Blog seputar Pakpak, Karo, Simalungun, Toba, Angkola, Mandailing, Barus dan Danau Toba
Pages
▼
Wednesday, June 6, 2012
DANAU SIAIS
DANAU SIAIS
DANAU SIAIS
Gambar danau Siais. Merupakan lokasi object wisata baru di daerah Tapanuli Selatan. Danau ini juga dapat dijadikan sebagai alternatif Danau Toba, tinggal sedikit polesan dari pemerintah/investor untuk menjadikan nya mutiara.
Kekayaan alam di Kabupaten Tapsel sangat melimpah ruah. Salah satunya potensi Danau Siais di Kecamatan Siais yang berjarak sekira 40 kilometer dari Kota Padangsidimpuan. Sayangnya, tak banyak yang tahu di kawasan itu ada danau, air terjun, dan ikan jurung, serta yang lainnya yang siap 'dibangunkan' dan akan memberikan pendapatan asli daerah (PAD) bagi kabupaten yang dijuluki Serambi Makkah-nya Sumatera Utara (Sumut) ini.
Selama ini masyarakat Tapsel dan sekitamya hanya mengetahui informasi minim tentang keberadaan Danau Siais. Salah satunya, di sekeliling danau masih dipenuhi hutan rimba dengan aneka satwa liamya.
Namun sejak kepemimpinan Bupati Tapsel Ongku P Hasibuan dan Wakilnya Aldinz Rapolo Siregar, Siais ditetapkan sebagai kawasan pariwisata oleh bupati. Hal itu dibuktikan dengan pembangunan sarana-prasarana menuju danau dan tempat rekreasi lainnya secara bertahap sejak tahun 2005.
Bahkan tahun 2007 lalu, masyarakat yang sebelumnya ogah datang ke Siais khususnya untuk melihat danau karena jalan yang dilalui begitu sulit dan beresiko tinggi, sekarang sudah bisa melenggang melewati jalan beraspal hotmix hingga ke dekat danau.
Selain itu, Pemkab juga telah membangun berbagai fasilitas lainnya,seperti mess untuk menginap yang masih terus dalam tahap pembenahan. Saat ini, sudah berdiri megah di pinggir danau 10 unit gedung dengan 18 kamar, satu gedung serba guna berukuran hampir sama dengan gedung nasional Pasangsidimpuan. Juga telah ada tonggak dan kabel listrik yang hanya tinggal mengalirkan arus saja, serta sejumlah kapal penumpang yang bisa digunakan untuk berkeliling danau.
Sebelum memasuk ke kawasan danau di Desa Rianiate itu, akan ditemui segerombolon ikan Jurung di anak sungai yang mengalir di tengah kampung dan pinggir Masjid Rianiate. Konon menurut cerita masyarakat, ikan-ikan Jurung itu merupakan peliharaan seorang syeh sejak zaman dahulu yang terus bertahan dan dilestarikan masyarakat sekitar hingga kini. Kata masyarakat, ikan-ikan itu tidak bisa diambil, apalagi dimakan. Jika melanggamya, akan kena bala.
Keunikan ikan Jurung itu, selain hidup di anak sungai yang dangkal, mereka tidak pernah pergi dan terusik oleh siapapun yang datang melihat. Kejinakan gerombolan ikan itu juga menjadi daya tarik tersendiri.
DANAU SIAIS
Selama ini masyarakat Tapsel dan sekitamya hanya mengetahui informasi minim tentang keberadaan Danau Siais. Salah satunya, di sekeliling danau masih dipenuhi hutan rimba dengan aneka satwa liamya.
Namun sejak kepemimpinan Bupati Tapsel Ongku P Hasibuan dan Wakilnya Aldinz Rapolo Siregar, Siais ditetapkan sebagai kawasan pariwisata oleh bupati. Hal itu dibuktikan dengan pembangunan sarana-prasarana menuju danau dan tempat rekreasi lainnya secara bertahap sejak tahun 2005.
Bahkan tahun 2007 lalu, masyarakat yang sebelumnya ogah datang ke Siais khususnya untuk melihat danau karena jalan yang dilalui begitu sulit dan beresiko tinggi, sekarang sudah bisa melenggang melewati jalan beraspal hotmix hingga ke dekat danau.
Selain itu, Pemkab juga telah membangun berbagai fasilitas lainnya,seperti mess untuk menginap yang masih terus dalam tahap pembenahan. Saat ini, sudah berdiri megah di pinggir danau 10 unit gedung dengan 18 kamar, satu gedung serba guna berukuran hampir sama dengan gedung nasional Pasangsidimpuan. Juga telah ada tonggak dan kabel listrik yang hanya tinggal mengalirkan arus saja, serta sejumlah kapal penumpang yang bisa digunakan untuk berkeliling danau.
Sebelum memasuk ke kawasan danau di Desa Rianiate itu, akan ditemui segerombolon ikan Jurung di anak sungai yang mengalir di tengah kampung dan pinggir Masjid Rianiate. Konon menurut cerita masyarakat, ikan-ikan Jurung itu merupakan peliharaan seorang syeh sejak zaman dahulu yang terus bertahan dan dilestarikan masyarakat sekitar hingga kini. Kata masyarakat, ikan-ikan itu tidak bisa diambil, apalagi dimakan. Jika melanggamya, akan kena bala.
Keunikan ikan Jurung itu, selain hidup di anak sungai yang dangkal, mereka tidak pernah pergi dan terusik oleh siapapun yang datang melihat. Kejinakan gerombolan ikan itu juga menjadi daya tarik tersendiri.