para Pekabar
Injil dari Eropa, terutama dari Jerman ke Tanah Batak pada pertengahan abad ke 19. Para Pekabar Injil meryelenggarakan misi tersebut dalam tiga dimensi, yaltu memberitakan Firman Tuhan, menyelenggarakan pendidikan formal melalui sekolah-sekolah, dan menyelenggarakan peningkatan kesehatan dengan mendirikan poliklinik-poliklinik.  Oleh upaya pekabaran Injil ini, masyarakat Batak pertarna-tama menjadi pengikut Kristus, dan juga menjadi pencinta ilmu pengetahuan dalam rangka menggapai kemajuan dan kecerdasan intelektual. Keinginan untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang lebih tinggi membuat orang Batak merasa tidak cukup meraihnya hanya di Tanah Batak pada tingikat dasar saja.  Mereka tidak ragu-ragu keluar dari bano pasogit, mula-mula ke Surnatera bagian Timur, sampai ke Pulau Jawa terutama Batavia (kini Jakarta) sampai ke daerah-daerah lain seperti Bandung di Jawa bagian Barat, Jogjakarta, Solo, Muntilan di Jawa bagian Tengah, dan Malang di Jawa bagian Timur. Hijrahnya orang Batak ke Pulau Jawa juga berdampak pada berdirinya jemaat dan gereja HKBP di wilayah-wilayah tersebut.  Sejarah berdirinya jemaat dan Gereja di luar Tanah Batak, termasuk di Malang ini, tidak terlepas dari awal masuknya Pekabaran Injil di Tanah Batak seperti kita uraikan diatas.

Munculnya niat Majelis untuk menuliskan ringkasan sejarah ini berawal dari ditemukannya Surat Peresmian Gereja HKBP Malang dalam bentuk yang sangat sederhana yang ditandatangani oleh Sekretaris Jemaat HKBP pada saat itu (Foto Copy tertera dibawah ini):
surat_undangan
Menurut undangan tersebut Pesta Peresmian diadakan 50 tahun yang lalu, persisnya pada hari minggu tanggal 27 Nopember 1955.  Pertemuan inilah yang mendorong penulis mengajukan kepada Majelis dan menyepakati agar ringkasan sejarah ini ditulis sebagai awal penulisan sejarah yang lebih lengkap, dan juga memperingati dan mensyukurinya pada hari ini sebagai Hari Ulang Tahun Kepemilikan Gereja HKBP yang ke-50.  Mengenai hari jadi jemaat ini belum dapat kita pastikan karena masih memerlukan penelitian lebih lanjut.  Namun ringkasan sejarah dibawah ini dapat mengantar kita untuk lebih meneliti sejarah lengkapnya melalui dokumen-dokumen yang kita miliki dan melalui informasi dari saudara-saudara sekalian yang mengetahuinya.

1. Periode Tahun 1935-1940: Cikal Bakal Jemaat
Pada tahun 1935 telah ada 11 kepala keluarga (KK), dan 10 orang pemuda Batak di kota Malang, sebagai pekerja dan juga sebagai pelajar di Sekolah Pertanian.  Pada bulan Desember tahun itu mereka mengadakan Perayaan Natal di rumah Kel. Pohan/br. Sibabiat.  Seusai Perayaan Natal mereka sepakat membentuk suatu perkumpulan dengan nama : Punguan Dos ni Roha, yang beranggotakan orang Batak Kristen dan Non-Kristen.  Untuk mengkordinir ibadah bagi orang-orang Batak Kristen, mereka memilih bapak Z. Siregar (Glr Sutan Nauli) sebagai pengurus.  Selanjutnya, mereka memulai ibadah partangiangan di rumah-rumah, kemudian Ibadah Minggu sekali dalam sebulan, selanjutnya dua kali dalam satu bulan dengan mempergunakan, berpindah-pindah, Gedung Gereja Kristen Djawi Wetan (GKDW) Jl. Talun, Malang, Gedung Gereformeerde Kerk (Gereja Greformerd) Jl. Welirang (sekarang Jl. Bromo), yaitu Gereja yang kita miliki sekarang, dan juga di Gedung Sekolah SMP Negeri VI, Jl. Kawi untuk mengkoordinasi ibadah, mereka memilih Bapak Z. Siregar (Glr. Sutan Nauli). Pada periode ini, cikal bakal jemaat ini, pernah mengajukan permohonan ke Kantor Pusat HKBP agar meresmikannya menjadi Huria na Gok (Jemaat Penuh) namun, oleh persyaratan yang masih belum terpenuhi Pendeta HKBP Resot Jakarta meresmikannya menjadi Punguan Parmingguon. Pelayanan jemaat semakin baik oleh kerjasama yang baik dengan GKDW terutama oleh karena kesediaan Bpk. Pdt. Marjosir untuk melayankan khotbah pada kebaktian Minggu, kebaktian Keluarga, dan membina pengurus jemaat.

Periode tahun 1941-1945: Kegiatan Ibadah yang Terhenti
Akibat pendudukan Jepang (1942-1944), kebaktian/ibadah tersebut di atas menjadi terhenti. Orang-orang Batak mengikuti kebaktian Minggu beergabung di Gereja tetangga. Pada periode ini orang-orang Belanda, yang mayoritas adalah anggota gereja Greformerd meninggalkan Gedung Gereja yang terletak di Jl. Welirang. Setelah Proklamasi Kemerdekaan R.I. dan Jepang menyerah, anggota jemaat Batak bersama-sama dengan beberapa orang pemudanya membersihkan gedung gereja yang tertinggal tersebut dan mempergunakannya sebagai rumah ibadah. Namun pada perang melawan Belanda tanggal 10 Nopember 1945 gedung tersebut sempat dipergunakan oleh pasukan Bung Tomo sebagai markas, sehingga kebaktian yang sudah sempat dimulai kembali terhenti. Tapi atas usaha salah seorang pimpinan pasukan perjuangan kemerdekaan R.I., yaitu Kapt. Macan Pasaribu, gedung gereja tersebut dikosongkan dan dapat kembali dipergunakan oleh jemaat Kristen Batak sebagai tempat peribadatan.

Periode tahun 1946-1950: Kegiatan yang Kembali Hidup
Atas upaya salah seorang pimpinan pasukan perjuangan kemerdekaan R.I., yaitu Kapt. Macan Pasaribu, gedung gereja tersebut dikosongkan dan dapat kembali dipergunakan oleh jemaat Kristen Batak sebagai tempat peribadatan.

Aksi Belanda yang terjadi pada Desember 1947 memaksa orang Kristen Batak menyingkir ke luar kota dan gedung gereja kembali dikuasai oleh Belanda. Tawaran Belanda untuk bersama-sama mempergunakan gedung gereja ditolak oleh jemaat Kristen Batak dan jemaat Kristen Batak tersebut kembali mempergunakan Gedung GKDW di Jl. Talun.

Situasi keamanan yang semakin pulih, mendorong jemaat HKBP untuk semakin berbenah diri. Penempatan Ds. F.K. Harahap menjadi guru di SMP Jl. Semeru Malang, dan kesediaan beliau untuk melayani ditambah lagi dengan kesediaan Bapak Z. Siregar ditahbiskan menjadi Sintua oleh Ephorus HKBP Pdt. Justin Siombing pada tanggal 7 Pebruari 1948 di gereja GKDW, mendorong anggota jemaat HKBP semakin bersemangat.

Periode tahun 1950-1955: Proses Pemilikan Gedung Gereja
Setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) dan Penyerahan Kedaulatan RI oleh Belanda, jemaat HKBP kembali mempergunakan Gereja Greformerd secara bergantian dengan Jemaat Greformerd. Dengan semakin berkurangnya orang Belanda, yang mayoritas sebagai anggota   Gereja Greformerd, dan jemaat Greformerd sudah semakin jarang mempergunakan gereja, maka pengurus Gereja Greformerd ingin mengalihkan kepemilikan gereja kepada salah satu jemaat di Malang dengan ketentuan agar gedung gereja tetap berfungsi sebagai tempat beribadah. Kondisi ini dimanfaatkan oleh jemaat HKBP sebaik-baiknya dan menyetujui untuk membayar kepada jemaat Greformerd sebesar Rp 30.000,- (tiga puluh ribu rupiah). Oleh kemampuan jemaat HKBP yang sangat terbatas pada waktu itu, ternyata walaupun waktu sudah berselang empat tahun dana sebesar itu tidak dapat dikumpulkan. Akhirnya jemaat menyepakati untuk meminjamnya dari Bpk J.K. Panggabean (Pimpinan Perusahaan PT. Piola) di Jakarta. Atas kesediaan Bpk J.K.
Panggabean meminjamkan uang tersebut maka pada tanggal 24 Pebruari 1953 uang tersebut diserahkan kepada pihak Gereja Greformerd. Upaya pengembalian uang pinjaman disepakati dengan cara gugu toktok ripe (sumbangan setiap keluarga), setiap keluarga berkewajiban memberi sumbangan sebesar gaji satu bulan yang dicicil selama satu tahun, mulai tahun 1954. Namun upaya tersebut tidak dapat memenuhi besaran uang pinjaman. Untuk hal ini jemaat HKBP memohon bantuan Kantor Pusat dan melalui pengumpulan persembahan di seluruh jajaran HKBP uang tersebut dapat diperoleh dan mengembalikan uang pinjaman dengan lunas kepada Bpk J.K. Panggabean. Setelah pelunasan pinjaman maka direncanakanlah Pesta Peresmian Pemilikan Gedung Gereja dan yang diselenggarakan pada hari Minggu tanggal 27 Nopember 1955, dipimpin oleh Bpk Pdt. Melancton Pakpahan, Pendeta HKBP Resort Jakarta (Kemolong) pada saat itu, bersama-sama dengan Bpk Pdt. K. Hutabarat.

Penutup
Penulis, memang, resmi menjadi anggota Jemaat ini mulai hari Minggu tanggal 27 Agustus 1965. Cukilan ringkasan sejarah ini diperoleh dengan membaca dokumen yang masih tersedia ditambah dengan melakukan pembicaraan/wawancara dengan anggota jemaat yang rnasih mengetahui perjalanan jemaat kita pada periode yang lalu.
Perlu juga ditambahkan bahwa sewaktu penulis datang ke Malang Gedung gereja dan inventarisnya masih utuh sebagaimana aslinya.  Mezbah menghadap Jl. Bromo, dan kadang-kadang menghadap rumah dr. Mamahit tergantung pada kondisi bocor jika hujan turun.  Konsistori gereja berada pada posisi Mezbah sekarang, yang dibelakangnya terdapat 1 (satu) kamar yang ditempati oleh ibu Tamba br. Silalahi, gerbang menghadap Jl. Welirang dan pekarangan gereja masih tanpa pagar.  Personil Anggota Majelis pada saat itu ialah :
1. St. Z. Siregar (Glr. Sutan Nauli), pindah ke Bandung, 2. St. J. Pohan (Pensiun), 3. St. C. Sinaga, 4. St. B. Marpaung, 5. St. P. Lumbantobing, 6. St. P.S. Lumbantobing, 7. St. D.T. Tarihoran, 8. St. P.M. Sihombing (Bendahara), 9. St. A.H. Sihombing, 10. St B. Hutagalung.
Organis dilayani secara bergantian oleh St. PM. Sihombing, dan St. B. Hutagalung, juga Gr H. Sihombing.  Diantara mereka yang masih hidup sekarang ialah St. P.M. Sihombing (Jakarta), St. A. Sihombing (Mantan Guru Huria HKBP Depok), dan St. Drs. B. Hutagalung (Mdn).

Demikian Ringkasan Sejarah Gereja HKBP Malang ini kami tuliskan hanya dalam rangka mengurut waktu sampai pada Hari Peresmian Pemilikannya oleh HKBP, sehingga kita dapat
dengan penuh sukacita dan penuh ucapan syukur keada Tuhan Yesus Raja Gereja, pada hari ini, tepat 50 tahun peristiwa itu telah terjadi bagi kita sebagai suatu anugerah Tuhan yang mahabesar.  Narnun penulis tidak terlepas dari kekurangan, di sana-sini, sehingga terbuka, setiap saat untuk perbaikaon dan penyempurnaan.  Mengenai sejarah pada kurun waktu kemudian, akan kita teliti lagi, hingga hari jadi jemaat ini dapat ditentukab dengan seksama dan secermat mungkin.  Sekian dan Terimakasih.


Shalom-Tuhan Memberkati-Horas
Sekretaris  HKKBP Malang,
dto

St. G.P.H. Sihombing.


Sumber:
http://hkbpm.wordpress.com/sejarah/

No comments:

Post a Comment